• December 5, 2024
736.000 orang terjebak dalam perbudakan di Indonesia

736.000 orang terjebak dalam perbudakan di Indonesia

Berdasarkan indeks global ini, negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, membayar murah pekerjanya yang menghasilkan produk untuk pasar Eropa Barat, Jepang, Amerika Utara, dan Australia.

JAKARTA, Indonesia—Indeks Perbudakan Global tahun 2016 menempatkan Indonesia pada posisi ke-7 di Asia Tenggara dengan sekitar. 736.000 warganya masih terjebak dalam perbudakan modern. Secara global, Indonesia berada pada posisi posisi 39 dari 168 negara yang dipelajari di seluruh dunia.

“Masalah perbudakan modern (di Indonesia) terkait dengan pekerja rumah tangga asing dan kawin paksa serta anak,” demikian bunyi Global Slavery Index (GSI) dalam laporan yang dirilis Selasa, 31 Mei.

Di Asia Tenggara, Kamboja mencatat prevalensi perbudakan modern tertinggi dengan 1,6 persen penduduknya, disusul Myanmar 0,96 persen, Brunei Darussalam 0,81 persen, Thailand 0,63 persen, Malaysia 0,43 persen, dan Filipina 0,40 persen.

Sedangkan negara dengan angka perbudakan terendah di Asia Tenggara adalah Vietnam dengan jumlah penduduk 0,17 persen, disusul Singapura 0,17 persen, Timor Leste 0,29 persen, dan Laos 0,29 persen.

Dalam hal jumlah korban perbudakan modern, India menempati posisi teratas dengan 18,35 juta orang, disusul Tiongkok dengan 3,39 juta orang, Bangladesh 1,53 juta orang, dan Uzbekistan 1,23 juta orang.

GSI mendefinisikan Perbudakan modern adalah situasi eksploitasi dimana seseorang tidak dapat melawan atau bergerak karena adanya ancaman, kekerasan, pemaksaan, penyalahgunaan kekuasaan atau penipuan.

Saat ini, sekitar 45,8 juta orang di seluruh dunia masih terjebak dalam perbudakan modern dan sekitar 66 persen diantaranya berada di Asia Pasifik.

Menurut Indeks Perbudakan Global, negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, memberikan gaji yang lebih rendah kepada pekerja yang memproduksi produk untuk pasar Eropa Barat, Jepang, Amerika Utara, dan Australia.

Beberapa negara tersebut dinilai sudah melakukan terobosan dalam mengatasi hal tersebut, seperti Indonesia yang berupaya menghapuskan perbudakan nelayan di perairannya.

Sementara itu, laporan menyebutkan bahwa Korea Utara merupakan negara dengan perkiraan pekerja yang terjebak dalam perbudakan modern tertinggi berdasarkan prevalensi populasi. Namun data ini sulit diverifikasi meski terdapat bukti bahwa warga Korea Utara dipaksa bekerja oleh negara.

Posisi kedua ditempati oleh Uzbekistan. Laporan menyebutkan bahwa perbudakan modern di negara ini terjadi di perkebunan kapas. Sayangnya, negara adalah pihak yang mempekerjakan warga negaranya sendiri.

Posisi ketiga dipegang oleh Kamboja. Perbudakan modern di negara ini terjadi dalam pekerjaan seks, manufaktur, pertanian, konstruksi, dan pekerjaan rumah tangga.

Sementara itu, laporan tersebut juga menyebutkan negara-negara dengan tingkat prevalensi pekerja yang terjebak dalam perbudakan modern berdasarkan populasi terendah. Negara-negara tersebut antara lain Eropa Barat, Amerika Utara, Australia, Selandia Baru.

Namun ternyata hal ini juga bukan kabar baik, karena pekerja dari 10 negara dengan populasi terbesar menggantikan pekerja dari empat negara maju. Mereka dibayar murah untuk memproduksi barang yang dipasarkan di Eropa Barat, Jepang, Amerika Utara, dan Australia.

Negara yang dimaksud adalah India, China, Pakistan, Bangladesh, Uzbekistan, Korea Utara, Rusia, Nigeria, Kongo, dan india. Baca laporan selengkapnya Di Sini.—Rappler.com

Data Sydney