• November 30, 2024
100 hari berlalu, Polri masih terlilit utang, kata penyerang Novel

100 hari berlalu, Polri masih terlilit utang, kata penyerang Novel

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Jaringan di mata kirinya sudah tidak tumbuh lagi sehingga mata Novel kini tampak putih

JAKARTA, Indonesia – 100 hari telah berlalu sejak penyidik ​​senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diserang dengan air keras. Kondisi mata Roman tidak kunjung membaik, terutama mata kirinya.

Jika diperhatikan, mata kiri Roman sudah memutih. Febri Diansyah, Juru Bicara KPK, mengatakan tim dokter mengatakan jaringan di mata kirinya sudah tidak tumbuh lagi.

Mata kiri sedang dipertimbangkan untuk operasi besar, kata Febri, Kamis pekan lalu di Jakarta.

Roman tidak bisa melihat dengan jelas dengan mata kirinya. Benda apa pun yang ada di depan mata kiri hanya terlihat sebagai bayangan.

Sedangkan mata kanannya sedang dalam proses perbaikan, kata Febri lagi.

Selain kondisi matanya yang belum membaik, Polri belum bisa mengungkap siapa pelaku dan dalang penyerangan terhadap penyidik ​​yang pernah bekerja di kepolisian tersebut. Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarief tetap berharap polisi bisa mengusut tuntas dan segera menangkap pelaku penyerangan terhadap Novel.

“Sesuai janji tim Polda dan Kapolri, kami berharap penyerang Novel segera ditemukan,” kata Laode saat menghadiri peringatan 100 tahun penyerangan Novel di depan Gedung KPK.

Lalu apa yang membuat polisi kesulitan mengungkap kasus ini? Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, sejauh ini polisi berhasil membuat tiga sketsa kedua pelaku penyerangan tersebut. Menurut Setyo, sketsa wajah pelaku dibuat berdasarkan keterangan saksi yang melihat kejadian tersebut.

Menariknya, ketiga sketsa wajah tersebut berbeda dengan empat tersangka yang diperiksa polisi, yakni Mukhlis, Hasan, Ahmad Lestaluhu, dan Niko Panji Tirtayasa.

“Sketsa tersebut masih kami dalami, karena masing-masing saksi memberikan keterangan dan ciri-ciri pelaku yang berbeda-beda,” kata Setyo saat dihubungi melalui telepon, Kamis malam, 20 Juli.

Harus diperiksa di KBRI

Polisi tak mempermasalahkan jika perwakilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mau ikut saat Novel nanti diperiksa di Singapura. Namun kendalanya, ujian tersebut harus dilakukan di KBRI Singapura.

“Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan di luar wilayah Indonesia. Jadi sebaiknya penyidikan dilakukan di KBRI, ujarnya.

Sementara itu, dokter di Singapore General Hospital belum mengizinkan Novel keluar. Selain itu, pihak rumah sakit akan melakukan operasi besar pada mata Novel.

“Rumah sakit tidak memberi tahu kami kapan operasi akan dilakukan. Yang pasti mereka tidak mengizinkan Novel dibawa keluar, kata Setyo.

Ia pun kembali mengingatkan Novel untuk tidak menuduh pihak tertentu tanpa didukung bukti yang kuat. Novel sebelumnya mengatakan kepada Majalah Time bahwa seorang jenderal polisi terlibat dalam penyerangan terhadap dirinya.

“Tuduhan itu belum bisa dibuktikan dengan bukti yang sah. Menyebut keterlibatan seseorang tanpa didukung bukti akan berujung pada pencemaran nama baik. Malah bisa digugat balik,” ujarnya.

Sementara itu, berkembang wacana agar Komisi Pemberantasan Korupsi membentuk tim penyidik ​​independen, karena lambatnya kinerja polisi dalam mengungkap kasus ini. Sayangnya, menurut mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto, ada kesan upaya pembentukan tim pencari fakta independen tidak disetujui dan malah ingin dibubarkan. – dengan pelaporan oleh Santi Dewi/Rappler.com


SGP hari Ini