• November 24, 2024

5 skandal yang mengguncang Indonesia sepanjang tahun 2016

JAKARTA, Indonesia – Banyak peristiwa menarik – yang juga bisa dikatakan mengerikan, membingungkan dan membuat kita cemberut – terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2016.

Mulai dari Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama yang ditetapkan sebagai tersangka kasus penodaan agama, artis dan pemuka agama Gatot Brajamusti yang tersangkut kasus narkoba, hingga Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto yang menjadi tersangka. diangkat kembali menjadi Ketua DPR RI.

Dalam daftar tersebut, Rappler juga mencantumkan penunjukan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam perombakan Kabinet Kerja jilid kedua oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo, serta kasus pembunuhan terhadap Presiden Joko Widodo. seorang pelajar yang melibatkan pimpinan asrama Islam, Dimas Kanjeng.

Kasus lain seperti persidangan Jessica Kumala Wongso yang divonis 20 tahun penjara karena meracuni temannya, Wayan Mirna Salihin, sebenarnya juga bisa masuk dalam salah satu skandal terbesar di Indonesia.

Begitu pula dengan persoalan dwi kewarganegaraan Arcandra Tahar, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Namun Rappler memasukkan kedua kasus tersebut ke dalam laporan akhir tahun lainnya, yang kami beri judul Apa yang membuat kita tidak mengerti selama tahun 2016.

Berikut 5 skandal yang mengguncang Indonesia sepanjang tahun 2016:

Ahok merupakan tersangka kasus penodaan agama

Hingga akhir tahun 2016, Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama menjalani 3 kali persidangan kasus penodaan agama sebagai terdakwa.

Kasus ini bermula dari pernyataan Ahok saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada akhir September lalu. Di sana, ia bercerita kepada warga setempat bahwa tak masalah baginya jika tak terpilih kembali pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 karena pemilihnya “dibohongi karena menggunakan surat Al-Maidah (ayat) 51 “.

Menurut Ahok, ayat tersebut kerap digunakan pihak-pihak tertentu – terutama lawan politiknya – untuk mencegah pemilih Muslim menggunakan suaranya pada calon kepala daerah non-Muslim.

Klip video tersebut kemudian menjadi viral di media sosial dan memicu kemarahan di kalangan Muslim konservatif, yang menganggapnya sebagai penistaan ​​terhadap kitab suci mereka. Ahok ditetapkan sebagai tersangka oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri pada 16 November lalu.

Kemarahan massa berlanjut dengan 3 aksi sejak 14 Oktober, 4 November hingga 2 Desember, ratusan ribu umat Islam dari berbagai daerah berkumpul di ibu kota. Mereka menuntut Ahok segera diadili, bahkan di penjara.

Ahok sendiri secara pribadi telah meminta maaf, namun Front Pembela Islam (FPI) dan organisasi Islam lainnya berjanji akan terus mendesak agar Ahok diadili hingga ia diadili. Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran di kalangan kelompok progresif dan pluralis, bahwa Indonesia tidak lagi menjaga keberagaman dan mendapat tekanan dari kelompok mayoritas.

Wiranto diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Tentu Anda akan berpikir bahwa orang yang layak menduduki jabatan Menko Polhukam adalah orang yang berpengalaman di bidangnya, bukan? Barangkali itulah alasan Presiden Jokowi saat memilih Ketua Umum Partai Hanura Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada reshuffle kabinet kedua pada Juli 2016.

Rekam jejak Wiranto di bidang keamanan sangat mengesankan. Wiranto merupakan ajudan Presiden Soeharto pada tahun 1987-1991. Karir militernya juga dimulai ketika ia diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad dan Kepala Staf Angkatan Darat.

Ia kemudian menjabat Panglima TNI periode 1998-1999. Ia juga menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan periode 1998-1999. Wiranto juga pernah dua kali menjadi menteri pada era Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid.

Namun, penunjukan Wiranto sebagai Menko Polhukam oleh Jokowi dinilai aneh. Jokowi dinilai minim komitmen dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran HAM di masa lalu.

Menurut penyidik ​​Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Wiranto ikut bertanggung jawab pelanggaran HAM yang terjadi di Timor Timur. Ia pun sempat dikaitkan dengan tanggung jawab sebagai Panglima ABRI saat tragedi yang terjadi Mei 1998 itu. Wiranto tentu saja membantahnya. Salah satunya bisa dibaca Di Sini.

Selain itu, Wiranto juga masuk dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendapat mandat dari Unit Kejahatan Berat. Ia dianggap tidak bertanggung jawab atas jabatan panglima tertinggi seluruh angkatan bersenjata dan polisi di Timor Leste agar kejahatan terhadap kemanusiaan tidak terjadi dan menghukum pelakunya.

Akibatnya, sulit baginya untuk bepergian ke luar negeri dan memasuki yurisdiksi internasional. Salah satu negara yang sulit dimasukinya adalah Amerika Serikat karena ia masuk dalam daftar pantauan pemberian visa ke negara Paman Sam pada tahun 2003.

