Kawanan gajah sedang berusaha melarikan diri dari kebakaran hutan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kabar baiknya, sejauh ini WWF belum menemukan satupun satwa seperti gajah dan harimau yang mati di kawasan TNTN yang terbakar.
PEKANBARU, Riau—Sekitar 15-20 ekor gajah di Taman Nasional Teso Nilo, Indragiri Hulu, Pelalawan, Riau terlihat dari dalam hutan. Kawanan gajah ini diyakini sedang berusaha melarikan diri dari kebakaran hutan.
Tim Flying Squad kami mendapat laporan dari masyarakat tentang adanya kawanan gajah yang keluar dari hutan, Syamsidar, staf komunikasi World Wife Fund (WWF) Pekanbaru, kepada Rappler, Rabu sore, 28 Oktober, di Pekanbaru. Kawanan gajah itu ditemukan di kawasan Peranap Indragiri Hulu dekat perbatasan hutan tanaman industri PT Rimba Peranap Indah (RPI).
Flying Squad merupakan tim yang menggunakan gajah terlatih untuk mengejar gajah liar yang masuk ke pemukiman kembali ke dalam hutan.
Menurut Syamsidar, tim Flying Squad yang menggunakan empat ekor gajah tidak berani mendekati kawanan gajah liar tersebut. Kabut asap yang tebal mengurangi jarak pandang dan membuat mereka takut untuk mendekat. Tim ini hanya berani menembakkan senjata untuk menggiring kawanannya kembali ke hutan.
Saat itu tim belum bisa menghitung berapa jumlahnya, namun diperkirakan ada 15-20 kawanan yang mendekati area konsesi HTI PT RPI, kata Syamsidar.
Kabar baiknya, sejauh ini WWF belum menemukan satu pun satwa seperti gajah dan harimau yang mati di kawasan TNTN yang terbakar.
Gajah di Sumatera Selatan
Wartawan Antara memberitakan melihat dua ekor gajah dewasa dan satu anak gajah mencari makan di dekat sungai, tak jauh dari hutan yang terbakar parah di Kawasan Hutan Lindung Padang Sugihan, Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Hutan lindung tempat tinggal gajah juga ikut terbakar sehingga mengancam kelangsungan hidup satwa liar di kawasan tersebut.
Sementara itu, area yang terbakar mengalami kerusakan cukup parah, terlihat dari pohon-pohon motif kotak yang kulit kayunya ikut terbakar sejauh mata memandang.
Dibakar untuk perkebunan kelapa sawit
WWF Pekanbaru terus memantau perkembangan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di kawasan Taman Nasional Teso Nilo. Tercatat, tanah di TNTN mempunyai luas yang luas setiap musim kemarau 83.068 hektar selalu terbakar. Kebakaran di Taman Nasional tersebut sengaja dilakukan untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit.
“Menurut perhitungan berdasarkan citra satelit, yang tersisa hanya wilayah yang masih memiliki hutan 18-19.000 hektar. “Sisanya sudah seluruhnya dirambah manusia untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit,” kata Syamsidar.
Perambahan kawasan TNTN mulai terjadi pada tahun 2006, 2007, dan 2009. Sementara itu, pemerintah menetapkan TNTN sebagai Taman Nasional pada tahun 2004.
Dari temuan lapangan, pembukaan lahan di kawasan TNTN tidak dilakukan oleh masyarakat setempat, melainkan oleh investor.
“Satu orang bisa mempunyai luas 100-150 hektar. Lahan tersebut dimasukkan pada musim kemarau lalu dibakar. “Saat musim hujan ditanam kelapa sawit,” tambah Syamsidar.
Upaya pengendalian yang dilakukan tim terpadu Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Polisi Hutan, dan Balai Taman Nasional Teso Nilo selalu gagal. Tim selalu dihadang oleh ribuan orang yang tinggal di daerah tersebut.
“Sekarang kami tinggal minta kepada pemerintah, tolong jaga sisa hutan di TNTN. “Jika hutan pada akhirnya ditebangi oleh penjajah ilegal, maka satwa yang dilindungi seperti gajah dan harimau tidak lagi memiliki tempat tinggal,” kata juru bicara WWF Pekanbaru.
Berdasarkan catatan WWF Pekanbaru, jumlah gajah yang saat ini hidup di TNTN berjumlah sekitar 200 ekor. Sedangkan Harimau Sumatera yang dipantau pada tahun 2012 sebanyak 9 ekor. Jika kebakaran hutan dan lahan terus meluas di kawasan TNTN, dikhawatirkan rumah satwa tersebut akan hilang. —Rappler.com dengan laporan dari Antara
BACA JUGA: