Kampanye HIV/AIDS komunitas gay dibubarkan oleh polisi
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Jaringan Islam Anti Diskriminasi Jawa Timur menyatakan polisi tunduk pada tekanan kelompok radikal di Surabaya.
JAKARTA, Indonesia (TIPO YANG BENAR)—Acara pesta #GueBerani komunitas gay di Surabaya, Jawa Timur, yang semula dijadwalkan pada 7 Februari, dibatalkan setelah Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan polisi menganggap rencana tersebut akan meresahkan masyarakat. Masyarakat mengatakan acara tersebut sebenarnya bukan pesta gay, melainkan kampanye HIV/AIDS.
Soekarwo sendiri mengumumkan penolakannya terhadap acara tersebut di akun Twitter @PakdeKarwo1950.
Saya banyak menerima laporan rencana acara yang diadakan hari ini oleh komunitas tertentu di Surabaya.*Pakde Karwo* pic.twitter.com/tJh6arRROK
— Pakde Karwo (@pakdekarwo1950) 7 Februari 2016
Saya menilai peristiwa ini sudah sampai pada tingkat meresahkan warga dan berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban.*Pakde Karwo*
— Pakde Karwo (@pakdekarwo1950) 7 Februari 2016
Saya selaku Gubernur menegaskan, peristiwa ini harus dihentikan. Polda Jatim juga akan bertindak tegas untuk membubarkan acara ini.*Pakde Karwo*
— Pakde Karwo (@pakdekarwo1950) 7 Februari 2016
Alhamdulillah kepada seluruh netizen di Indonesia. Saya tegaskan acara Pesta Komunitas Gay malam ini di Surabaya DIBATALKAN.*Pakde Karwo*
— Pakde Karwo (@pakdekarwo1950) 7 Februari 2016
Berdasarkan Kabid Humas Polrestabes Surabaya Kompol Lily DjafarPembubaran acara tersebut bukan hanya karena meresahkan tetapi juga karena tidak memiliki izin keamanan atau keramaian acara dari Polsek Dukuh Kupang tempat acara tersebut akan diadakan.
Namun pernyataan ‘meresahkan’ tersebut kemudian ditanggapi pihak penyelenggara. Ketua Majelis Wali Amanat GAYa Nusantara Dede Oetomo mengatakan, acara yang digelar Minggu malam ini bukanlah pesta, melainkan seminar tentang HIV/AIDS. Dede mengklaim kegiatan tersebut sudah dilaporkan ke Kementerian Kesehatan.
Pernyataan serupa juga disampaikan panitia di halaman Facebook-nya.
//
Polisi dinilai sudah melampaui batas
Pernyataan Dede diperkuat oleh Aan Anshori, Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan NU wilayah Jombang yang juga tergabung dalam Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur yang turut memantau acara tersebut.
“Upaya keras Polrestabes Surabaya membubarkan pertemuan komunitas gay di Surabaya berlebihan. Polisi menilai acara ini tidak ada izin keramaian sehingga dikhawatirkan mengganggu ketertiban umum, ujarnya kepada Rappler, Senin, 8 Februari.
Aan mengatakan polisi sebenarnya salah paham terhadapnya. “Menurut informasi yang saya dapat, pertemuan tersebut merupakan pertemuan biasa. “Sebenarnya kegiatan ini bersifat mendidik karena bertujuan untuk mendorong pentingnya kesehatan reproduksi dan melawan bahaya HIV/AIDS,” ujarnya.
“Kesempatan ini terutama digunakan untuk memperkenalkan website Kementerian Kesehatan kepada para peserta yang hadir,” ujarnya lagi.
Aan memperingatkan polisi tentang kebebasan berkumpul dan berserikat yang merupakan hak asasi manusia yang dilindungi undang-undang.
“Saya yakin kegigihan polisi disebabkan oleh dua hal: mereka masih kuat homofobia di bawah kepolisian, dan tekanan kuat dari kelompok radikal Islam Surabaya,” ujarnya.
“Daripada melindungi hak konstitusional kaum gay, polisi lebih memilih tersandera dua hal tersebut. Saya mengutuk tindakan represif yang dilakukan Polrestabes Surabaya,” ujarnya lagi.—dengan laporan dari Febriana Firdaus/Rappler.com
BACA JUGA: