• November 25, 2024
18 personel militer Filipina tewas dalam serangan terhadap kelompok Abu Sayyaf

18 personel militer Filipina tewas dalam serangan terhadap kelompok Abu Sayyaf

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Nasib 10 WNI tersebut saat ini masih dalam kondisi baik meski terjadi penyerangan di Provinsi Basilan pada Sabtu pekan lalu.

JAKARTA, Indonesia – Sedikitnya 18 personel militer Filipina tewas saat terlibat pertempuran dengan anggota kelompok militan Abu Sayyaf di provinsi Basilan pada Sabtu, 9 April. Sebanyak 50 tentara militer lainnya terluka.

“Saya mengonfirmasi adanya serangan di Barangay (Desa) Baguindan, Tipo Tipo (kota) Basilan yang mengarah ke pihak pemerintah: 18 orang tewas dan 53 lainnya luka-luka,” kata juru bicara militer Komando Mindanao Barat, Mayor Filemon Tan pada Minggu. , 10 April seperti dikutip harian Straits Times.

Filemon mengatakan, jumlah korban tewas juga jatuh di pihak Abu Sayyaf. Dua anggota kelompok militan tersebut tewas, yakni warga negara Maroko, Mohammad Khatfab dan Ubaida Hapilon. Ubaida diyakini adalah putra pemimpin senior Abu Sayyaf Isnilon Hapilon.

Letkol Benedicto Manquiquis mengatakan, pertempuran dimulai pada Sabtu, 9 April pukul 07.55 waktu setempat. Saat itu, batalyon pasukan khusus ke-4 dan batalyon infanteri ke-44 terlibat baku tembak dengan 100 anggota Abu Sayyaf.

Angkatan Bersenjata Filipina terus memburu anggota Abu Sayyaf di seluruh provinsi Basilan dan dekat Pulau Jolo selama dua minggu terakhir. Mereka berharap bisa membebaskan 18 WNA yang saat ini ditahan kelompok tersebut.

WNA yang ditahan Abu Sayyaf antara lain warga negara Kanada, Rovert Hall dan John Ridsdel, serta warga negara Norwegia, Kjartan Sekkingstad. Abu Sayyaf mengancam jika uang tebusan tidak diterima hingga Jumat, 8 April, mereka akan dieksekusi dengan cara dipancung.

Nasib 10 WNI

Lalu bagaimana nasib 10 awak kapal Brahma 12 yang masih ditawan Abu Sayyaf? Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengaku mendengar informasi mengenai penyerangan di Provinsi Basilan tadi malam dari pemerintah Filipina.

Kondisi 10 WNI tersebut saat ini dalam kondisi baik, kata Iqbal kepada Rappler, Minggu, 10 April, tanpa bersedia memberikan keterangan lebih detail.

Sebelumnya, kelompok Abu Sayyaf juga memberi batas waktu bagi pemerintah Indonesia untuk memenuhi uang tebusan sebesar 50 juta peso atau setara Rp 14,2 miliar. Meski demikian, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan pemerintah tidak pernah memberikan batas waktu.

“Yang kami fokuskan adalah menabung, kapan pun dan berapa pun lamanya untuk menyelamatkan 10 WNI akan kami lakukan,” kata Arrmanatha, Jumat malam, 8 April.

Dia menegaskan kembali bahwa dia tidak pernah menyebutkan batas waktu dana talangan baik dalam siaran pers resmi maupun wawancara di lapangan.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla menyatakan tidak akan membayar uang tebusan. Upaya yang terus dilakukan pemerintah saat ini adalah metode kemanusiaan.

“Pemerintah tidak akan membicarakan soal tebusan. Pemerintah juga tidak akan membayar uang tebusan sama sekali, kata JK, Jumat, 8 April di kantor wakil presiden.

Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengatakan upaya pembebasan 10 WNI tersebut akan terus ditangani TNI Filipina sesuai hukum yang berlaku. Jika militer Indonesia ingin memasuki wilayah Filipina, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kongresnya. – Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran HK Hari Ini