Sejumlah aktivis hak asasi manusia di Indonesia berang. Wiranto harus bertanggung jawab atas pelanggaran HAM seperti penyerangan 27 Juli 1996, tragedi Trisakti dan Semanggi serta penculikan dan penghilangan aktivis, kata koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS). ) . , Haris Azhar, saat itu.

Lantas bagaimana reaksi Wiranto mendengar komentar itu? “Ini lumrah,” ujarnya saat acara serah terima.

Menurut dia, kejadian seperti itu akan selalu terjadi, setiap kali dia menduduki jabatan tertentu. Presiden Jokowi, kata Wiranto, tentu saja mempertimbangkan rekam jejak orang-orang yang dipilih menjadi pembantunya. Setelah itu dilakukan penunjukan.

Dimas Kanjeng ditangkap dalam kasus penipuan dan pembunuhan

Dimas Kanjeng kembali diperiksa di Polda Jatim, Rabu 28 September 2016. Foto Martudji/Rappler

Siapa sangka pria bernama Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang diduga punya kemampuan menggandakan uang ternyata penipu?

Penyamaran Dimas Kanjeng terungkap saat ribuan polisi bersenjata lengkap menggerebek depo pade miliknya di Probolinggo, Jawa Timur pada 22 September 2016.

Dari penggerebekan terungkap Dimas diduga terlibat kasus penipuan senilai Rp 25 miliar. Ia juga terlibat dalam dua kasus pembunuhan murid-muridnya.

Yang lebih mengejutkan lagi, kemampuannya melipatgandakan uangnya hanyalah rekayasa. Sebab, polisi menemukan uang yang berserakan di padepokannya hanya palsu.

Gatot Brajamusti terjerat kasus narkoba

Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Gatot Brajamusti di dalam kendaraannya usai mengikuti penggeledahan di rumahnya di kawasan Pondok Indah, Jakarta, 1 September 2016.  Foto oleh Muhammad Adimaja/Antara

Aktor, penyanyi, dan guru spiritual Gatot Brajamusti ditangkap polisi pada 28 Agustus malam karena kepemilikan narkoba bersama istrinya, Dewi Aminah, di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ironisnya, penangkapan Gatot terjadi setelah ia berhasil terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) pada Minggu malam.

Sejak kemunculannya diketahui publik pada awal tahun 2000-an, Gatot Brajamusti yang akrab disapa Aa Gatot sedikit banyak mulai tenar berkat kiprahnya di dunia hiburan tanah air.

Namanya ramai diberitakan di media karena kedekatannya dengan beberapa selebriti tanah air, antara lain penyanyi bersuara khas Reza Artamevia dan aktris Elma Theana yang tinggal di Pertapaan Gatot selama 9 tahun.

Ia juga dikenal berkarier di dunia musik dan keterlibatannya di dunia film. Tercatat ada 3 judul film yang pernah dibintangi Gatot, yakni Ummi Aminah (2012), Azrax Melawan Sindikat Perdagangan Perempuan (2013), dan Wings Kecil Garuda (2014), serta POD (2016).

Setya Novanto terpilih kembali menjadi Ketua DPR

MKD.  Setya Novanto di DPR.  Foto: Antara

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) resmi mencopot Ade Komarudin dari jabatan Ketua DPR dalam rapat paripurna. Sekaligus menunjuk Setya Novanto sebagai pengganti Ade.

Bahkan, Setya pernah menjabat sebagai Ketua DPR sebelum mengundurkan diri karena kasus “diminta saham oleh papa”.

Setya merupakan politisi yang cukup kontroversial. Namanya kerap disebut dalam berbagai kesempatan.

Kasus Setya yang paling heboh adalah saat ia tampil pada 3 September 2015 bersama calon Presiden Amerika Serikat saat itu dari Partai Republik, Donald Trump.

Kemunculan Setya di kampanye Trump menjadi petaka bagi politikus Golkar itu karena Trump bertanya, “Apakah orang Indonesia menyukaiku?” Setya menjawab, ya. Kritik dari masyarakat menimpa Setya Novanto.

Selain itu, Setya yang masih menjabat sebagai Bendahara Umum Partai Golkar dilantik pada April 2014 oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin terkait pengelolaan anggaran proyek E-KTP senilai Rp6 triliun.

Namun yang membuatnya mundur dari jabatan Ketua DPR adalah kasus dugaan penyerahan saham PT Freeport Indonesia yang menyeret Presiden Jokowi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat itu, Sudirman Saidmelaporkan ke Pengadilan Kehormatan DPR tentang dugaan penggunaan nama Presiden dan Wakil Presiden dalam perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia oleh oknum anggota DPR.

Sudirman mengatakan, anggota DPR berinisial SN itu bersama seorang pengusaha beberapa kali menelepon dan menemui pimpinan PT Freeport Indonesia. Anggota DPR ini menjanjikan solusi kepada pihak-pihak yang berunding dengan RI, sembari meminta saham perusahaan dan saham proyek pembangkit listrik.

Setya dinyatakan bersalah dalam sidang Pengadilan Kehormatan DPR dan mengundurkan diri pada Desember 2015, sebelum diangkat kembali menjadi Ketua DPR setahun kemudian. —Rappler.com

BACA JUGA:

lagutogel