• November 28, 2025

Merayakan kreativitas seni dan desain Indonesia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Mengusung tema ‘Seven Scenes’, menghadirkan tujuh proyek kolaborasi seniman dan desainer

JAKARTA, Indonesia – Gelaran ini merupakan yang ketujuh kalinya Seni dan Desain Kontemporer Indonesia (ICAD) diadakan kembali pada tahun ini.

Diselenggarakan oleh Yayasan Design+Art Indonesia bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Artura Insanindo, Mesa hotel and Resort dan Grand Kemang Hotel, ICAD tahun ini akan berlangsung pada 7 Oktober – 7 Desember.

Berbeda dengan ICAD tahun-tahun sebelumnya, ICAD 2016 diselenggarakan lebih besar dan lebih luas. Melibatkan banyak seniman yang bekerja sama secara berkelompok untuk menampilkan karya terbaiknya.

Hotel Grand Kemang yang terletak di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan kembali dipilih sebagai lokasi penyelenggaraan ICAD tahun ini.

Pakailah sebuah tema Tujuh adeganICAD 2016 menampilkan tujuh proyek kolaborasi dari berbagai genre seni.

Agung Kurniawan (seni rupa), Budi Pradono (arsitektur), Eko Nugroho (seni rupa), Hermawan Tanzil (desain grafis), Oscar Lawalata (desain tekstil), Tita Salina (urban play) dan Tromarama (video) turut serta. di ICAD 2016.

Tujuh adegan sendiri diprakarsai oleh tujuh seniman yang menggandeng seniman atau desainer muda dalam upaya memaknai pesan-pesan kehidupan sehari-hari di kawasan Kemang.

“Kami memilih tujuh ‘pejuang’ yang memberi kami kebebasan untuk mengeksplorasi proyek mereka dengan berkolaborasi dengan seniman atau desainer muda. Inilah yang menghasilkan Tujuh adegan,” ujar Hafiz Rancajale, Kurator ICAD 2016.

Karya kolaborasi Agung Kurniawan dan Prihatmoko Moki ini bertajuk 'Seri Kimchil' yang terbuat dari besi las dan cat minyak.  Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Selain tujuh proyek kolaborasi, ICAD 2016 juga menampilkan instalasi mode kontemporer yang memuat karya empat seniman dan desainer yaitu Anton Ismael (fotografer), Felicia Budi (mode), Marishka Soekarna (seni rupa) dan Tommy Ambiyo (mode).

Karya Agung Kurniawan lainnya bertajuk 'The Soap Project' hasil kolaborasi dengan Kinanti Soap yang menampilkan potongan-potongan wajah orang-orang yang 'disingkirkan negara' seperti Munir, Trubus, Marsinah, Widji Thukul, dan Udin.  Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

ICAD 206 tidak hanya menyelenggarakan pameran karya desainer dan seniman, namun juga menyelenggarakan sejumlah kegiatan pendukung lainnya seperti konvensi desain, seni, kriya, dan film. Kegiatan ini akan mengundang sejumlah pembicara dari dalam dan luar negeri.

Tempat lain di kawasan Kemang seperti Kinosaurus dan CoffeeWar juga dipilih sebagai tempat kegiatan pendukung lainnya seperti pemutaran film restorasi dan diskusi film serta bedah buku.

Karena menempati lokasi utama di dalam hotel, ICAD juga bisa disebut sebagai pameran seni 24 jam karena mengikuti jam kerja hotel. “Kapanpun pengunjung ingin datang, silakan menikmati banyak lapangan kerja di kawasan Grand Kemang,” tambah Hafiz.

Seniman Budi Pradono menggambarkan fenomena urban sprawl yang tidak hanya menimbulkan euforia tapi juga ketakutan.  Bekerja sama dengan Farhan Siki, instalasi kayu dan maket studi ini diberi judul 'Desa Vertikal'.  Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Diana Nazir, Festival Director, mengatakan ICAD tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, memiliki misi untuk menjadikan seni dan desain lebih dekat dan relevan dengan masyarakat.

“Mudah-mudahan ICAD Tujuh adegan “dapat menginspirasi masyarakat untuk membaca ruang dan kota sebagai sebuah ide, dimana seni dan desain dapat menjadi media untuk mengekspresikan ide-ide tersebut,” kata Diana.-Rappler.com.

Hongkong Prize