5 Hal Ini Bisa Bikin Michael Essien Gagal Bersinar di Persib Bandung
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Masuknya mantan bintang Chelsea Michael Essien ke Persib Bandung membuat para pendukung tim berjuluk Maung Bandung bersorak kegirangan.
Maklum, Essien adalah pemain dunia. Selain Chelsea, ia bermain untuk Real Madrid dan AC Milan. Pemain asal Ghana ini juga berhasil meraih trofi Liga Champions, trofi paling bergengsi yang bisa diraih klub Eropa.
Selain itu, Essien juga mengantarkan Chelsea meraih gelar juara Liga Inggris dan Piala FA. Jadi rapor di Eropa, bisa dikatakan, sangat cemerlang.
Namun apakah Essien akan bersinar di Persib Bandung? Meski seragam Chelsea dan Persib sama-sama berwarna biru, bukan berarti kisah Essien di Chelsea akan sama seperti di Bandung.
Banyak faktor yang bisa membuat Essien gagal bersinar di Persib. Inilah lima di antaranya.
Usia
Saat ini, Michael Essien berusia 34 tahun. Pada bulan Desember nanti, ia akan menginjak usia 35 tahun. Tentu saja, bagi seorang pesepakbola, usianya sudah cukup tua.
Hanya sedikit pemain sepak bola yang mampu bertahan di usia tersebut, salah satunya Cristian Gonzales. Di luar negeri ada Michael Carrick, Totti dan Gianluigi Buffon.
Lalu bagaimana dengan Esien? Sejak dipinjamkan dari Chelsea pada musim panas 2012 – saat itu usianya masih 30 tahun – performanya terus menurun.
Di Madrid ia hanya bermain 35 kali. Performa buruknya membuat Madrid melepasnya kembali ke Chelsea pada musim panas berikutnya. Dia kemudian dijual ke AC Milan.
Di klub Italia itu, performa Essien juga kurang impresif. Misalnya, ia hanya bermain sebanyak 22 kali sepanjang musim 2014/2015. Milan kemudian menjualnya ke Panathinaikos.
Di klub asal Yunani ini, Essien hanya bermain 15 pertandingan sebelum kontraknya diputus. Nah, sejak dijual ke Chelsea, Essien perlahan kehilangan aura bintangnya.
Tentunya kita berharap Essien bisa menemukan momentumnya untuk bangkit kembali. Namun, mengingat usianya yang sudah menginjak 34 tahun, sebaiknya jangan berharap terlalu banyak.
Cedera
Cedera bisa menjadi faktor lain yang bisa menyebabkan Essien gagal bersinar di Persib. Sebab, sebesar apa pun pemain, ia tidak akan berkutik saat menghadapi cedera.
Riwayat cedera Essien cukup mengkhawatirkan. Bayangkan saja, Essien menghabiskan 152 hari di ‘ruang perawatan’ sepanjang tahun 2015 akibat cedera. Lokasi pasar transfer Tercatat, pada 3 April hingga 2 Juni 2015, Essien mengalami cedera selama 60 hari.
Dia bermain untuk AC Milan saat itu. Setelah itu, Essien pindah ke Panathinaikos. Di klub barunya, Essien kembali harus bergelut dengan cedera. Ia tercatat absen di Panathinaikos selama 92 hari dan melewatkan 11 pertandingan.
Sejak dibeli Panathinaikos dari AC Milan pada musim panas 2015 hingga September 2016, Essien baru bermain dalam 22 pertandingan. Rentetan cedera ini akhirnya membuat Panathinaikos berstatus bebas transfer pada 20 September 2016.
Meski demikian, Pelatih Persib Djajang Nurjaman memastikan kondisi Essien kini sudah jauh lebih baik. Pasalnya pembelian Essien melalui proses pemeriksaan kesehatan. “Ya, kami tahu riwayat cedera Essien, tapi kondisinya sekarang aman. “Dia menjalani pemeriksaan umum sehingga kami mengetahui kondisinya,” kata Djajang, Selasa, 14 Maret 2017.
Cuaca
Selain usia dan cedera, faktor lain yang mungkin menjadi kendala Essien adalah cuaca. Kita tahu bahwa suhu di Indonesia cukup panas dan lembab. Kondisi ini bisa menjadi masalah serius bagi pemain yang biasa bermain di Eropa yang suhunya relatif dingin.
Oleh sebab itu, Essien tentu memerlukan waktu untuk beradaptasi. Setidaknya jangan berharap dia langsung tancap gas di awal musim.
Kondisi lapangan
Saat Timnas Belanda bertanding melawan pemain nasional di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada April 2013, sejumlah pemainnya mengeluhkan kualitas lapangan GBK.
Kondisi lapangan yang tidak rata menyebabkan aliran bola sering berubah-ubah. Belum lagi rumput yang dianggap terlalu kering dan tanah yang dianggap terlalu keras.
Alhasil, para pemain yang tampil di panggung tersebut seperti Robin van Persie, Wesley Sneijder, dan Rafael van der Vaart tidak bisa menampilkan tekniknya secara maksimal.
Michael Essien mungkin mengalami masalah serupa. Terbiasa bermain di rumput standar Eropa kemungkinan besar akan membuat Essien gagap saat bermain di stadion kandangnya.
Belum lagi jika hujan maka air menggenangi lapangan stadion. Essien tentu akan kesulitan menghadapi situasi seperti ini, yang kemungkinan besar jarang ia jumpai di Eropa.
Gelandang serang
Selain empat faktor di atas, ada satu faktor lain yang bisa membuat Essien gagal bersinar, yakni posisi yang akan dimainkan Essien di Persib Bandung.
Sang pelatih, Djajang Nurdjaman mengaku akan merencanakan Essien sebagai gelandang serang. Keputusan tersebut cukup mengejutkan karena Essien sejatinya adalah seorang bek.
Misalnya saja saat membela Chelesa, Essien bermain di semua posisi di lini belakang, mulai dari gelandang bertahan, gelandang tengah, bek kanan, hingga sayap kanan dan kiri.
Lokasi pasar transfer Tercatat, selama membela The Blues – julukan Chelsea, Essien memainkan 52 pertandingan sebagai gelandang tengah dan 51 pertandingan sebagai gelandang bertahan.
Essien juga diturunkan sebanyak 9 kali sebagai winger kanan dan 9 kali sebagai winger kiri. Ia juga pernah bermain dua kali sebagai bek tengah dan satu kali sebagai bek kiri.
Begitu pula di Real Madrid. Padahal, di klub berjuluk Los Blancos itu, Essien lebih banyak dimainkan sebagai gelandang bertahan (17 kali) dan bek kanan (12 kali). Essien juga diturunkan sebanyak 3 kali sebagai bek kiri.
Lalu bagaimana dengan AC Milan? Di klub Italia ini, Essien juga memainkan peran yang sama seperti di Real Madrid dan Chelsea. Dari 22 penampilannya bersama AC Milan, Essien memainkan 15 pertandingan sebagai gelandang bertahan.
Meski demikian, Djajang optimistis dengan peran baru Michael Essien sebagai gelandang serang. “Kebanyakan orang mengenal Essien sebagai gelandang bertahan. Bahkan dia bisa bermain di banyak posisi, salah satunya gelandang serang,” kata Djajang. —Rappler.com