• October 4, 2024

5 artikel dipilih oleh kontributor Rappler tahun ini

JAKARTA, Indonesia — Tahun ini kita melihat peristiwa yang mengejutkan negara. Beberapa di antaranya masih bergema hingga saat ini.

Kontributor Rappler di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri membantu mengembangkan berita ini agar dapat dibaca oleh khalayak yang lebih luas.

Bahkan, salah satu artikel dalam daftar ini mendapat penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Artikel-artikel di bawah ini merupakan kontribusi terbaik — dari segi teknik penulisan dan kuantitas Membagikan di media sosial — yang diterima Rappler sepanjang tahun. Mulai dari pemberitaan pemerkosaan massal pada tragedi 1965 hingga opini mengenai LGBT yang menyentuh aspek keagamaan.

Kebetulan atau tidak, kedua artikel dalam daftar ini bertepatan dengan Hari Kemerdekaan, 17 Agustus. Apa bacaan favoritmu?

Lubang buaya dan pola pemerkosaan massal yang berulang di Indonesia

Rika Theo melaporkan jalannya Pengadilan Rakyat Internasional tahun 1965 (International People’s Tribunal) di Amsterdam, Belanda, pada bulan November. Ia meliput persidangan yang berlangsung selama empat hari. Di hari keduanya, Rika menulis tentang korban tragedi pemerkosaan beramai-ramai tahun 1965, Tintin Rahayu.

Kuifie adalah salah satu dari sekian banyak perempuan yang ditangkap dengan tuduhan menjadi anggota Gerakan Perempuan Indonesia (Gerwani) pasca peristiwa 1965. Selama 11 tahun ditahan ia harus mengalami kekerasan seksual berulang kali.

Saya ditelanjangi dan disuruh naik ke meja.

“Jangan akui kamu melakukan tindakan politik?”

Tidak, saya tidak bisa mengaku.

Mereka menutupi tubuh saya dengan puntung rokok.

Rambut kemaluan dan rambut saya terbakar.

Saya hanya bisa berkata: ‘Yesus, Yesus…’

Mereka semakin marah. “Kamu atheis, kenapa kamu memanggil Yesus, Yesus!”

Kesaksian Tintin di atas sungguh menyakitkan untuk didengar (atau dibaca), padahal kejadiannya terjadi 50 tahun lalu. Kesaksiannya pun mengungkap fakta baru, mendiang guru besar Universitas Gadjah Mada itu terlibat kasus penganiayaan terhadap korban kekerasan seksual dan pelecehan pada tahun 1965.

Baca cerita lengkapnya di sini.

Sendirian, Sadiman membebaskan desanya dari kekeringan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 17 Oktober mengumumkan para pemenang Tangguh Awards 2015 di Solo, Jawa Tengah. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi BNPB atas kerja masyarakat dan lembaga yang peduli terhadap bencana.

Pada Tangguh Award keempat ini, salah satu kontributor Rappler Indonesia, Ari Susanto, mendapatkan penghargaan utama Kategori Penulisan Jurnalistik (Citra Cerita Parama) atas karyanya yang diterbitkan oleh Rappler Indonesia berjudul Sadiman sendiri berhasil membebaskan desanya dari kekeringan.

Sejak pertengahan tahun, berita kekeringan dan kebakaran hutan menjadi ritme pemberitaan di semua media. Dampak fenomena El Nino yang mengakibatkan cuaca panas-kering telah menimbulkan sejumlah permasalahan, mulai dari ancaman ketahanan pangan hingga gangguan kesehatan.

Namun sebagian besar pemberitaannya menawarkan nuansa yang sama, berita bernada pesimistis yang sekadar memberitakan kekeringan yang terjadi setiap tahun di negara tropis dengan curah hujan tinggi.

Ari mengambil langkah berbeda dalam menyajikan tulisannya. Ia mengangkat kisah Sadiman, seorang tokoh lokal yang berhasil mengatasi kekeringan dengan tangannya sendiri dan menggerakkan masyarakat tanpa bergantung pada pemerintah.

Sadiman adalah orang yang menyalakan lilin, bukannya mengutuk kegelapan. Ari tak menyangka tulisan tentang Sadiman akan menarik banyak pembaca untuk memberikan bibit penghijauan di desa Sadiman.

