• November 23, 2024

5 peristiwa dunia yang menghebohkan publik sepanjang tahun 2016

JAKARTA, Indonesia – Penuh kejutan. Pernyataan ini mungkin tepat untuk menggambarkan peristiwa internasional tahun 2016.

Berbagai peristiwa terjadi di luar ekspektasi sebagian besar masyarakat, mulai dari Inggris yang memilih keluar dari Uni Eropa hingga calon presiden dari Partai Republik, Donald J. Trump yang terpilih memimpin Amerika Serikat selama 4 tahun ke depan.

Sebab banyak kejutan – yang sebenarnya lebih tidak diinginkan – yang memancing kekhawatiran masyarakat karena belum ada kepastian. Menjelang terpilihnya Trump, muncul kekhawatiran di kalangan umat Islam bahwa mereka tidak lagi diperbolehkan masuk ke Negeri Paman Sam.

Selain itu, masih ada kejadian lain yang sempat menghebohkan publik, berikut Rappler rangkum untuk Anda:

1. WNI mulai menjadi sasaran pembajakan Abu Sayyaf

Peristiwa pembajakan pertama yang menimpa warga Indonesia terjadi pada 26 Maret. Saat itu, sasarannya adalah kapal tunda Brahma 12 dan tongkang Anand 12 yang sedang mengangkut 7.000 ton batu bara dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina bagian selatan.

Saat itu, total ada 10 WNI yang diculik dan terancam nyawanya, karena Abu Sayyaf dikenal tak segan-segan memenggal kepala korban yang ditawannya. ASG dikabarkan meminta uang tebusan kepada perusahaan pemilik kapal, PT Patria Maritime Lines sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp 14 miliar dan hal tersebut dibenarkan oleh Luhut Pandjaitan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Hukum, Politik, dan Keamanan.

Setelah melalui beberapa upaya perundingan, akhirnya pada tanggal 1 Mei, 10 WNI dibebaskan secara bersamaan oleh ASG. Sejak awal pembebasan sandera, rumor pembayaran uang tebusan yang dilakukan pemerintah santer terdengar. Namun, pemerintah berkali-kali membantahnya.

Setelah insiden pembajakan pertama, sepertinya hal itu tidak berhenti. Bahkan, saat pemerintah membebaskan 10 awak kapal Brahma 12, Abu Sayyaf kembali menculik 4 warga negara Indonesia yang bekerja di kapal tongkang Henry dan kapal tunda Cristi.

Pemerintah geram saat mengetahui WNI menjadi sasaran penculikan ASG.

Kelompok ini tidak hanya menyasar warga negara Indonesia yang berlayar menuju dan dari Filipina bagian selatan, namun juga mereka yang berada di laut di perairan Malaysia.

“Indonesia menegaskan kembali kejadian seperti ini tidak bisa ditoleransi. “Kami meminta pemerintah Filipina dan Malaysia melakukan segala upaya untuk melindungi wilayah mereka, baik di darat maupun di perairan,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 11 Juli.

Saat komentar ini dilontarkan, empat insiden penculikan telah terjadi dalam 7 bulan terakhir. Khawatir perairan sekitar Pulau Kalimantan akan menjadi seperti Somalia, Indonesia berinisiatif mengadakan pertemuan menteri pertahanan tiga negara.

Menlu Retno menilai jika ingin mencari solusi atas persoalan ini, diperlukan komitmen dari Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, militer ketiga negara sepakat untuk melakukan patroli terkoordinasi di wilayah perairan masing-masing.

Sayangnya, kesepakatan pertemuan ini tidak mampu mencegah terjadinya pembajakan. ASG terus beraksi dan menyasar warga negara Indonesia. Hingga saat ini, masih ada 4 WNI yang masih ditahan ASG usai diculik di perairan Malaysia.

2. Rodrigo Duterte terpilih sebagai Presiden Filipina

Wali Kota Davao Rodrigo Duterte akhirnya terpilih menjadi Presiden Filipina menggantikan Benigno Aquino yang masa jabatannya telah habis. Dalam pemilu yang digelar Mei lalu, Duterte berhasil meraih suara 14,8 juta warga Filipina, mengalahkan rival terberatnya, Manuel Roxas.

