• November 25, 2024
Penghargaan terhadap Wiji Thukul bukan atas nama pemerintah

Penghargaan terhadap Wiji Thukul bukan atas nama pemerintah

JAKARTA, Indonesia — (UPDATED) Menteri Komunikasi Timor Leste, Nelyo Isaac, memaparkan soal pemberian penghargaan kepada aktivis Indonesia, Wiji Thukul.

Isaac mengatakan, penghargaan yang diberikan kepada Wiji bukan atas nama pemerintah, melainkan dari salah satu organisasi perlawanan Timor Leste yang saat itu ada di Pulau Jawa, Brigada Negra.

“Wiji Thukul adalah warga negara Indonesia dan aktivis yang saat itu memperjuangkan penderitaan rakyat Timor Leste untuk kemerdekaan. Atas jasanya Brigada Negra memberinya penghargaan ini, tulis Isaac dalam pesan singkat yang diterima Rappler, Jumat, 18 Maret.

Yang menyerahkan penghargaan pada Rabu, 16 Maret, adalah mantan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao dan diterima oleh putri Wiji, Fitri Nganthi Wani.

Selain Wiji Thukul, penghargaan serupa juga diberikan kepada beberapa mantan aktivis Indonesia seperti Budiman Sudjatmiko, Dita Indah Sari, dan Daniel Kusuma.

Acara ini juga diliput langsung oleh televisi lokal, Televisi Timor Leste.

Sebelumnya beredar pesan di media sosial yang menyebutkan bahwa Fitri pernah tampil di salah satu stasiun TV Timor Leste untuk menerima penghargaan atas nama ayahnya, seorang penyair dan aktivis buruh yang hilang sejak 1998. Dalam pesan di media sosial yang ditulis Ndorokakung, Xanana angkat bicara mengatakan Wiji adalah orang yang memasok dan merakit bom yang digunakan tentara Timor Leste untuk melawan ABRI.

“Sayangnya Thukul dibunuh oleh anggota ABRI di perbatasan. Dibom,” tulis Wicaksono yang dikenal di media sosial dengan nama Ndorokakung, pada Kamis malam, 17 Maret.

Apakah benar apa yang diunggah Wicaksono di situs Path? Adik Wiji, Wahyu Susilo yang dihubungi Rappler melalui pesan singkat membantah isi artikel di media sosial.

“Sertifikat penghargaan kepada kawan-kawan Partai Rakyat Demokratik dan 400 anggota Brigada Negra dalam seminar tuntutan masyarakat Timor Leste terkait perbatasan laut dengan Australia. “Sama sekali tidak ada hubungannya dengan bom,” kata Wahyu.

Lalu bagaimana reaksi Ndorokakung? Pria yang berprofesi sebagai jurnalis ini justru kaget karena apa yang ditulisnya di media sosial miliknya bisa tersebar luas.

“Saya tidak ingin mengomentari apa pun. Saya juga tidak ingin meninjau atau menambahkan status Pad saya. “Saya tidak akan menyebutkan dari mana saya mendapat informasi untuk dituliskan sebagai status,” kata Wicaksono saat dihubungi Rappler melalui telepon, Jumat, 18 Maret.

Dikritik oleh para aktivis

Status Ndoro Kakung seperti tertulis di Path membuat geram Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI). Mereka menilai, status yang ditulis Ndoro Kakung pada Kamis 17 Maret melukai perasaan keluarga, sahabat, dan masyarakat yang memperjuangkan akuntabilitas negara dan pelaksanaan rekomendasi Pansus Orang Hilang DPR RI (28 September 2009):

“Berita yang muncul dari akun media sosial Ndorokakung yang mempertanyakan kelayakan Wiji Thukul, mendapat pengakuan, tentang di mana dan bagaimana Wiji Thukul meninggal serta bagaimana putri Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani menerima hadiah uang, adalah tidak benar sepenuhnya,” tulis Ketua. dari IKOHI, Wanmayetti dalam pesan singkat yang diterima Rappler pada Jumat, 18 Maret.

Wanmayetti menjelaskan, informasi mengenai keberadaan orang-orang tercinta merupakan hak paling esensial bagi keluarga korban penghilangan paksa. Apalagi kabar tersebut tersebar tanpa bukti.

“Hal ini jelas melukai hati keluarga, sahabat dan masyarakat yang telah memperjuangkan hal ini selama lebih dari 17 tahun. Penyebaran informasi palsu bahwa Fitri Nganthi Wani menerima hadiah uang juga menambah rasa sakit hati, kekecewaan dan kemarahan bagi keluarga dan teman, kata Wanmayetti.

Lewat pesan tersebut, Wanmayetti justru mengingatkannya untuk membantu mengungkap keberadaan delapan aktivis yang hilang, bukan sebaliknya. Selain itu, pihak keluarga juga menuntut agar Ndorokakung mencabut tuduhannya dan meminta maaf kepada keluarga Wiji Thukul, khususnya kepada Fitra Nganthi Wani dan kepada seluruh keluarga korban pelanggaran HAM di Indonesia.

Ndorokakung meminta maaf

Setelah sebelumnya berbincang dengan Rappler, Wicaksono mengaku tak akan mengklarifikasi status Path, tak lama kemudian ia mengunggah status baru.

Diakuinya, status Path yang ditulis Kamis lalu, berbuntut panjang. Sebab, ada yang melakukannyamenangkap Status tersebut kemudian diedarkan secara online.

Wicaksono kemudian menjelaskan awal mula dirinya mendapat informasi tentang penghargaan Wiji Thukul.

