• September 18, 2024
100 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses terhadap air bersih

100 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses terhadap air bersih

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Hanya india dan India yang tergabung dalam negara G20 yang masih mengalami permasalahan air bersih

SURABAYA, Indonesia – SSekitar 100 juta penduduk Indonesia masih mempunyai permasalahan terhadap akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik. Faktanya, presiden Joko Widodo menargetkan seluruh penduduk Indonesia mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik pada tahun 2019.

Nugroho Tri Utomo, Direktur Perumahan dan Permukiman, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, mengatakan sekitar 68 persen penduduk Indonesia saat ini memiliki akses terhadap air bersih dan hanya sekitar 62 persen memiliki akses terhadapnya.

Menurut Nugroho, persentase tersebut melebihi target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG)

Namun pemerintahan Joko Widodo menginginkan target yang lebih tinggi, yakni 100 persen penduduk Indonesia bisa mendapatkan air bersih dan akses sanitasi yang baik pada tahun 2019. Target ini kami sebut sebagai target universal, kata Nugroho, Kamis, 3 Maret di Surabaya.

Nugroho tidak menjelaskan apa yang akan dilakukan pemerintah untuk mencapai target tersebut.

Indonesia, kata Nugroho, tidak akan bisa menjadi negara maju jika masih bermasalah dengan air bersih dan sanitasi.

“Hanya india dan India, negara anggota G20 yang masih mengalami permasalahan air bersih,” ujarnya.

Nugroho meminta semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), untuk bekerja sama meningkatkan sanitasi masyarakat Indonesia.

Menurut Nugroho, saat ini terdapat sekitar 420 PDAM di Indonesia, namun hampir separuhnya masih dalam kondisi sakit.

Banyak faktor yang menyebabkan PDAM di daerah tersebut sakit, antara lain PDAM daerah belum mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya operasional perusahaan.

“Kami tahu bahwa menetapkan tarif air yang rendah bersifat politis. Boleh saja kepala daerah menetapkan tarif air rendah bagi warganya. Tapi kepala daerah harus bisa menjamin dengan tarif rendah PDAM tetap bisa berfungsi, kata Nugroho.

Kebocoran distribusi juga menyebabkan PDAM daerah merugi. Idealnya, kata Nugroho, kebocoran distribusi air bisa ditekan hingga di bawah 20 persen.

“Kalau sampai nol, tidak mungkin. Karena Singapura yang terbaik, kebocoran distribusi airnya masih 4 persen, kata Nugroho.

Dukungan terhadap peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik juga datang dari pemerintah Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Indonesia Urban Water Sanitation and Hygines (IUWASH). Sejak tahun 2009 hingga 2016, USAID melalui IUWASH memberikan bantuan kepada beberapa pemerintah daerah dan PDAM untuk meningkatkan akses air bersih bagi warganya.

“Selama lima tahun tersebut, kami menghabiskan sekitar US$40,7 juta,” kata Heather D Agnes, wakil direktur USAID Indonesia.

Saat memberikan bantuan kepada pemerintah daerah dan PDAM di berbagai daerah di Indonesia, IUWASH mencatat bahwa inkonsistensi kebijakan dan keinginan kuat untuk mempercepat perluasan menjadi kendala.

“Awalnya ada komitmen dari PDAM. “Tetapi setelah dua atau tiga tahun, kebijakan tersebut berubah karena ada direktur PDAM yang baru,” kata Wakil Kepala Pary IUWASH Foort Bustraan. – Rappler.com

BACA JUGA:

Hongkong Pools