• November 25, 2024
10 sandera asal Indonesia akhirnya dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf

10 sandera asal Indonesia akhirnya dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Kesepuluh awak kapal tersebut akhirnya dibebaskan setelah perusahaan pemilik kapal membayar uang tebusan.

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Presiden Joko “Jokowi” Widodo memastikan kelompok Abu Sayyaf telah membebaskan 10 sandera dari Indonesia, pada hari Minggu, 1 Mei.

Kesepuluh awak kapal tunda Brahma 12 dan Anand 12 tersebut dinyatakan dalam keadaan sehat dan segera kembali ke Jakarta.

“Saya juga berterima kasih kepada pemerintah Filipina karena tanpa kerja sama yang baik tidak mungkin tercapai hasil yang baik. Upaya pembebasan ini juga dilakukan melalui kerja sama formal dan informal berbagai pihak, kata Jokowi saat memberikan keterangan pers di Istana Bogor.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyadari tugas pemerintah belum selesai. Sebab, ada 4 WNI lainnya yang disandera kelompok bersenjata Filipina. Belum diketahui siapa yang menyandera keempat awak kapal tunda Henry dan Barge Cristi

Selain itu yang harus kita perhatikan adalah keamanan di perbatasan dan wilayah perairan, oleh karena itu pada tanggal 5 Mei akan diadakan pertemuan dengan tiga negara yaitu Indonesia, Filipina, dan Malaysia, kata Jokowi.

Kesepuluh WNI tersebut kini telah diterbangkan dari Zamboanga ke Indonesia. Kesepuluh WNI tersebut diperkirakan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pada tengah malam nanti.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan upaya pembebasan tersebut dapat terlaksana berkat kerja sama tidak hanya antar pemerintah, tetapi juga dengan berbagai pihak.

Salah satu pihak yang mengaku ikut serta dalam pelepasan ini adalah tim kemanusiaan yang dipimpin bos Media Group Surya Paloh. Rerie L. Moerdijat, Wakil Ketua Media Group, mengatakan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya ini merupakan prestasi bersama Yayasan Sukma, Media Group, dan Partai Nasional Demokrat.

“Perundingan pembebasan sandera dilakukan melalui jaringan Yayasan Sukma dengan tokoh masyarakat yang mempunyai akses langsung terhadap Abu Sayyaf di bawah koordinasi Pemerintah Republik Indonesia,” kata Rerie dalam rilis yang diperoleh Rappler.

Usai dibebaskan kelompok Abu Sayyaf, kesepuluh sandera tersebut dibawa ke rumah Gubernur Sulu di Filipina untuk menjalani proses verifikasi dan diberikan makanan. Mereka kemudian diterbangkan dengan helikopter dari Zulu menuju Zamboanga, sebelum berangkat ke Indonesia.

Sebelumnya, kapal tunda Brahma 12 dan Anand 12 dibajak saat melakukan perjalanan dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina bagian selatan.

Sumber Rappler di Filipina mengatakan pembebasan ini dilakukan setelah perusahaan pemilik kapal, PT Patria Maritime Lines, pada Jumat, 29 April, membayar uang tebusan senilai 50 juta Peso atau setara Rp. 14,2 miliar dibayarkan.

Disambut oleh keluarga

Kabar bebasnya 10 sandera tersebut disambut gembira oleh keluarga korban, Bayu Oktaviyanto yang berlokasi di Klaten, Jawa Tengah.

“Iya benar (Bayu dibebaskan), kami sekeluarga dibawa oleh Bu. Mega melaporkan dari perusahaan. Informasinya, mereka akan dipulangkan ke Jakarta tengah malam nanti, kata ayah Bayu, Sutomo, yang dihubungi Rappler melalui telepon.

Sutomo menjelaskan, pihak keluarga masih menunggu kabar dari Kementerian Luar Negeri mengenai instruksi penjemputan. Ia mencoba menghubungi ponsel putranya yang berusia 23 tahun, namun tidak aktif.

Sutomo juga berterima kasih kepada Rappler yang pertama kali memberi tahu keluarga Sutomo.

“Meski awalnya ragu, akhirnya kami senang karena doa kami selama sebulan terkabul,” kata Sutomo.

Pembebasan ini dilakukan setelah Abu Sayyaf mengeksekusi sandera asal Kanada, John Ridsdel, pada pekan lalu, Senin 25 April. Kepalanya yang terpenggal ditemukan terbungkus plastik dan dibuang di dekat Balai Kota di Pulau Sulu. Suatu hari tubuhnya ditemukan di tempat yang sama.

Untuk menjamin keamanan di perairan utara Kalimantan, tiga menteri luar negeri dan Panglima TNI akan bertemu di Jakarta pada 5 Mei. Ketiga menlu akan membahas aspek teknis patroli bersama di perairan tersebut untuk mencegah pembajakan. —dengan laporan Ari Susanto/Rappler.com

BACA JUGA:

Live HK