Kisah mengharukan pemakaman 15 korban gempa Aceh
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
15 korban terkubur dalam satu lubang
PIDIE JAYA, Indonesia – Mobil ambulans bergegas menuju pintu masuk Meunasah atau Madrasah Kuta Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya pada Rabu sore, 7 Desember 2016.
Lampu sirene yang berkedip-kedip seakan berteriak ke arah kerumunan warga yang berada di lapangan meunasah. Ambulans tersebut kembali membawa korban meninggal dunia akibat gempa berkekuatan 6,5 SR yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu pagi.
Di halaman meunasah, ambulans berhenti. Beberapa petugas bergegas membawa jenazah tak bernyawa itu ke dalam tenda dan kemudian membaringkannya di sana, di atas sajadah dan sajadah.
Jenazah merupakan korban ke-15 yang ‘datang’ ke Meunasah, Desa Kuta Pangwa. Ia dibaringkan bersama 14 korban tewas lainnya. Tubuh mereka ditutupi kain.
Sejumlah warga terlihat memadati tenda. Ibu dan anak menangis. Seorang ibu juga terlihat duduk di samping jenazah suaminya melantunkan surat Yaasin.
Sang ibu tak kuasa lagi menahan air matanya saat melihat bagaimana jenazah suaminya mulai dimandikan bersama 14 jenazah lainnya. Tidak ada kata-kata yang keluar darinya. Hanya hafalan ayat suci yang terucap perlahan dari bibirnya.
Seorang warga menceritakan, saat gempa terjadi, sang ibu sedang berada di rumah bersama suaminya. Ia selamat hanya karena terjebak tembok yang runtuh, sedangkan suaminya tertimpa tembok hingga tewas.
“15 korban tersebut berasal dari 9 kepala keluarga. “Semuanya terkubur di bawah reruntuhan rumah,” kata Sekretaris Kota Kuta Pangwa Zulkifli kepada Rappler, Rabu sore, 7 Desember 2016.
Zulkifli sendiri dan keluarganya menjadi korban gempa tersebut. Saat gempa datang, kata Zulkifili, dirinya sedang berbaring di tempat tidur menunggu azan subuh. Saat hendak berwudhu, tiba-tiba terdengar guncangan yang sangat keras.
Tubuhnya tersentak dan seluruh dinding rumahnya tiba-tiba runtuh. Sebuah blok rumah jatuh menimpa kakinya. “Saat itu, saya berusaha keras untuk mengangkat balok tersebut beserta barang-barang lainnya yang terkumpul. Alhamdulillah dalam waktu 10 menit saya sudah bisa berdiri dengan cepat, bahkan berlari, kata Zulkifli.
Ia bersyukur tidak ada satupun keluarganya yang meninggal dalam kejadian mengenaskan tersebut. “Karena kami tidak terkena dampak langsung dari ambruknya rumah tersebut,” ujarnya.
Percakapan Rappler dengan Zulkifli terputus ketika seseorang meneleponnya dan memberi tahu dia tentang kuburan massal yang sedang dipersiapkan. Zulkifli langsung bergegas menuju makam yang disiapkan untuk menguburkan 15 korban gempa yang baru saja dimandikan.—Rappler.com