“Pada Rabu malam, seorang teman memberi tahu saya bahwa TVTL telah menyiarkan acara pemberian Xanana kepada putra Wiji Thukul, Wani. Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk terima kasih Xanana kepada Wiji karena dinilai berjasa membantu perjuangan Timor Leste, kata Wicaksono.

Teman Wicaksono kemudian menjelaskan bahwa Xanana kemudian berbicara dalam bahasa Indonesia tentang jasa Thukul.

“Teman saya terharu saat melihat tayangannya karena ada bagian cerita yang tidak dia ketahui. “Kemudian status itu muncul di Path,” ujarnya.

Alasan Wicaksono menulis informasi tersebut di Path adalah karena hanya ditujukan untuk kalangan terbatas. Ia menjelaskan, informasi dari temannya yang tidak diverifikasi dianggap sebagai pengetahuan baru.

“Tentu saja karena belum jelas kebenarannya, ceritanya hanya ada di Path yang terbatas. “Saya kira hanya segelintir orang yang tahu,” ujarnya.

Ia membantah status tersebut bukan untuk mencari sensasi, melainkan sebagai titik awal untuk memulai upaya mengungkap kebenaran kembali.

“Jika ada pihak yang merasa tidak puas dengan status ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. “Bukan tujuan saya menimbulkan cedera atau menutupi masalah,” kata Wicaksono.

Sayangnya, Wicaksono tak menjelaskan apakah informasi keterlibatan Wiji dalam pembuatan bom dan dugaan kematiannya di kawasan perbatasan Timor Leste dengan Indonesia juga didengar dari teman-temannya. Sementara itu, salah satu penerima penghargaan di Dili, Rabu, Wilson Obrigados mengatakan Xanana sebenarnya berkomunikasi dalam bahasa daerah, Tetun.

“Tidak ada pidato resmi dari Pak. Xanana tidak. Ia terharu dan menanggapi puisi Wiji yang dibacakan putrinya, Wani. “Dia kemudian memeluk Wani dan memberinya bunga,” kata Wilson kepada Rappler melalui pesan singkat, Jumat, 18 Maret.

Wiji Thukul bukan bom

Klarifikasi pun datang dari organisasi Brigada Negra (ACBN) yang dipimpin Xanana Gusmao. Dalam keterangan tertulis yang diperoleh Rappler dari ketua panitia acara, Nuno Corvelo Laloran Rui Lourenco, penghargaan tersebut merupakan kegiatan terakhir dari rangkaian seminar mengenai perbatasan laut. Dalam kesempatan tersebut, Timor Leste menjelaskan perjuangan mereka saat ini untuk mendapatkan kedaulatan maritim dari Australia.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat kepada 500 pejuang dari berbagai organisasi di Timor Leste sebagai pengakuan atas kontribusi mereka dalam perjuangan kemerdekaan. “Kami juga mengundang aktivis solidaritas internasional dari Indonesia, Jepang, Portugal, dan Australia,” jelas Nuno.

ACBN merupakan perkumpulan yang didirikan oleh para pejuang Brigada Negra pada tahun 1995 oleh Panglima Tentara Pembebasan Timor Leste saat itu, Xanana Gusmao. Organisasi ini juga memberikan bantuan kemanusiaan, mendokumentasikan arsip perjuangan dan menyelenggarakan seminar.

Salah satu pengusaha Indonesia yang mengikuti acara di Gedung Delta Nova, Dili, Tadius Prio Utomo, mengatakan Wiji Thukul merupakan salah satu aktivis yang menerima penghargaan tersebut. Namun, ia membantah pernyataan Xanana yang menyebut Wiji merakit bom buatan tentara Timor Leste untuk melawan ABRI.

“Jadi, saat Mbak Wani (putri Wiji Thukul) mendapat piagam penghargaan dari Xanana untuk Wiji Thukul, dia mengaku terharu. Ia menangis dan mengatakan bahwa ayah saya menghilang karena berjuang membantu banyak orang. Xanana kemudian memeluk Wani dan berkata, ‘Ayahmu ada di sini, tunjuk dadanya’, jelas Prio dalam pesan singkat yang menjelaskan bahwa Xanana siap menggantikan Wiji Thukul sebagai ayah Wani.

Sementara terkait pernyataan pembuatan bom, Prio mengatakan Xanana menceritakan kisahnya sendiri saat masih bergerilya.

“Xanana dalam bahasa Tetun mengatakan, saat bergerilya dia belajar merakit bom tapi tidak ada hubungannya dan tidak menyebut Wiji Thukul sama sekali. “Jadi isu yang berkembang itu bias,” kata Prio.

Dalam cerita Xanana, lanjut Prio, ia juga tidak menyebut Wiji dibunuh ABRI di kawasan perbatasan. Organisasi ACBN kemudian meminta Wicaksono menghubungi Xanana dan keluarga untuk meminta maaf.

Prio mengatakan, acara tersebut juga dihadiri Eko Sulistyo, staf politik Presiden Joko Widodo. Kehadiran Eko untuk menunjukkan dukungan Timor Leste dalam perjuangan merebut kedaulatan wilayah maritim dari Australia.

Keberadaan Wiji masih menjadi misteri hingga saat ini. Dia terakhir terlihat di Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur.

Berdasarkan laporan tim ad hoc Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM Berat Penghilangan Orang Secara Paksa (PPOSP) periode 1997-1998, tim Mawar paling bertanggung jawab atas penculikan Wiji dan puluhan aktivis lainnya.

Tim Mawar merupakan tim yang dibentuk di bawah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Grup IV berdasarkan perintah langsung dan tertulis dari Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayor TNI Prabowo Subianto.—dengan laporan Santi Dewi/Rappler.com

BACA JUGA:

Hk Pools