Sejak ia pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden, sebagian besar masyarakat Filipina khawatir bahwa ia akan menerapkan kebijakannya sebagai walikota di Filipina secara keseluruhan. Salah satunya menggunakan kebijakan tegas untuk menumpas penjahat.

Kekhawatiran ini terbukti ketika ia mulai menabuh genderang perang melawan narkoba. Ribuan orang diduga pengedar narkoba ditemukan tewas di tengah jalan.

Sejak dilantik dan menjabat pada 1 Juli hingga September 2016, hampir 3.000 orang tewas dalam perang melawan narkoba. Sementara itu, lebih dari 4.400 orang terkait narkoba telah ditangkap.

Duterte juga menjanjikan hadiah sebesar 2 juta peso atau sekitar Rp. 570 juta kepada siapa saja yang berhasil menangkap polisi atau pejabat yang melindungi bandar narkoba di Filipina (BACA: 5 Hal Penting Sosok Rodrigo “Digong” Duterte)

Tindakan keras ini diprotes oleh banyak kelompok pembela hak asasi manusia seperti Human Rights Watch dan Amnesty International. Mereka menilai Duterte melanggar HAM dengan membunuh orang tanpa melalui proses hukum terlebih dahulu.

Duterte juga dikenal masyarakat internasional karena gaya bicaranya yang blak-blakan dan tidak segan-segan melontarkan hinaan. Para pemimpin dunia pun tak luput dari pelecehan yang dilakukan Duterte, termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang pernah disebut sebagai anak seorang pelacur. Pernyataan itu disampaikan Duterte karena mendengar presiden Partai Demokrat akan menceramahinya tentang penegakan hak asasi manusia di Filipina.

Obama kehilangan selera untuk bertemu Duterte di sela-sela KTT ASEAN di Laos. Namun, menteri luar negeri kedua belah pihak akhirnya saling berkoordinasi dan memastikan pertemuan kembali digelar.

Tampaknya antipati Duterte terhadap Amerika Serikat sangat serius. Ia berulang kali mengancam akan memutuskan hubungan dengan Negeri Paman Sam, termasuk saat melakukan kunjungan kenegaraan ke China pada 20 Oktober lalu. Duterte kemudian mengoreksi pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa rasa ketergantungan masyarakat Filipina terhadap AS sangat tinggi.

“Ini bukan pemutusan hubungan. Aku tidak bisa melakukannya, kenapa? Karena kebijakan ini sangat penting bagi negara kita. Mengapa? “Karena banyak orang Filipina di AS, banyak juga orang Amerika yang merupakan keturunan Filipina,” kata Duterte.

3. Inggris meninggalkan Uni Eropa

Rakyat Inggris mengejutkan publik dunia dengan memilih keluar dari Uni Eropa (UE) dalam referendum yang digelar pada 24 Juni lalu. Berdasarkan hasil penghitungan suara, 52 persen masyarakat Inggris memilih keluar dari UE. Sementara itu, 48 persen memilih tetap bersama UE.

Keputusan Inggris keluar dari UE kemudian disebut “Brexit”, gabungan dari kata “Britain” dan “Exit”. Mengetahui keputusan ini, para investor kemudian bergegas menjual mata uang Poundsterling dan menyebabkan nilai tukar anjlok, bahkan ke level terendah sejak tahun 1985. Ini juga merupakan pertama kalinya negara anggota UE mengurangi bagiannya dalam mata uang tersebut. sejak 60 tahun keberadaannya.

Sayangnya, setelah hasil referendum keluar, sebagian besar masyarakat Inggris belum memahami apa yang sebenarnya mereka pilih. Bahkan sebagian warga mengaku menyesal memilih Brexit karena tidak memahami konsekuensi yang akan dihadapi.

The Washington Post melaporkan warga Inggris berbondong-bondong membuka Google tentang arti Brexit. Pertanyaan yang sering diajukan adalah mengenai implikasi Brexit dan UE.

Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla mengatakan Brexit tidak akan berdampak langsung pada Indonesia. JK mengatakan dampaknya terhadap Indonesia tidak akan besar, namun semangat proteksionisme akan merajalela di banyak negara.

