Tiga hasil awal IA-CEPA dapat diimplementasikan
- keren989
- 0
Indonesia-Australia menyelesaikan perundingan IA CEPA ke-7. Kedua negara menyepakati bentuk kekuatan ekonomi.
JAKARTA, Indonesia – Indonesia dan Australia optimistis proses perundingan kerja sama ekonomi komprehensif (IA-CEPA) akan selesai pada akhir tahun 2017. Pada perundingan putaran ke-7 di Jakarta, akhir pekan lalu, kedua delegasi juga berkomitmen untuk bekerja sama. , yang tidak hanya memanfaatkan pasarnya masing-masing, tetapi juga memanfaatkan pasar di negara ketiga atau pasar global. Delegasi Indonesia dipimpin Deddy Saleh, sedangkan delegasi Australia dipimpin Trudy Witbreuk.
Prinsip kerja sama yang dirumuskan kira-kira seperti itu kekuatan ekonomi, atau lokomotif ekonomi. Prinsip ini masih dikembangkan dan nantinya akan diperjelas dalam berbagai program kerja sama dalam Bab Kerja Sama Ekonomi, kata Deddy Saleh. Menurut Deddy, pada perundingan IA CEPA putaran ke-7 ini, tim kedua negara menyampaikan diskusi yang cukup positif di seluruh kelompok diskusi, termasuk isu-isu terkait kerja sama ekonomi.
“Salah satu perkembangan baik dari putaran ini adalah disepakatinya unsur-unsur yang menjadi dasar penyusunan rancangan naskah kerja sama ekonomi. Hal ini merupakan bagian integral dari perundingan dan yang membedakan IA CEPA dengan perjanjian perdagangan bebas (FTA) lainnya. “Di FTA hanya soal akses pasar, sedangkan di CEPA ada pasal ‘Kerja Sama Ekonomi’ agar Indonesia bisa memetik manfaat positif dengan negara mitra tersebut,” kata Deddy dalam keterangan tertulis yang diperoleh Rappler.
IA CEPA akan menjadi dokumen resmi pertama kerja sama ekonomi komprehensif bagi Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Sejak tahun lalu, Indonesia juga telah memulai perundingan kerja sama ekonomi komprehensif dengan Uni Eropa (IE CEPA). Saat berkunjung ke beberapa negara di Eropa tahun lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa IE CEPA didasarkan pada prinsip keterbukaan dan persaingan.
(BA: Indonesia – Australia sepakat untuk membahas kerja sama ekonomi yang komprehensif)
Deddy Saleh mengatakan kepada Rappler saat pertemuan di Konferensi Dewan Bisnis Australia-Indonesia pada Oktober 2016 bahwa ada enam sektor yang diharapkan dapat meningkatkan hubungan kedua negara.
Pertama, meningkatkan kerja sama pariwisata dengan sektor jasa pendukungnya (perhotelan). Kedua, kerja sama ketahanan pangan dan partisipasi dalam pasokan global. Ketiga, IA-CEPA akan mengembangkan sumber daya manusia melalui kerjasama teknis dan pelatihan pendidikan lanjutan.
Keempat, meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup warga dengan meningkatkan program pertukaran informasi. Kelima, percepatan konektivitas ekonomi digital, e-commerce, dan industri kreatif. Keenam, memfasilitasi peluang kerja sama pembangunan infrastruktur dan energi.
“Dengan Australia, peluang kerja sama ekonomi digital sangat besar dan ini merupakan sektor yang berpotensi untuk segera direalisasikan,” kata Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Himawan Hariyoga. BKPM mencatat tren pembangunan di abad 21 menuju era digital, oleh karena itu ekonomi digital menjadi penting dalam setiap pembahasan IA-CEPA.
Indonesia saat ini sedang bekerja keras membangun ekonomi digital dengan target nilai US$130 miliar dolar pada tahun 2020, atau meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan posisi tahun 2014 sebesar US$12 miliar dolar AS.
(BA: Target nilai ekonomi digital Indonesia sebesar US$130 miliar, terbesar di Asia Tenggara)
Hasil awal yang bisa diimplementasikan
Menurut Deddy, kedua negara telah menghasilkan diskusi yang signifikan pada putaran ke-7 ini, baik dari segi akses pasar maupun pembahasannya perjanjian teks. “Jika pada putaran terakhir ada sesi brainstorming lagi, maka putaran ini fokus pada tahapan pembahasan naskah dan negosiasi akses pasar,” kata Deddy.
Permasalahan utama IA-CEPA yang dibahas adalah perdagangan barang (termasuk ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, hambatan perdagangan teknis, sanitasi dan fitosanitasi), perdagangan jasa (termasuk jasa keuangan, pergerakan orang, jasa keuangan, telekomunikasi). Ketentuan Penanaman Modal, Perdagangan Elektronik, Persaingan Usaha dan Kerangka Kelembagaan.
Dalam perundingan tersebut, kedua negara juga secara intensif membahas lebih mendalam upaya-upaya implementasi kerja sama yang menjadi bagian dari hasil awal (hasil awal) IA-CEPA, seperti kerjasama di bidang standar obat dan makanan, produk herbal dan pemetaan standar. Kedua negara menyadari pentingnya advokasi dan sosialisasi perundingan IA CEPA, termasuk perkembangan implementasi hasil awal kerja sama.
Menurut Ni Made Ayu Marthini, Direktur Perundingan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, ada sembilan hasil awal perkembangan yang akan dibahas dalam pertemuan ini yaitu kerjasama di bidang pertukaran tenaga kerja terampil, kemitraan di bidang ketahanan pangan sektor daging dan daging sapi, jasa keuangan, rekomendasi IA-BPG (Grup Kemitraan Bisnis), kejuruan, desain fesyen dan perhiasan, inovasi pangan, standar obat dan makanan, produk herbal dan pemetaan standar.
“Tiga dari sembilan hasil awal siap dilaksanakan tanpa menunggu ratifikasi perjanjian, yaitu kerja sama di bidang standar obat dan makanan, produk herbal, dan pemetaan standar. “Kalau di bidang fesyen dimulai awal tahun 2017,” kata Made Marthini yang juga wakil ketua tim perunding dari Indonesia. –Rappler.com