• November 27, 2024
Dilema antara kedua liga

Dilema antara kedua liga

Pellegrini enggan memprioritaskan satu liga dibandingkan liga lainnya.

JAKARTA, Indonesia – Manchester City baru saja berpesta setelah lolos ke semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya. Unlimited yang mereka singkirkan adalah raja Prancis, Paris Saint-Germain (PSG).

Tapi Liga Champions bukanlah Liga Premier.

Di Liga Juara Eropa, performa tim mendapat julukan tersebut Masyarakat itu cukup meyakinkan. Dari 10 pertandingan mereka hanya kalah dua kali. Dan hanya satu tim yang bisa mengalahkan mereka: Juventus.

Setelahnya, pasukan Manuel Pellegrini menang 6 kali dan imbang dua kali. Terakhir, mereka baru saja memulangkan Zlatan Ibrahimovic ke Paris setelah kalah 1-0 di Etihad Stadium, kandang City.

Masalahnya, konsistensi performa mereka dalam perebutan trofi Si Kuping Besar—demikian sebutan trofi Liga Champions—belum merambah ke Liga Inggris. Performa mereka di kompetisi domestik memang naik turun.

Mereka kalah 9 kali. Tujuh tim di Liga Premier mengalahkan mereka. Lima tim di antaranya bahkan berasal dari luar lima besar klasemen. Sebagai salah satu favorit juara, performa tersebut jelas kurang meyakinkan.

Apalagi peluang City mengejar Leicester City dalam perebutan gelar juara juga terlalu jauh. Selisih poin mereka adalah 15 poin. Alih-alih menjadi juara, posisi keempat mereka justru diincar rival sekota Manchester United.

Periksa juga performa mereka dalam 7 pertandingan terakhir. City menderita empat kekalahan, hanya dua kemenangan dan satu hasil imbang.

Situasi buruk di Premier League bisa berlanjut saat mereka bertandang ke Stamford Bridge, kandang Chelsea, pada Sabtu 16 April pukul 23:00 WIB.

Chelsea siap membalas kekalahannya di babak pertama

Memang dari segi konsistensi, Chelsea juga tak kalah terpuruknya. Sang juara bertahan masih tertahan di posisi kesepuluh. Di babak pertama, City pun berhasil mengalahkan John Terry dan kawan-kawan tiga gol tanpa balas.

Namun episode buruk di awal musim mulai hilang dengan hilangnya Jose Mourinho dari Stamford Bridge. Situasi internal Chelsea saat City menang besar Agustus lalu jelas berbeda dengan situasi sekarang.

Bersama Guus Hiddink, Chelsea menemukan kembali performanya yang hilang.

Sejak Hiddink mengambil alih Desember lalu, Chelsea hanya kalah sekali. Pekan lalu, 9 April, melawan Swansea City yakni dengan skor tipis 0-1.

Oleh karena itu, tim tuan rumah jelas lebih diuntungkan saat menjamu tamunya. Apalagi, Vincent Kompany dan kawan-kawan akan datang dengan kondisi kelelahan. Tiga hari lalu mereka baru kesulitan mengalahkan PSG.

Sebaliknya, setelah gagal di babak 16 besar di tangan penguasa Prancis, Chelsea nyaris tak punya pertandingan di tengah pekan. Kondisi fisik mereka 100 persen untuk melayani City.

Striker Chelsea Diego Costa kembali tampil sebagai ujung tombak Biru—Nama Chelsea—setelah dilarang tampil sebanyak tiga kali. Duo sekalipun sayap Eden Hazard dan Willian diragukan tampil. Begitu pula cadangan Hazard, Kennedy.

Bek muda tangguh Prancis Kurt Zouma juga absen. Alhasil, Hiddink tak bisa yakin timnya mampu mengatasi City.

“Mereka berada dalam kondisi yang sangat luar biasa. Lolos ke semifinal Liga Champions bukanlah hal yang main-main. Lawan kami akan sangat kuat.” kata Hiddink.

Pellegrini menekankan di kubu tim tamu bahwa timnya harus melakukan kompromi. Target paling realistis di Premier League adalah meraih posisi ketiga atau keempat. Pasalnya dalam tiga laga lagi mereka harus tampil lagi di Liga Champions melawan Real Madrid.

Fokus mereka akan jelas terbagi. “Kami harus memikirkan bagaimana kami bisa tetap berada di posisi ketiga dan keempat,” dia berkata.

Namun di saat yang sama, lanjut Pellegrini, Liga Champions juga menjadi fokus mereka. “Tidak ada liga yang menjadi prioritas. “Semua orang adalah target kami,” katanya.—Rappler.com

BACA JUGA:

Pengeluaran Hongkong