Kisah dibalik lukisan ‘Jayakarta’ yang membuat Ali Sadikin kesal
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Pelukis Srihadi Soedarsono menggelar pameran bertajuk ‘Mengungkap Ja(YA)karta’ pada 23 Agustus hingga 23 Oktober 2017 di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta Barat.
JAKARTA, Indonesia — Setelah sekian lama disimpan, lukisan karya Srihardi Soedarsono bertema ibu kota di masa lalu akhirnya dipamerkan. Pameran bertajuk Ja(YA)karta ini digelar sejak 23 Agustus dan akan berakhir pada 23 Oktober 2017.
Ada tiga lukisan utama yang akan dipamerkan. Pertama, lukisan “Air Mancur” dibuat pada tahun 1973. Kedua, lukisan berjudul “Pembukaan Jayakarta” dibuat pada tahun 1975.
Sementara yang ketiga adalah lukisan terbaru Srihadi, “Dari Jayakarta Menuju Bangsa Maritim yang Gemilang” yang baru dibuat tahun ini.
Tampaknya ketiga lukisan tersebut saling berkaitan. Lukisan “Air Mancar” pertama kali diciptakan Srihadi karena terinspirasi dari pemandangan Jakarta yang dilihatnya. Jika dilihat, lukisan tersebut menggambarkan suasana Jakarta yang sempit dan tidak nyaman. Sebagai seorang pelukis, ia sama sekali tak ada niat menjelek-jelekkan nama Jakarta saat itu.
Namun, saat lukisan itu dipamerkan dalam pameran rangkaian pembukaan Taman Mini Indonesia Indonesia Indah (TMII), Ali Sadikin yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta tak menyukainya. Ia kesal dengan lukisan karya Srihadi karena menurut Ali, lukisan itu menggambarkan kondisi Jakarta yang buruk.
Apalagi dengan banyak logo merek Jepang membuat Ali semakin kesal. Tanpa pikir panjang, dia mencoret-coret lukisan itu hingga mengerang kesal. Namun, sebelum lukisan itu hancur karena coretan Ali, asisten tersebut segera mengambil lukisan itu dan menyembunyikannya dari mata Ali.
Srihadi sebagai pelukis dimarahi gubernur. Srihadi mencoba menjelaskan bahwa dirinya tidak berniat mencemarkan nama baik Jakarta dalam lukisannya, namun sia-sia. Beberapa saat kemudian, Ali mendapat nasehat dari orang terdekatnya tentang lukisan itu. Akhirnya Ali luluh dan meminta maaf kepada Srihadi.
“Pak Ali akhirnya meminta saya membuat lukisan baru tentang Jakarta. Dia meminta lukisan yang bagus kali ini. “Ini menggambarkan Jakarta dengan sangat baik,” kata Srihadi kepada Rappler saat mengunjungi kediamannya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Setelah kejadian tersebut, Srihadi akhirnya kembali membuat lukisan tentang Jakarta pada tahun 1975. Lukisan bertajuk Jayakarta itu menggambarkan Jakarta yang indah dan tertata rapi. Di pojok kanan dia masih menggambarkan “Air Mancur”.
Karena air mancur itu bagian dari lukisan Jayakarta, kata Srihadi.
Saat diperlihatkan kepada Ali, Srihadi akhirnya mendapat pujian dan ucapan terima kasih atas karya yang diciptakannya. “Bang Ali sudah tidak kesal lagi dengan lukisan baru yang saya buat saat itu,” kata Srihadi.
Setelah bertahun-tahun ia kembali membuat lukisan tentang Jakarta yang akhirnya diberi judul “Dari Jayakarta Menuju Bangsa Maritim yang Gemilang”. Lukisan ini tercipta saat Srihadi melihat perbedaan Jakarta dulu dan sekarang.
Terdapat beberapa ikon penting dari lukisan ini antara lain Masjid Istiqlal, Proyek Tol Laut di Tanjung Priok dan Simpang Susun Semanggi, serta yang terpenting adalah Monas sebagai simbol utama Jakarta.
Bagi Anda yang ingin mengunjungi pameran lukisan Srihadi, silakan datang ke Museum Seni Rupa dan Keramik, kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. —Rappler.com