• November 26, 2024

Kilas balik kinerja TNI 3 tahun terakhir

JAKARTA, Indonesia – Tanggal 5 Oktober merupakan hari bersejarah bagi keamanan bangsa Indonesia. Tanggal tersebut pada tahun 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Tentara Keamanan Rakyat (TKR), atau yang sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sudah 72 tahun TNI melakukan perang gerilya di Indonesia. Sejumlah prestasi dan kesuksesan bisa diraih.

Selain menjalankan tugas militer, TNI juga kerap melakukan berbagai operasi penyelamatan korban bencana alam yang pernah terjadi di Indonesia.

Misalnya, Agustus lalu TNI bersama Angkatan Darat Malaysia juga melakukan pelatihan evakuasi korban.

Berikut 5 kasus bencana alam dalam 3 tahun terakhir yang dibantu oleh TNI dalam penanggulangannya:

Banjir di Garut dan longsor di Sumedang

TNI turut andil dalam salah satu bencana alam yang baru-baru ini terjadi di Indonesia yaitu banjir bandang di Garut pada 21 September

Luapan sungai Cimanuk dan Cikamuri menyebabkan banjir bandang dengan ketinggian 1,5 – 2 meter.

Selain itu, 5 dusun di Desa Ciherang, Sumedang juga mengalami longsor pada 20 September yang menimbun beberapa rumah dan mengakibatkan korban meninggal dunia.

TNI dalam bencana ini berperan penting dalam penyelamatan dan evakuasi korban bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang, Polri, Palang Merah Indonesia (PMI), hingga relawan dan masyarakat.

Kebakaran hutan di Riau

Bencana kebakaran hutan di Riau yang terjadi sejak tahun lalu mengejutkan masyarakat, tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Dalam bencana ini, TNI juga terlibat dalam pemadaman kebakaran yang terjadi khususnya di pulau Sumatera dan Kalimantan. Tercatat pula seorang prajurit TNI AD ditemukan tewas terbakar di lokasi Karhutla saat memadamkan api.

Selain itu, TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau juga turut membantu proses pembebasan sandera pegawai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang disekap oleh sebuah perusahaan sawit hingga akhirnya dibebaskan.

(BACA: Kisah prajurit yang memadamkan api, mulai dari dikejar gajah hinggasusah cari air)

Peringatan bencana alam di Bandung Barat

Sebanyak kurang lebih 789 personel TNI dikerahkan untuk antisipasi dan penanggulangan bencana alam di Kabupaten Bandung BaratJawa Barat, April lalu.

Hujan yang terus turun dengan intensitas tinggi berpeluang menimbulkan bencana alam seperti tanah longsor dan pergerakan tanah di kawasan yang cukup rawan ini.

Berbagai perlengkapan dan logistik untuk proses evakuasi dan bantuan kepada korban juga telah disiapkan TNI, mulai dari tenda, perahu kecil hingga pembagian makanan.

Banjir di Sumatera Barat

Aksi penyelamatan dari bencana alam banjir juga dilakukan oleh TNI saat itu Banjir melanda Kabupaten PasamanSumatera Barat, Februari lalu.

Banjir ini merendam lebih dari 300 unit rumah di berbagai kabupaten di Sumatera Barat.

TNI aktif memberikan bantuan seperti air bersih, penyediaan kebutuhan pokok, hingga pakaian bekas bekerja sama dengan pemerintah dan donatur.

Longsor di Purworejo

Pada Juni 2016, terjadi bencana alam longsor di 3 Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo.

Sebagian besar korban, sekitar 22 orang meninggal dunia dan 18 korban tidak ditemukan dalam pencarian. Hal itu terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan angin kencang.

TNI dan Polri langsung turun untuk membantu mengevakuasi korban longsor ini. Namun, proses pencarian juga menghadapi situasi yang menantang karena hujan terus turun dan angin kencang menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya tanah longsor lebih lanjut.

Namun, selain terlibat dalam proses evakuasi dan pendampingan bencana, tak sedikit anggota TNI yang lolos dari sejumlah pelanggaran, misalnya dalam urusan hak asasi manusia (HAM).

Berikut 5 pelanggaran HAM yang diduga dilakukan anggota TNI dalam 2 tahun terakhir:

Seorang tukang ojek di Cibinong ditembak anggota TNI

Kejadian ini terjadi pada tanggal 3 November 2015 di Cibinong, Bogor.

Serda Yoyok membunuh Japra (40 tahun), tukang ojek di Cibinong, karena mobil yang dikemudikan Serda Yoyok disusul dari kiri ke kanan oleh sepeda motor Japra.

Menurut versi Kodam Siliwangi, Serda Yoyok menembak Japra di kepala setelah Honda CRV yang dikendarainya disusul dari kiri ke kanan.

