5 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Konsul Kehormatan Indonesia untuk Palestina
- keren989
- 0
Rencananya sudah dilakukan sejak tahun 2012, namun kerap terhambat karena izin penyeberangan yang harus dikeluarkan Israel.
JAKARTA, Indonesia – Pada Minggu, 13 Maret, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akan melantik Konsul Kehormatan RI untuk Palestina, Maha Abou Susheh, yang berkedudukan di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina. Wanita berusia 55 tahun itu akhirnya terpilih setelah mendapat persetujuan Kementerian Luar Negeri Palestina dan pemerintah Indonesia.
Presiden Joko Widodo memperkenalkan nama Susheh pada Senin 7 Maret saat membuka sesi debat umum KTT Luar Biasa OKI di Jakarta.
Berikut lima hal yang perlu Anda ketahui tentang Konsul Kehormatan.
1. Memiliki latar belakang wirausaha
Susheh adalah ketua Forum Pengusaha Wanita Palestina (BWF) di Ramallah. BWF merupakan organisasi nirlaba yang bekerja untuk memajukan perekonomian perempuan Palestina. Program tersebut diawali dengan pelatihan memasak dan menjahit bagi perempuan Palestina agar mereka memiliki keterampilan dan hidup mandiri.
Ia juga diketahui aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pernah bergabung di lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Pada tahun 2006, Susheh mendirikan BWF bersama aktivis perempuan Palestina lainnya. Dia ditunjuk sebagai ketua pada saat itu.
Selain itu, ia merupakan pemegang lisensi mobil Peugeot di Palestina. Berdasarkan informasi yang dirilis Kementerian Luar Negeri, Susheh masuk dalam daftar 50 pengusaha perempuan paling berpengaruh versi Majalah Forbes Arab. Ia juga merupakan presiden Dewan Direksi Riwaq yang mengawasi masalah perlindungan warisan arsitektur.
Susheh juga merupakan anggota Pusat Perdagangan Palestina.
2. Dicalonkan sejak 2012
Jabatan konsul kehormatan telah direncanakan pemerintah Indonesia sejak tahun 2012. Saat itu, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan penunjukan konsul kehormatan merupakan alternatif dari pembukaan kedutaan Indonesia dan penugasan diplomat Indonesia ke Palestina.
“Jika kami membuka kedutaan di Ramallah, secara operasional kami harus berkomunikasi dan bekerja sama dengan pihak berwenang Israel. Tapi pertanyaannya, apakah kita mau meminta izin pergi dari Ramallah ke Israel setiap hari?” kata Marty.
Posisi Indonesia, kata Marty, tidak ingin berkomunikasi dengan Israel secara resmi.
“Jadi, cara yang paling tepat adalah dengan menunjuk konsul kehormatan,” kata mantan Wakil Tetap RI untuk PBB di New York itu.
3. Diblokir oleh Israel
Niat Indonesia menjadi konsul kehormatan di Palestina tidaklah mudah. Karena seringkali dipersulit oleh Israel. Menurut Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Yordania dan Palestina, Teguh Wardoyo, mengatakan izin masuk ke Ramallah tidak mudah, harus melalui Israel.
Sementara karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, maka urusan izin juga difasilitasi oleh pemerintah Yordania.
“Jangan berpikir memasuki Ramallah dari Amman sama dengan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. “Tidak ada jalan lain, apalagi Palestina masih dijajah Israel,” kata Teguh saat dihubungi melalui telepon, Kamis, 10 Maret.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan pejabat kehormatan konsuler tersebut dipilih sejak November 2015. Namun Keppres tersebut baru diterbitkan pada bulan Desember.
Sementara itu, Menlu harus melakukan perjalanan ke beberapa negara Timur Tengah pada awal tahun ini dan fokus pada permasalahan Arab Saudi dan Iran. Jadi, kami baru punya waktu untuk meresmikan conhor pada Maret mendatang, kata Arrmanatha melalui telepon.
4. Tidak ada hubungannya dengan politik
Sebagai konsul kehormatan, Susheh hanya menangani masalah-masalah non-politik seperti ekonomi dan pariwisata.
“Nyonya. Tugas Susheh antara lain meningkatkan kerja sama ekonomi, sosial, dan budaya antara Indonesia dan Palestina, mendorong investasi dan pariwisata, serta melindungi WNI bila diperlukan,” kata Arrmanatha saat memberikan siaran pers, Kamis, 10 Maret.
Adanya konsuler kehormatan ini juga akan membantu warga Palestina yang hendak berangkat ke Indonesia. Sebab, mereka tidak perlu lagi mengajukan visa di KBRI Amman, Yordania.
5. Bukti nyata dukungan Indonesia terhadap Palestina
Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri Hasan Kleib mengatakan dengan hadirnya konsul kehormatan maka akan ada jejak nyata Indonesia di Tepi Barat, Palestina. Sebelumnya, Indonesia juga memberikan dukungan nyata berupa pembangunan rumah sakit di Kota Gaza.
Susheh akan bekerja dari kantor pribadinya untuk menangani masalah konsuler. Bendera Indonesia juga akan dikibarkan di sana. – Rappler.com
BACA JUGA: