• November 23, 2024

10 kegiatan kesetaraan gender pasca Women’s March Jakarta




10 kegiatan kesetaraan gender pasca Women’s March Jakarta



















Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Tips dari salah satu pendiri gerakan Women’s March tentang bagaimana tetap terlibat, dan menjaga momentum ini tetap berjalan dalam hidup Anda.

JAKARTA, Indonesia – Jadi, Anda menghadiri Women’s March Jakarta pada tanggal 4 Maret, mengangkat poster yang menuntut hak-hak perempuan, memposting foto perempuan kuat lainnya di media sosial, dan berdebat dengan teman Facebook Anda tentang arti sebenarnya dari kesetaraan gender. Tapi apa selanjutnya? Bagaimana Anda bisa tetap aktif dan melanjutkan perjuangan hak-hak perempuan setelah WMJ?

Berikut beberapa saran dari pembuatnya:

1. Didiklah diri Anda sendiri tentang hak-hak perempuan di Indonesia dan di seluruh dunia

Banyak dari kita yang sudah mengetahui dasar-dasar hak-hak perempuan dan pelanggarannya di Indonesia. Misalnya, pada tahun 2016 Komnas Perempuan mencatat lebih dari 320 ribu kasus pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan; juga lowongan yang ditujukan hanya untuk wanita yang ‘berpenampilan menarik’ (artinya: ‘berpenampilan cantik’).

Namun tahukah Anda bahwa angka kematian ibu (jumlah kematian ibu saat hamil dan melahirkan) meningkat pada tahun 2008-2012? Artinya angka kematian perempuan setiap tahunnya lebih tinggi dibandingkan 10 tahun lalu. Atau di beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Bondowoso, lebih dari 50 persen anak perempuan dinikahkan sebelum berusia 18 tahun? Atau 80 persen perempuan di Papua dan Papua Barat adalah penyintas kekerasan dalam rumah tangga (DSV)?

Kita semua perlu menambah pengetahuan kita mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi perempuan di Indonesia dan bahkan di seluruh dunia, agar argumentasi kita dalam menghadapi perdebatan – terutama dengan pihak-pihak yang menyatakan bahwa hak-hak perempuan sama dengan laki-laki – bisa lebih matang.

Membaca adalah salah satu cara terbaik untuk menambah pengetahuan dan pemahaman Anda. Buku bagus tentang wanita Indonesia adalah Perempuan dan Negara di Indonesia Modern karya Susan Blackburn; Perempuan di Indonesia: Gender, Kesetaraan dan Pembangunan karya Kathryn Robinson; Perempuan dan bekerja di Indonesia karya Michele Ford; Dan Gerakan Perempuan di Indonesia Pascakolonial oleh Elizabeth Martyn.

Untuk penelitian dalam bahasa Indonesia, Anda dapat berlangganan Jurnal Wanita. Jika Anda tidak punya uang untuk membeli buku-buku ini, silakan hubungi saya. Untuk buku dari negara lain, Tatler Indonesia punya beberapa referensi bagus Di Sini.

2. Bergabunglah dengan organisasi atau kelompok sukarelawan

Cara terbaik untuk aktif memperjuangkan hak-hak perempuan adalah dengan menjadi anggota lembaga swadaya masyarakat (LSM). Organisasi seperti Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Solidaritas Perempuan dan KAPAL Perempuan bekerja secara khusus untuk mengatasi permasalahan perempuan. Sementara Hollaback! Jakarta fokus pada pelecehan jalanan. Selain itu juga ada Arus Pelangi dan Suara Kita untuk hak LGBT; WALHI dan Greenpeace di bidang lingkungan hidup; dan AMAN Nusantara untuk hak-hak masyarakat adat. Banyak organisasi lain yang akan menyambut partisipasi Anda dengan tangan terbuka.

3. Hadiri acara dan bertemu orang baru

Ada banyak acara yang membahas isu perempuan dan gender di Jakarta secara rutin. Menghadiri acara-acara ini adalah salah satu cara untuk terlibat dan bertemu teman baru. Kinosaurus sering mengadakan pemutaran film, sedangkan Komnas Perempuan mengadakan diskusi terbuka.

4. Berkontribusi

Kebanyakan LSM mempunyai dana terbatas, dan program mereka bergantung pada suntikan dana dari donor. Keterbatasan ini menyulitkan mereka untuk membuat rencana jangka panjang dan berkelanjutan; juga membatasi kemampuan mereka untuk mengadakan acara lebih sering. Jika Anda dapat mendonasikan uang kepada mereka setiap bulan, hal ini akan membuat perbedaan besar dalam pekerjaan mereka. Anda bisa berdonasi ke organisasi lokal, atau juga ke organisasi luar negeri seperti CARE, UN Women, atau International Women’s Development Agency (IWDA).