Namun, menurut keterangan saksi, keduanya sempat terlibat adu mulut dan awalnya saling dorong, sebelum akhirnya Serda Yoyok menembak dan membunuh Japra.

Penembakan 2 warga sipil di Timika

Dua warga sipil bernama Imanuel Mairimau (23 tahun) dan Martinus Apokapo (24 tahun) tewas setelah ditembak oleh 2 anggota TNI di Timika, Papua pada 28 Agustus 2015.

Peristiwa itu terjadi ketika, menurut penuturan TNI yang diungkapkan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen Wuryanto, seorang anggota TNI bernama Serka Makher yang sedang mabuk diserang warga. Makher kemudian ditemani 2 rekannya, Sertu Anshar dan Praka G.

Sertu Anshar kemudian menghubungi ponsel Makher dan meminta bertemu di pertigaan Titi Teguh T. Saat bertemu, Sertu Ansar dan Makher diserang warga.

Ketika mereka diserang, Sersan Ansar memasukkan senapannya dan melepaskan dua tembakan peringatan, tetapi tidak dihiraukan. Bahkan, menurut Wuryanto, beberapa warga berusaha menyita senjata tersebut.

Dengan itu, Sertu Anshar berusaha mempertahankan diri dengan menendang dan kemudian menembak kakinya. Namun akhirnya hilang, menewaskan 2 warga sipil.

Bentrokan antara TNI AU dengan warga Desa Sari Rejo

Warga Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Medan, terlibat bentrok dengan TNI Angkatan Udara (AU) pada 15 Agustus 2016. Bentrok terjadi akibat kepentingan darat oleh TNI AU di Jalan Pipa Medan.

Warga sekitar kemudian memblokir Jalan SMA Negeri 2 Medan dan perempatan CBD Polonia Medan dengan membakar kayu dan ban, karena merasa kesal dan mengira tanahnya diambil tentara.

Konflik terjadi saat TNI berusaha memadamkan ban yang terbakar. Warga kemudian melemparkan botol air mineral ke arah TNI. TNI kemudian membalas dengan mengejar warga.

TNI kemudian turun ke koridor dan bentrokan terjadi di beberapa koridor. Buntutnya, lebih dari 9 warga dan 2 wartawan yang bertugas luka-luka akibat penyerangan TNI.

Sari Rejo jatuh, 2 wartawan luka

Sejumlah wartawan Medan menggelar demonstrasi pada 5 Oktober 2016 untuk memprotes perlakuan buruk terhadap wartawan oleh anggota TNI, di Sumatera Utara.  Foto oleh Septianda Perdana/Antara

Selain warga yang terluka dalam bentrokan di Kampung Sari Rejo itu, ada juga 2 orang wartawan, yakni Array dari Tribun Medan dan Andry Syafrin dari MNC TV, yang menjadi korban kekerasan anggota TNI.

Selain dipukuli peralatan lapangan mereka juga diambil paksa.

Array mengaku, dialah yang awalnya ditutup-tutupi kemudian ditarik dan dipukuli oleh TNI. Namun, dia mengatakan dia adalah seorang jurnalis sambil menunjukkan identitasnya.

Tak lain, Andry juga dipukuli meski menyebut TNI sudah mengetahui dirinya sebagai jurnalis. Tidak hanya itu, dompet, ponsel, dan kamera praktis hartanya juga diambil oleh TNI dan kemudian dimusnahkan.

Pemukulan wartawan di Madiun

Wartawan Kontributor NET TV di Madiun, Jawa Timur, Sony Misdananto, terluka setelah dipukul oleh anggota TNI di depan Mabes TNI, pada 2 Oktober.

Dalam kronologinya, Sony ingin meliput kecelakaan lalu lintas antara konvoi sekolah silat dengan seorang wanita pengendara sepeda motor.

Saat merekam kejadian itu, dia mengaku dipanggil ke pos pengamanan oleh petugas Provost.

Dia kemudian mengatakan bahwa dia adalah seorang jurnalis, sambil mengidentifikasi dirinya sendiri. Namun, petugas memintanya untuk menghapus rekaman tersebut. Tidak lama kemudian, Sony merasakan pukulan di bagian belakang kepalanya.

Dia kemudian dilarikan ke rumah sakit oleh Komandan Yonif Para Raider 501/Bajra Yudha dan Wakapolres.

Terkait kejadian tersebut, Kodim 0803/Madiun, Letkol. Infantri Rahman Fikri, meminta maaf langsung kepada Sony. NET. TV terus melaporkan pelecehan Sony ke Departemen Polisi Militer (Denpom) Madiun. —Rappler.com

login sbobet