KJRI Davao langsung mengevakuasi 11 WNI yang berada di Kota Marawi
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Mabes Polri masih mendalami laporan adanya satu WNI yang tewas akibat bentrokan di Kota Marawi.
JAKARTA, Indonesia – Kementerian Luar Negeri menyatakan situasi di Kota Marawi, Mindanao, Filipina selatan, semakin parah sehingga seluruh WNI yang masih berada di sana harus dievakuasi secepatnya. KJRI Davao mencari cara untuk mengusir WNI dari Kota Marawi karena situasi masih fluktuatif.
Berdasarkan informasi Kementerian Luar Negeri, terdapat 11 WNI yang masih berada di Kota Marawi. Satu orang menjadi warga lokal karena menikah dengan warga negara Filipina. Sedangkan 10 orang lainnya merupakan anggota Majelis Tabligh Bandung dan Jakarta.
“Mereka melakukan khuruj (keluar rumah untuk beribadah dan berdakwah di masjid) selama 40 hari,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir melalui pesan singkat, Minggu, 28 Mei.
Sedangkan 6 WNI lainnya berasal dari berbagai kota di Pulau Sulawesi. Namun berdasarkan informasi salah satu kelompok, mereka berada di wilayah provinsi Lanao del Norte pada 26 Mei. Lokasinya sekitar 3 jam dari Kota Marawi. Jadi, total ada 17 WNI yang saat ini berada di kawasan Mindanao.
“Menurut mereka, aktivitasnya melakukan dakwah dari masjid ke masjid,” kata diplomat yang pernah ditugaskan di Jenewa dan New York itu.
Proses evakuasi rencananya akan dikoordinasikan antara otoritas keamanan kedua negara. Kadiv Humas Mabes Polri Setyo Wasisto membenarkan 11 WNI yang berasal dari Bandung dan Jakarta itu masuk ke Filipina Selatan secara sah.
“Sekarang identitasnya sedang didalami anggota Densus 88. Informasi awal mereka ke sana karena dakwah dan bukan untuk berperang dengan kelompok militan,” kata Setyo di Mabes Polri, Minggu, 28 Mei.
Lalu bagaimana dengan kabar salah satu WNI tewas dalam perang antara kelompok militan Maute pro ISIS dan militer Filipina? Setyo mengaku pernah mendengarnya.
“Saya mendapat informasi ada 1 orang yang meninggal, kalau tidak salah dari Indonesia atas nama Syekh Aiman Marjuki. Namun masih perlu dicek kembali dengan berbagai sumber untuk memastikan apakah dia warga negara Indonesia, kata Setyo.
Polri juga menyadari letak antara kota Marawi dan Indonesia sangat dekat. Hanya membutuhkan waktu lima jam untuk menyeberang darat dan laut menuju Indonesia. Saat itu, anggota kelompok Maute tiba di Kepulauan Miangas dan Maoreh, pulau terluar di Indonesia.
“Saya kira rekan-rekan TNI dan Polri di daerah perbatasan tentu sudah menduga hal ini. Perlu kepedulian kita agar tidak ada orang yang masuk ke wilayah kita untuk melakukan kegiatan teroris, ujarnya.
Pada hari keenam pertempuran di kota Marawi, militer Filipina melancarkan serangan udara untuk melenyapkan anggota kelompok militan Maute yang bersembunyi di sana. Menurut juru bicara militer, Letkol Jo-ar Herrera, ada sekitar 40 anggota kelompok Maute yang diyakini bersembunyi di Kota Marawi.
Herrera juga memperingatkan warga yang masih berada di Kota Marawi untuk segera pergi karena pertempuran sedang terjadi di kawasan tersebut.
“Kami telah mengidentifikasi target yang perlu kami ambil. Namun, kita harus menetralisir kelompok teroris lokal yang tersisa,” kata Herrera kepada media.
Puluhan warga sipil tewas
Sedangkan akibat pertempuran tersebut, 19 warga sipil tewas di Kota Marawi. Mereka termasuk tiga wanita dan seorang anak yang ditemukan tewas di dekat gedung universitas.
“Teroris ini menentang penduduk lokal. “Kami menemukan jenazah mereka saat melakukan operasi penyelamatan (Sabtu),” kata Herrera.
Sementara itu, juru kamera AFP melihat delapan jenazah lainnya di jalan di luar Kota Marawi pada hari Minggu. Warga sekitar mengenali mereka sebagai pegawai penggilingan padi dan mahasiswa kedokteran.
Herrera mengaku pihak militer belum menyelidiki penyebab kematian mereka. – dengan pelaporan AFP/Rappler.com