“Indonesia sebenarnya sama. Mengekspor ke Inggris dan mengekspor ke Uni Eropa sama saja. Konsekuensinya lebih banyak terjadi di internal Uni Eropa, kata JK.

4. Kudeta untuk menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan

KUDETA MILITER.  Tank militer Turki berjaga di sebuah jalan di Istanbul, Turki pada Sabtu, 16 Juli.  Foto oleh Tolga Bozoglu/EPA

Di tengah gempuran teror yang dilakukan kelompok militan, Turki juga harus menerima kenyataan bahwa beberapa elemen militernya justru ingin menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan melalui kudeta. Peristiwa yang terjadi pada 15 Juli itu ditandai dengan sebuah jet tempur yang terbang rendah di atas ibu kota Ankara.

Kemudian, pernyataan dari kelompok yang menamakan dirinya “Dewan Perdamaian Internal” melalui siaran radio menyebutkan bahwa mereka mengumumkan darurat militer dan jam malam. Mereka berpendapat kudeta dilakukan untuk menjamin dan memulihkan ketertiban konstitusi, demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan dan supremasi hukum di Turki.

Erdogan yang menjadi target penggulingan diketahui selamat. Ia bahkan menghimbau masyarakat untuk turun ke jalan dan menolak kudeta.

Fasilitas umum seperti bandara dan perlintasan perbatasan ditutup. Akibatnya, ribuan calon penumpang terdampar di Bandara Ataturk, termasuk 60 orang WNI.

Namun, dalam waktu kurang dari 24 jam, tentara setia Erdogan mampu menguasai Ankara dan wilayah lain di Turki. Kudeta dinyatakan gagal. Tentara pro-Erdogan kemudian melakukan penangkapan besar-besaran terhadap mereka yang dicurigai terlibat kudeta.

Erdogan menuduh ulama Fethullah Gulen mendalangi upaya untuk menggulingkannya.

5. Trump menjadi presiden Amerika Serikat

Salah satu peristiwa yang masih sulit dicerna masyarakat adalah ketika mengetahui Donald J. Trump resmi memenangkan pemilu AS yang digelar pada 9 November lalu.

Ini merupakan kekalahan telak bagi calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, yang digadang-gadang media akan memenangkan pemilu AS. Tidak ada yang memperkirakan Trump akan menang, karena dalam 3 debat publik sebelumnya, sang maestro real estate tak mampu menyampaikan visi dan misinya dengan baik.

Namun, hal ini rupanya tidak berlaku. Pada penghitungan awal, Trump berhasil meraih 270 suara elektoral. Sedangkan hasil penghitungan akhir yang dilakukan pada 19 Desember menunjukkan Trump berhasil memperoleh 304 suara elektoral. Sedangkan Clinton hanya memperoleh 227 suara elektoral.

Nah, timbul tanda tanya besar, kenapa Trump bisa menang? Berbagai spekulasi dan analisis bermunculan di masyarakat, termasuk kemungkinan hasil pemilu diretas oleh pemerintah Rusia. Temuan tersebut berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan Badan Intelijen AS (CIA).

Di akhir masa kepemimpinannya, Obama bersumpah akan membalas perbuatan Negeri Beruang Merah tersebut. Janji tersebut sepertinya tidak akan terealisasi, sebab di bawah kepemimpinan Trump diprediksi hubungan AS dan Rusia akan kembali menghangat. Selain itu, Trump dan Presiden Vladimir Putin bertukar surat.

Apapun hasil pemilu AS, Clinton sudah mengakui kekalahannya. Bahkan, mantan ibu negara itu mengucapkan selamat kepada Trump.

“Tadi malam saya mengucapkan selamat kepada Donald Trump dan menawarkan kerja sama atas nama negara kita,” kata Clinton.

Publik kini menunggu apakah seluruh janji kampanye Trump akan dipenuhi, termasuk membatasi masuknya umat Islam ke Amerika Serikat. Departemen Luar Negeri AS telah menegaskan bahwa siapa pun presidennya, mereka tidak akan pernah melarang umat Islam di sana. Namun apakah hal itu akhirnya terwujud setelah Trump resmi dilantik pada 20 Januari? – Rappler.com

lagutogel