Jokowi mengucapkan terima kasih kepada PBNU sebagai penopang utama NKRI
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
PBNU menilai, tidak tepat jika menyebut Aksi Bela Islam pada 4 November itu dimotori oleh kelompok tertentu
JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengucapkan terima kasih kepada jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) atas peran besarnya memastikan aksi demonstrasi yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat di hadapan Istana Merdeka, Jakarta tetap tertib dan damai pada Jumat, 4 November.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada para pengurus NU dari pusat hingga daerah yang telah memberikan pernyataan-pernyataan yang mendinginkan suasana, pernyataan-pernyataan yang menenangkan suasana, sehingga aksi unjuk rasa pada tanggal 4 lalu hingga malam Maghrib itu berjalan dengan damai,” kata Jokowi usai berkunjung. kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, pada Senin, 7 November.
Jokowi menilai NU menjadi penopang utama negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagai penopang utama Pancasila, keberagaman, dan kerukunan antar umat beragama.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar setengah jam itu, Presiden mengaku membahas banyak hal, terutama hal-hal konkrit dan kerja sama antara pemerintah dan NU untuk membangun bangsa Indonesia.
“Saya kira banyak hal yang harus kita selesaikan bersama antara pemerintah dan NU di lapangan. Terutama yang berkaitan dengan ekonomi masyarakat, hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme. “Saya kira banyak hal yang bisa kita lakukan bersama NU dan pemerintah,” kata Presiden.
PBNU: Pemimpin tidak boleh mengucapkan kata-kata kotor
Dalam pertemuan tersebut PBNU diwakili oleh KH Ma’ruf Amin (Rais Am PBNU), KH Masdar Farid Mas’udi (Rais Syuriyah PBNU), KH Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU), dan Helmy Faishal Zaini (Sekjen PBNU). ).
PBNU sendiri menyebut aksi unjuk rasa 4 November itu merupakan bagian dari demokrasi yang beradab dan niat tulus untuk memperbaiki etika kepemimpinan.
Sebab menurut Said Aqil hakikat kepemimpinan adalah keteladanan yang baik.
“Pemimpin tidak boleh mengucapkan kalimat-kalimat kotor yang menimbulkan kontroversi bahkan menimbulkan perpecahan. “Ibarat pepatah ‘keselamatan seseorang terletak pada menjaga perkataannya’,” kata Said Aqil seperti dikutip dari SeputarNU.com.
Seperti diketahui, aksi Bela Islam pada 4 November lalu meminta Jokowi mencopot Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama yang diduga melakukan penodaan agama Islam.
Dalam pidatonya di hadapan warga Kepulauan Seribu pada September lalu, Ahok mengutip Surat Al-Maidah ayat 51. Dia meminta warga tidak mudah tertipu oleh pihak-pihak yang membodohi pemilih dengan menggunakan ayat-ayat Alquran.
Kini pihaknya mengajak WNI untuk mempererat tali silaturahmi, kebangsaan, dan kemanusiaan.
Sementara itu, Said juga mengatakan bahwa salah jika dikatakan bahwa protes tersebut didorong oleh “aktor politik”.
“Tugas aparat keamanan adalah menindak pihak-pihak yang ingin merusak niat mulia demonstrasi damai 4 November. Soal kericuhan yang ditimbulkan, kami tidak yakin penyebabnya adalah para pengunjuk rasa. Bahkan kami menduga hal itu dilakukan oleh kelompok yang ingin menghancurkan kemurnian dan niat suci tujuan gerakan damai 4 November, kata Said.
Sebelumnya, setelah aksi damai berakhir ricuh, Presiden Jokowi menggelar konferensi pers tengah malam. Dalam kesempatan itu, Jokowi menyayangkan kerusuhan yang disebutnya didorong oleh “aktor politik”.
Said juga mengatakan pihaknya menyayangkan lambannya pemerintah dalam melakukan komunikasi politik dengan rakyatnya. Pemerintahan Pak Joko Widodo harus segera melakukan dialog lebih intensif dengan seluruh tokoh agama agar tercipta suasana kondusif, ujarnya. —Rappler.com