Masih punya harapan di era Tinder?
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Jatuh cinta di era Tinder.
Mencari jodoh di era iPhone 6 dan Samsung Galaxy kini mudah, cukup… geser Benar dan salah bugar maka itu bisa menjadi belahan jiwamu. Kira-kira begitulah prinsip Tinder.
Tapi apakah itu benar?
Saya masih ingat perasaan pertama ketika saya mengirim surat kepada seseorang yang saya sukai, seorang gadis, di kelas 6 SD. Entahlah apakah orang itu (yang kini menjadi sahabatku) masih menyimpan surat itu dengan baik.
Apa yang saya ingat? Aku merasa bingung seperti anak SD, takut surat cinta pertamaku dibuang ke tempat sampah, dibaca oleh teman-temanku, atau lebih parah lagi, diberikan kepada orang tuaku.
Masih merasa cemas di era Tinder saat ini? Ketika keterlibatan emosional tidak lagi penting karena minat terhadap profil dan foto menjadi lebih penting. PDKT atau pendekatan tidak lagi dilakukan secara tatap muka atau bertatapan diam, melainkan dengan ibu jari dan pulsa 3G yang berbicara.
Sepertinya ada yang salah dengan generasi saya atau bahkan generasi di bawah saya. Bukan berarti kita tidak bisa menemukan cinta di media sosial, tapi berapa banyak yang benar-benar menemukan belahan jiwanya melalui Tinder dan berapa banyak yang justru membuat masalah baru atau sekadar menjadikannya sebagai one night stand?
Saya bukanlah orang yang menentang media sosial semacam ini, namun saya mencoba memikirkan seberapa dalam perasaan dan hubungan yang dibangun. Apakah masih ada perasaan dan kebingungan yang saya rasakan di masa lalu saat ini? Jantung berdebar kencang saat kita bertemu seseorang yang kita sukai. Sekarang rasanya kita melihat lebih banyak gejolak dan status PHP di dunia linimasa Jalan atau Facebook. Bukankah begitu?
Mungkin karena di era Tinder ini cepat jatuh cinta, cepat pula mencari yang baru. Tidak ada lagi kecemasan selama lebih dari seminggu. Mulai ulang program dan coba keberuntungan Anda lagi.
Setiap generasi mempunyai kenangan tersendiri. Rasanya akan ada generasi Tinder di masa depan, generasi yang mengingat Tinder sebagai alat untuk memulai suatu hubungan. Tidak ada lagi surat cinta atau salam melalui radio.
Senang geser di kanan! —Rappler.com
BACA JUGA:
Lewi Aga Basoeki pernah merasa minder. Kini ia bekerja di kantor hukum terkemuka di Jakarta dan menghabiskan waktunya untuk bepergian. Dia dapat ditemukan di Twitter @Legabas.