Fahri protes karena disebut intoleran karena hadir pada aksi 4 November itu
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Ia mengaku kaget karena Presiden Jokowi yang ikut dalam aksi 2 Desember itu tidak tertanda.
JAKARTA, Indonesia – Wakil Ketua Dewan Rakyat (DPR), Fahri Hamzah protes karena disebut intoleran hanya karena menghadiri demonstrasi pada 4 November 2016. Ia menilai pemikiran sebagian orang terlalu menyederhanakan keadaan yang ada.
Politisi yang dipecat dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menilai masyarakat menerapkan standar ganda jika label serupa tidak diterapkan kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang juga ikut serta dalam aksi damai pada 2 Desember lalu. 2016.
“Itu tidak benar. Apakah kita mengatakan Pak Jokowi itu intoleran dan juga anti keberagaman? Tanggal 4 November banyak anggota DPR yang hadir, begitu juga pejabat, meski tidak naik truk seperti saya,” kata Fahri. yang ditemui pada Senin, 15 Mei di Gedung DPR Senayan.
Pernyataan itu dilontarkannya sesaat setelah kedatangannya pada Sabtu lalu ditolak sejumlah warga di Manado, Sulawesi Utara. Massa tak terkoordinasi dari ormas tertentu menyerang Bandara Sam Ratulangi sejak Sabtu pagi sekitar pukul 09.00.
Begitu pesawat Garuda yang membawa Fahri tiba, massa langsung bergegas menuju landasan. Mereka meminta Fahri membatalkan kunjungan kerjanya ke Manado dan segera kembali ke Jakarta.
Meski demikian, Fahri tetap melaksanakan kunjungan kerja tersebut meski lebih singkat dari jadwal semula. Ia mengaku kedatangannya diumumkan melalui poster.
“Tetapi hanya poster yang disebar melalui pesan singkat,” ujarnya.
Sesampainya di sana, Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw sudah menunggu di landasan untuk menjemput Fahri dan membawanya ke kantor Gubernur Olly Dondokambey. Fahri mengaku kaget karena kunjungannya disambut protes.
Mengetahui salah satu alasannya karena beredar isu ingin merekrut anggota ormas Front Pembela Islam (FPI), Fahri merasa kecewa. Ia meyakini masih ada sejumlah pihak yang belum menerima hasil Pilkada DKI yang digelar 19 April lalu.
“Memang isu ini dijadikan kobaran api seolah-olah saya datang sebagai pengurus FPI. Saya belum pernah menjadi pengurus FPI. Bagaimana bisa mau mengangkat (anggota) FPI karena itu yang sedang dikembangkan,” ujarnya lagi. .
Fahri mengaku difitnah sebagai sosok yang anti Pancasila dan fanatik. Ia mengaku juga kecewa dengan sistem keamanan yang diterapkan Angkasa Pura, karena massa aksi bisa masuk ke landasan pacu.
“Saya anjurkan jangan menyentuh bandara dan harus dijaga,” ujarnya.
Berakhir dengan kekacauan
Aksi protes kabarnya berlanjut hingga ke kantor Gubernur Sulut. Massa berusaha menerobos masuk dan ingin mendobrak pintu gerbang kantor gubernur.
Untuk membungkam massa, polisi menembakkan gas air mata. Namun massa semakin berang dan membalas dengan melemparkan batu. Akibatnya, tiga personel polisi terkena lemparan batu.
Sementara Fahri usai memberikan ceramah bertema keberagaman, dievakuasi dengan mobil polisi dan langsung melaju melalui pintu belakang. Fahri akhirnya kembali ke Jakarta pada Sabtu sore. Padahal, sesuai jadwal semula, dia seharusnya kembali ke ibu kota pada Minggu. – Rappler.com