12 jam perjalanan melewati pulau dewata
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Pelabuhan Gilimanuk merupakan salah satu pintu masuk dan keluar Pulau Jawa yang dapat diandalkan
BALI, Indonesia – Sejak Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ditutup pada Senin, 27 November, separuh pergerakan manusia di Bali terhenti. Sekitar 89 ribu wisatawan yang hendak meninggalkan Bali terdampar.
Ada pula yang terpaksa memilih memperpanjang masa tinggalnya di Pulau Dewata. Sementara sebagian lainnya memilih menyeberang ke Jawa Timur atau Lombok dan melanjutkan perjalanan dari sana.
Rappler juga berupaya memasuki Pulau Bali melalui jalur udara menuju Banyuwangi pada Selasa, 28 November. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menyeberang dengan kapal feri di Pelabuhan Ketapang. Alhasil, butuh waktu sekitar 12 jam untuk sampai di Pulau Dewata.
Perjalanan terasa sulit sejak saya memesan tiket karena pada akhirnya penerbangan dibatalkan dan dialihkan ke bandara lain. Namun akhirnya Bandara I Gusti Ngurah Rai yang diperkirakan mulai dibuka hari ini, kembali ditutup hingga Kamis, 30 November pukul 07.00 WITA.
Pertemuan dengan pemangku kepentingan dan didukung data dari Darwin Volcanic Ash Advisory Center (DVAAC) memutuskan untuk memperpanjang penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai karena wilayah udaranya masih tertutup abu vulkanik, kata Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu. dikatakan. Darjono dalam keterangan tertulisnya, Rabu. 29 November.
Pesawat Sriwijaya Air yang ditumpangi Rappler mengalami penundaan selama 90 menit dari Jakarta, dari semula pukul 14:45 WIB menjadi 16:30 WIB. Pesawat mendarat di Bandara Blimbingsari sekitar pukul 18.00 WIB, namun hampir ditutup.
Tak lama kemudian, burung besi itu kembali terbang membawa puluhan penumpang yang hendak pulang ke Jakarta. Petugas operasional bandara, Diah Ayu Kartika mengatakan, pesawat yang ditumpangi Rappler masuk penerbangan ekstra.
“Saat ini memang banyak penerbangan. “Mereka memang ada yang datang setelah penyeberangan dari Bali, namun ada juga yang sengaja berkunjung ke Banyuwangi,” kata Diah yang ditemui Rappler tadi malam.
Perjalanan menghadapi tantangan karena tidak ada taksi dan kendaraan travel yang tersisa. Sedangkan jika menyewa mobil langsung ke Denpasar, harganya dipatok Rp 1,5 juta.
Rappler kemudian menunggu hingga taksi datang. Namun, tidak ada hal lain yang muncul.
Beruntung satpam Bandara Blimbingsari bersedia mengantarnya ke pangkalan taksi terdekat. Saya harus menunggu sekitar 30 menit untuk mendapatkan taksi.
Perjalanan belum selesai karena masih ada 1 jam perjalanan untuk sampai ke Pelabuhan Ketapang. Itupun jam sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB.
Rasa lega mulai terasa saat ia tiba dengan kapal feri Pelni dan mengantarkan Rappler menuju pelabuhan Gilimanuk pada pukul 21.30 WIB. Artinya jam menunjukkan pukul 22:30 WITA secara bersamaan.
Saya khawatir karena kapal feri tidak sibuk. Pelabuhan Ketapang pun tampak sepi saat itu.
Namun suasana bertolak belakang ditemui Rappler saat tiba di Pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 23.30 WITA. Antrean kendaraan, baik bus, truk, hingga mobil pribadi memadati pelabuhan.
Menurut pengelola unggahan Rappler, Ketut Widiana, situasi seperti ini biasa terjadi pasca Bandara Ngurah Rai ditutup. Dibutuhkan sekitar satu jam dari area luar untuk sampai ke pelabuhan.
“Situasi seperti ini terjadi kapan saja, baik pagi, siang, atau malam. Namun pada malam hari akan lebih banyak kendaraan yang mengantri dan didominasi oleh truk. “Karena keesokan paginya mereka harus menurunkan barang bawaannya di Jawa Timur,” Ketut.
Pelabuhan Gilimanuk menjadi salah satu pintu masuk dan keluar penting Pulau Jawa di tengah situasi genting karena Gunung Agung bisa saja meletus sewaktu-waktu. Akses inbound dan outbound lainnya dapat ditempuh melalui jalur laut di Pelabuhan Padangbai untuk menuju Pulau Lombok. Di bawah ini Rappler menampilkan beberapa foto yang menggambarkan suasana perjalanan udara yang menghubungkan via laut ke Bali:
– Rappler.com