5. Bicaralah dengan teman dan keluarga

Setelah Jakarta Women’s March, banyak orang yang tidak hadir menyerang gerakan ini, dengan alasan bahwa perempuan dan laki-laki adalah setara. Atau, feminisme merupakan produk impor dari budaya Barat. Mereka jelas melupakan perempuan-perempuan tangguh Indonesia yang memperjuangkan nilai-nilai serupa: Kartini, Cut Nyak Dhien, dan Martha Tiahahu.

Hal ini menunjukkan pentingnya mendiskusikan hak-hak perempuan dan menjelaskan apa itu feminisme – sebuah gerakan untuk mencapai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki – kepada teman dan keluarga. Jangan malu untuk menekankan bahwa kami memperjuangkan kesetaraan, bukan dominasi perempuan.

Dan ingat: tujuan kami adalah membuat masyarakat menjadi feminis dan memahami gerakan ini. Jangan mengucilkan mereka!

6. Melawan seksisme di sekolah, tempat kerja dan tempat umum

Sayangnya, seksisme dan diskriminasi berbasis gender sangat umum terjadi di tempat kerja, sekolah, dan ruang publik. Penting untuk bangkit dan melawan perilaku seksis. Jika Anda mendengar seseorang melontarkan lelucon seksis, serang dia dengan mengatakan hal itu tidak pantas dan jelaskan. Jika ada yang mengatakan perempuan tidak bisa melakukan sesuatu karena gendernya, ingatkan dia bahwa itu tidak benar. Melawan seksisme adalah salah satu cara paling efektif untuk mengubah budaya.

7. Jadilah kreatif!

Menulis artikel atau cerita, membuat karya seni, musik, menenun, membuat pakaian sendiri – menggunakan kreativitas adalah cara terbaik untuk bersuara tentang isu-isu sosial seperti hak-hak perempuan. Jangan takut untuk berpolitik dalam pekerjaan Anda. Seni menyentuh seseorang dengan cara yang tidak dapat ditiru oleh metode lain. Contoh yang paling tepat adalah lagu Tika & the Dissidents tahun 2016 yang berjudul Tubuhku, Kekuasaanku yang mengekspresikan otonomi perempuan atas tubuhnya dan haknya untuk berpakaian dengan bebas.

8. Gunakan media sosial

Anda tidak perlu mengubah cara Anda berinteraksi di media sosial. Terus posting foto makan siang Anda, memekik anak kucing, dan membicarakan selebriti favorit Anda! Namun mulai berbicara tentang hak-hak perempuan dapat membantu mengubah pola pikir teman dan pengikut Anda di media sosial. Retweet atau unggah poster acara untuk memperluas jangkauan mereka; memprotes perusahaan yang mengeluarkan iklan atau tweet seksis; Posting juga pengalaman Anda dengan seksisme dan misogini untuk menunjukkan kepada orang-orang bagaimana pelecehan, kekerasan, dan diskriminasi masih terjadi.

9. Dukunglah saudara perempuanmu!

Jika Anda melihat seorang wanita dilecehkan, bantulah dia, meskipun Anda hanya menghampirinya dan menanyakan apakah dia baik-baik saja setelahnya. Jika seseorang ditindas di media sosial, belalah dia. Jika ada teman atau anggota keluarga yang membutuhkan bantuan akibat kekerasan dalam rumah tangga, rujuk mereka ke organisasi seperti Lentera Sintas Indonesia, Yayasan PULIH, atau LBH Apik, atau P2TP2A untuk mendapatkan bantuan.

10. Bergabunglah dengan grup Facebook

Bergabunglah dengan kami di media sosial atau pada pertemuan dan acara rutin untuk menjadi bagian dari jaringan feminis muda. Jakarta Feminist Discussion Group (JFDG) merupakan kelompok tertutup yang merupakan forum diskusi yang aman; juga salah satu pendiri WMJ. Sedangkan Indonesia Feminist merupakan grup Facebook terbuka yang membahas tentang seksisme, hak-hak perempuan, dan kesetaraan gender. Bergabunglah dengan kami untuk mendapatkan teman baru, sekaligus menambah pengetahuan Anda. Kami sedang menunggumu! Rappler.com

Kate Walton adalah seorang aktivis feminis dan penulis yang tinggal di Jakarta. Ia adalah pendiri Kelompok Diskusi Feminis Jakarta dan pengumpul data proyek Menghitung Pembunuhan Perempuan.







lagu togel