• November 25, 2024
Liputan bom Jalan Thamrin semrawut

Liputan bom Jalan Thamrin semrawut

Alih-alih memberikan informasi yang akurat, sebagian besar media di Jakarta justru menjadi ‘penguat’ ketakutan masyarakat dengan menyebarkan informasi palsu terkait teror bom Jalan Thamrin.

JAKARTA, Indonesia – Peristiwa teroris bom di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari masih terus dievaluasi, termasuk dari sisi pemberitaan. Sebab, banyak media yang terjebak pada perolehan rating dibandingkan mempertimbangkan persoalan etika jurnalistik.

Dua hari setelah kejadian yang menewaskan 8 orang, termasuk pelaku bom, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengeluarkan teguran kepada sejumlah lembaga penyiaran, antara lain Metro TV, TVRI, NET TV, Trans 7, iNews, Indosiar, TVOne, dan Radio Elshinta.

Media ini dituding tidak memberikan konfirmasi kapan isu teror menyebar ke Palmerah, Cikini, dan sejumlah tempat lainnya. Apalagi media televisi tidak melakukan sensor terhadap jenazah pelaku bom teroris.

Anggota Dewan Pers Yoseph Stanley Adi Prasetyo menilai pemberitaan teror bom Jalan Thamrin sangat ricuh 5 jam setelah kejadian terjadi. Menurutnya, sumber informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan (lelucon), nyatanya disebarluaskan oleh sebagian besar media tanpa proses konfirmasi dan verifikasi.

“Media suka penguat “yang membuat masyarakat semakin was-was,” kata Stanley dalam sesi diskusi “Membedah Pelaporan Terorisme Jalan Thamrin: Kode Etik atau Rating?” di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta di Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu 24 Januari.

Stanley menilai sebagian besar dari mereka lelucon yang tersebar melalui media sosial atau aplikasi pesan singkat seperti WhatsApp, berasal dari masyarakat yang menginginkan kekacauan di Jakarta. Namun media massa belum mampu meredam informasi yang menyebutkan adanya serangan bom teroris di tempat lain di Jakarta.

“Makanya masyarakat panik. “Karena ada pesan-pesan teroris yang kemudian diteruskan oleh media,” ujarnya.

Menurut Stanley, seharusnya polisi membentuk media center di saat kritis ini. Dari media center, informasi palsu yang berkembang di masyarakat bisa terbantahkan.

Selain itu, Stanley juga menyayangkan jurnalis yang menyiarkan langsung tragedi teror bom Jalan Thamrin tanpa memperhatikan kode etik. Pelanggaran tersebut berasal dari penggambaran mayat secara grafis, tanpa proses penyuntingan apa pun.

“Sebaiknya siaran langsung tidak dilakukan, karena juga dapat mengakibatkan kegagalan operasi polisi menangkap pelaku teror bom,” ujarnya.

Para jurnalis yang diterjunkan ke lapangan saat peristiwa bom terjadi juga masih berusia sangat muda, belum banyak mengetahui kode etik. Dewan Pers mencatat, dari 80.000 jurnalis di Indonesia, baru 7.500 jurnalis yang mendapat sertifikat uji kompetensi jurnalis.

“Peran perusahaan media adalah memberikan pelatihan kepada jurnalisnya, khususnya mengenai kode etik. Jangan menjadi jurnalis yang masih seperti itu unyu-unyu “Saya baru saja lulus universitas dan langsung terjun ke lapangan,” kata Stanley.

Produser Senior Associated Press Television News (APTN), Andi Jatmiko juga menyayangkan pola kerja jurnalis di Indonesia yang selalu mengirimkan jurnalis junior ke lapangan, terutama untuk meliput isu besar seperti terorisme.

Sebab di sebagian besar media internasional, yang terjun langsung ke lapangan untuk meliput isu terorisme adalah para jurnalis senior yang sudah mempunyai banyak pengalaman di bidang media.

“Saat memberitakan Afghanistan, Irak, dan wilayah konflik, yang turun semuanya adalah jurnalis senior. Mereka berdiri memberikan informasi dan dapat menyaring informasi apakah sesuai atau tidak sesuai dengan aturan kode etik. “Tetapi di Indonesia, sebagian besar jurnalis senior lebih memilih berada di belakang meja,” kata Andi.

Polda Metro sedang mempersiapkan permohonan untuk panduan acara besar

Sementara itu, Juru Bicara Polda Metro Jaya Komps Muhammad Iqbal mengakui adanya kesimpangsiuran informasi 5 jam setelah kejadian bom terjadi.

Iqbal pun berjanji akan menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi akurat. Menurut dia, Polda Metro Jaya sedang menyiapkan aplikasi berbasis Android yang bisa diakses seluruh warga. Informasi yang terdapat dalam aplikasi adalah tentang isu-isu terkini yang menjadi perhatian masyarakat, seperti kriminalitas dan lalu lintas.

Aplikasi ini nantinya bisa menjadi pusat informasi resmi, baik bagi masyarakat maupun jurnalis ketika ada suatu peristiwa besar. —Rappler.com

BACA JUGA:

Sdy pools