Dari Sadiman, pembaca diharapkan banyak belajar tentang kehidupan, tentang keikhlasan dan bekerja dengan tenang untuk melakukan perubahan dan menularkan energi positif.

Baca cerita selengkapnya tentang Sadiman di sini.

Elanto Wijoyono: Kenapa saya blokir grup motor itu?

Warga Yogyakarta, Elanto Wijoyono, membuat heboh media sosial pada Hari Kemerdekaan, 17 Agustus. Ia menghadang rombongan sepeda motor besar yang sedang melakukan konvoi kemerdekaan di Kota Gudeg. Video rekaman aksi tersebut diunggah di media sosial dan menjadi viral.

Kenapa dia berani menghalangi konvoi sepeda motor? Dalam wawancara eksklusif dengan Rappler, ia mengaku punya dua alasan.

“Pertama, penggunaan pengawal diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang siapa yang berhak atas hak utama menggunakan jalan. “Kelompok sepeda motor itu bukan salah satunya,” ujarnya.

“Yang kedua adalah konvoi. Konvoi apa pun, bukan hanya sepeda motor. “Cenderung terjadi pelanggaran dalam konvoi, seperti konvoi partai politik, konvoi pendukung dan sebagainya, baik dikawal maupun tidak.”

Saya menulis Elanto dapat dibaca di sini.

Mengapa saya memberikan cuti 6 bulan kepada karyawan yang sedang hamil

Ilustrasi wanita hamil oleh Frank Van Beek/EPA

Blogger Rappler Kokok Dirgantoro membuat terobosan dalam pengakuannya pada bulan April tahun ini. Ia mengangkat tema yang menurut pengakuannya sendiri “tidak biasa”, yaitu cuti hamil.

Sebagai pengusaha di bidang konsultasi hubungan Masyarakat dan penyedia layanan pemantauan mediaKokok memberikan cuti melahirkan bagi karyawannya dengan menerima gaji penuh selama 6 bulan.

Kenapa dia berani mengambil kebijakan sebesar itu, padahal perusahaan “kecil” yang dibangunnya baru berusia 2 tahun? Ide ini muncul ketika ia masih hidup sebagai karyawan – istrinya juga bekerja.

Kantor tempat istrinya bekerja terus meminta ibu hamil ini untuk datang karena ada masalah yang harus diselesaikan, padahal di kehamilan pertamanya istri Kokok sering mengalaminya. gerhana. Berat badannya turun lebih dari 15 kilogram hanya dalam 2-3 bulan.

Ia pun berniat “membalas dendam”. Tak disangka, sepuluh tahun setelah niat mulianya terungkap dalam hatinya, ia berhasil mewujudkan keinginannya.

Artikel ini mendapat reaksi beragam dari pembaca. Namun sebagian besar dari mereka mendukung dan mengapresiasi langkah Kokok.

Salah satu komentar di website kami berbunyi: “Bagus, Mas. Saya salut Pak. “Kebijakan perusahaan Mas yang ‘sederhana’ ini, yang dianggap Mas ‘masih kecil’, diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi kemajuan dan kesejahteraan perempuan pekerja di Indonesia, serta menjadi contoh bagi perusahaan lain untuk menerapkan kebijakan yang sama.”

Baca selengkapnya alasan Kokok memberikan cuti hamil di sini.

Beragama tapi toleran terhadap LGBT, bukan?

Foto dari Shutterstock

“Saya percaya homoseksualitas adalah dosa. Sebagai seorang Muslim saya menolak untuk menyetujui praktik ini, tetapi sebagai manusia saya percaya bahwa dua orang yang sedang jatuh cinta tidak boleh dipisahkan.”

Kata-kata di atas ditulis oleh blogger Rappler Arman Dhani. Tentu saja pendapatnya membagi pendapat pembaca. Bisakah seseorang yang mengaku homoseksual menjadi religius?

Menurut Dhani, bisa. “Mencintai bersama, jatuh cinta dan bersikap konyol adalah kebahagiaan yang patut dirasakan semua orang. “Terlepas dari agama dan orientasi seksualnya,” tulisnya. Bagaimana menurutmu?

Tulisan Dhani bisa Anda baca di sini. —Rappler.com

Data Sydney