Cara Menghitung Poin Piala Sudirman ‘Tegang’
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Piala Jenderal Sudirman memiliki sistem penilaian tersendiri yang tidak umum digunakan di liga sepak bola luar negeri
JAKARTA, Indonesia – Pada Piala Jenderal Sudirman yang baru dibuka Selasa 10 November, ada perbandingan poin yang unik.
Berbeda dengan pertandingan sepak bola pada umumnya (menang = 3 poin, seri = 1 poin, dan kalah = 0 poin), turnamen ini memiliki aturan tersendiri.
Dalam turnamen yang digagas Mabes TNI itu, poin kemenangan dibagi dua. Pertama, menang di waktu normal (2 x 45 menit), atau kedua, menang lewat adu penalti.
Tim yang menang dalam waktu normal akan diberikan tiga poin seperti biasa. Namun jika pertandingan berakhir imbang maka pertandingan harus dilanjutkan ke adu penalti. Sebab turnamen ini tidak mengenal hasil seri.
Tim yang menang melalui adu penalti, yaitu di luar waktu normal, hanya akan mendapat 2 poin. Sedangkan tim yang kalah melalui adu penalti mendapat poin hiburan: 1 poin.
Menurut Ketua Panitia Umum Piala Sudirman, Hasani Abdul Gani, aturan tersebut sebenarnya tidak diterima oleh liga mana pun. Meski demikian, ia tak memungkiri pihaknya terinspirasi dari Liga Jepang yang sedikit banyak menganut sistem poin seperti itu.
“Kami hanya ingin kompetitif, bukan meniru atau mengadopsi dari mana pun. “Saat ini pertandingan akan berlangsung seru hingga akhir, dan akan terus menegangkan karena tidak ada hasil imbang,” ujarnya.
Format yang tidak wajar ini, kata Hasani, akan menyenangkan penonton. Pertandingan tidak akan berakhir dengan skor yang sama pakai itu. Setiap pertandingan akan melakukannya klimaks karena akan selalu ada pemenang.
Format penilaian ini telah digunakan oleh sejumlah liga di luar negeri. Diantaranya adalah Liga Jepang atau J-League, liga sepak bola Amerika yang terkenal bernama MLS (Major League Soccer), dan liga Brasil, Serie A Brasileiro.
Namun sejak era sepak bola modern, pada awal tahun 2000-an, format tersebut sudah ditinggalkan karena FIFA memiliki standarnya sendiri.
J-League saat ini menggunakan format umum, 3 poin jika menang, 1 poin jika seri, dan nol jika kalah. Perubahan poin ini dilakukan pada tahun 2004. Mereka menyebut fase 2005 merupakan fase sepak bola Jepang menjadi modern, padahal J-League sudah disebut-sebut sebagai liga terbaik di Asia saat itu.
MLS sendiri menggunakan format ini pada tahun 1996 hingga 2000. Setelah itu mereka fokus pada sepak bola Eropa yang tidak menggunakan format tersebut. Sedangkan Liga Brasil sudah meninggalkan format tersebut sejak tahun 1990-an.
Format turnamen disesuaikan dengan ‘biaya pertandingan’
Keputusan panitia penyelenggara menggunakan format poin hingga ada adu penalti sebenarnya bukan semata-mata demi mengejar kualitas kompetisi. Tapi juga untuk berbagi biaya pertandingan dengan adil.
Sebelumnya, pada Piala Presiden, biaya pertandingan terbentur rata. Tim yang menang dan kalah akan mendapatkan jumlah uang yang sama.
Namun pada Piala Jenderal Sudirman, sistemnya diubah. Tim pemenang akan mendapatkan biaya pertandingan Rp 125 juta, sedangkan yang dirugikan Rp 75 juta. Perhitungannya berdasarkan waktu normal.
Jika pertandingan berlanjut ke adu penalti, skorlah biaya pertandingan turun untuk kedua tim. Pemenangnya hanya mendapat Rp 110 juta dan yang kalah Rp 90 juta.
“Itu adil, bagi tim yang bekerja keras untuk menang, ada imbalan lebih. Oleh karena itu persaingan semakin terasa. Ini bukan hanya tentang nilai saja biaya pertandingan“Kata Hasani.—Rappler.com
BACA JUGA: