• November 25, 2024
Anggota DPR ini memeriksa ke Banyuwangi dan menemukan 5 hal

Anggota DPR ini memeriksa ke Banyuwangi dan menemukan 5 hal

JAKARTA, Indonesia – Nihayatul Wafiroh merupakan wakil rakyat yang rajin turun lapangan mengecek langsung pelayanan publik di daerah pemilihannya.

Pada akhir tahun 2015, ia menerbitkan buku berisi aktivitasnya sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), daerah pemilihan Jawa Timur III yang meliputi Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo.

“Ini bagian dari transparansi dan akuntabilitas,” kata Nihayatul.

Hari ini, Jumat, 8 Januari, di laman Facebooknya, dia mengabarkan hasil pemeriksaan mendadak di RSUD Blambangan Banyuwangi. Nihayatul bertugas di Komisi IX yang antara lain membidangi masalah kesehatan.

Saat dihubungi Rappler hari ini, Nihayatul masih berada di Banyuwangi.

“Selama saya di RS Blambangan, saya juga mendapat pasien dari keluarga miskin yang kesulitan mengakses layanan kesehatan. Hal itu saya sampaikan langsung kepada pimpinan rumah sakit yang mendampingi kunjungan tersebut. “Saya sampaikan kepada petugas, kalau pasien tidak mempunyai lembaga Jamsostek, saya akan menanggung biaya ibu yang tidak mampu itu,” kata Ninik, sapaan akrab Nihayatul.

Ninik berangkat ke RSUD Blambangan pada Kamis, 6 Januari lalu. Di sana ia menemukan sejumlah permasalahan yang perlu diperbaiki, baik dari segi infrastruktur maupun pelayanan kepada pasien.

Berikut catatan pemeriksaan Ninik:

Pertama, Pelayanan di ruang apotek masih lambat dan saya melihat antrian yang menumpuk. Petugas bekerja tidak teratur. Rumah sakit membutuhkan apoteker yang tidak hanya memadai namun dapat bekerja dengan cepat, serta layanan mesin antrian otomatis untuk memudahkan pasien dalam menunggu obat yang dibutuhkannya.

Kedua, kurangnya ruang server yang masih satu ruangan dengan staf sehingga pemeliharaan peralatan menjadi sulit. Catatan kesehatan dari jurusan teknologi informasi dimana selalu terjadi perbedaan antara input dan output. Pihak rumah sakit mengaku belum memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk melakukan pencatatan kesehatan saat pemasukan data.

ketiga, Saat saya mengunjungi berbagai ruangan, termasuk ruang perawatan pasien dan NICU (Neonatal Intensive Care Unit), saya menemukan banyak kekurangan. Pipa air ada yang tersumbat, AC tidak berfungsi karena rusak, beberapa kamar pasien pengap karena kurang mendapat sinar matahari, dan ruang NICU masih bercampur dengan ruang pemeriksaan dan perawatan bayi lainnya.

keempat, Dari pemeriksaan itu saya juga berkesempatan ngobrol dengan para dokter. Saya belajar banyak hal dari percakapan itu. Para dokter mengeluhkan kurangnya perhatian Kementerian Kesehatan terhadap keberadaan dokter. Misalnya saja dengan minimnya gaji yang mereka terima. Mereka menginginkan standarisasi gaji dokter. Dokter juga mengeluhkan BPJS. Menurut mereka, dana BPJS per pasien belum mencukupi untuk pelayanan kesehatan yang maksimal. Pola dana BPJS yang diberikan kepada pasien berdasarkan jenis rumah sakit tidak relevan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan pasien. Dari pertemuan dengan dokter tersebut, saya juga mengetahui implementasi anggaran kesehatan di Banyuwangi belum mencapai 10 persen. Kota-kota yang memiliki anggaran pendapatan dan belanja daerah yang cukup baik, yang saat ini sudah sangat berkembang dan banyak permasalahan kesehatan seperti HIV/AIDS, masih enggan untuk menerapkan anggaran kesehatan secara maksimal.

kelima, Pada kasus tersebut saya menemukan seorang pasien yang tidak memiliki tempat tinggal dan juga tidak memiliki BPJS, seharusnya ia keluar dari rumah sakit namun karena tidak mampu membayar biaya pengobatannya. Rumah sakit melarangnya meninggalkan rumah sakit. Saya menawarkan pihak rumah sakit untuk menanggung biaya pengobatan termasuk pengobatan, namun pihak rumah sakit menolak karena akan ditanggung oleh dinas sosial.

Dilaporkan Rappler, Jumat sore, 8 Januari, Direktur RSUD Blambangan dr. Taufik Hidayat, dihubungi. Menanggapi temuan Nihayatul, Taufik mengatakan klaim BPJS RS Blambangan selalu lancar dibayarkan. Tidak masalah.

“Masalahnya adalah obat yang ada di dalamnya e-katalog Terkadang sulit untuk masuk ke lapangan, kata Taufik.

Ia menambahkan, sebagian pasien masih menginginkan obat sesuai selera masing-masing.

Soal jumlah dan kualitas apoteker, menurut Taufik, “Jumlah apoteker kita mencukupi yakni 12 orang. Hanya saja bila pasiennya banyak, jam sibukmisal sekitar jam 10.00 WIB resepnya datang bersamaan, bisa 60 sampai 100 resep. Pada saat seperti itu, layanannya melambat.”

Keadaan ini terjadi pada semua pasien, tidak hanya pasien BPJS saja.

Taufik juga menyoroti kecenderungan pasien rawat jalan RSUD Blambangan yang mengambil obat di lantai dasar, padahal seharusnya pasien bisa mengambil obat di apotek rawat jalan lantai dua, untuk menghindari kepadatan dan mempercepat pelayanan.

Selain Nihayatul, ada anggota DPR lainnya yang rajin melaporkan aktivitasnya ke publik, termasuk melalui akun media sosialnya. Ledia Hanifa, Ketua Pansus RUU Disabilitas, juga rajin mengupdate statusnya di akun Twitter @lediahanifa.

Sepanjang libur akhir tahun 2015, Ledia, wakil rakyat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), berinteraksi dengan berbagai kalangan di daerah pemilihannya di Bandung. Ia mengunjungi panti tunanetra Wiyataguna dan fasilitas kesehatan.

Melihat kedua sosok wakil rakyat tersebut, kita berharap kepentingan rakyat yang diwakilinya dapat diperhatikan. Kita ingin informasi yang lebih inspiratif dari para wakil rakyat, bukan sekedar kinerja yang memancing kritik masyarakat.

Namun informasi secara langsung lebih efektif dibandingkan hanya menunggu laporan. Ini berlaku untuk semua bidang ya? —Rappler.com

BACA JUGA:

Angka Sdy