Nikmati pesona Lut Tawar di Tanah Gayo
- keren989
- 0
TAKENGON, Indonesia — Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, mempunyai banyak tempat wisata. Daerah ini berada di Dataran Tinggi Gayo. Wilayah Gayo mencakup tiga kabupaten. Diantaranya adalah Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah penghasil kopi terbaik.
Selain gunung dan kopi, salah satu daya tarik wisatawan di sana adalah Danau Lut Tawar. Beberapa orang menyebutnya Laut Tawar.
Danau ini luasnya 5.472 hektar. Panjangnya sekitar 17 km dan lebar 3.219 km. Saya berkunjung ke sana pada Kamis 11 Januari 2018. Suhu di sana mencapai 14 derajat Celcius. Hawa dingin membuat tubuh menggigil. Jaket tebal sangat diperlukan jika Anda berkunjung ke sana.
Danau Lut Tawar merupakan rumah bagi populasi ikan depik. Di pinggir telaga banyak terdapat kandang-kandang milik warga sekitar. Selain ikan depik, ikan nila juga dibudidayakan di sana. Dalam bahasa Gayo disebut ikan mujaher.
Rasanya cukup satu hari menikmati pesona Danau Lut Tawar. Saya mengunjungi sebuah kafe di tepi danau. Kursinya sedikit mengapung di atas air. Dibawahnya terdapat keramba ikan untuk menaungi pemandangan. Air danau ini sangat tenang dan jernih.
Saya memesan kopi Gayo sambil menyaksikan penduduk setempat memberi makan ikan ke dalam keramba. Di tengah danau, warga mendayung sampan. Di sebelah barat danau terlihat Kota Takengon dengan bangunan-bangunannya yang tersusun berjajar.
Waktu terbaik menikmati Lut Tawar adalah pada pagi hari. Sebelum matahari terbit, air danau tampak seperti embun. Di atasnya menggantung kabut putih yang tidak terlalu tinggi. Pemandangan ini bisa kita nikmati selama kurang lebih 30 menit. Sekitar pukul 07.45 WIB, matahari terlihat di balik pegunungan yang mengelilingi danau.
Di pagi hari kita bisa melihat penduduk setempat mendayung kano. Mereka mengangkat jaring ikan yang dipasang malam itu. Ikan yang didapat tentu saja depik dan nila yang populasinya paling banyak di sana.
Saat cuaca sedikit cerah. Kita bisa pergi ke Bur Gayo. Sebuah gunung di tepi Danau Lut Tawar. Jalur menuju kesana bisa dilalui roda dua maupun roda empat. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke sana.
Dari Bur Gayo, mata seakan tak berkedip. Danau Lut Tawar tampak sangat luas, bagaikan air laut yang tersimpan di antara pegunungan. Warna airnya kebiruan. Mungkin inilah alasan mengapa telaga ini disebut Lut (laut) yang airnya tawar.
Masih di Bur Gayo, di sebelah barat kita bisa melihat kota Takengon. Kita bisa melihat seluruh kota dari sana. Di puncak Bur Gayo terdapat tulisan besar Gayo Higland – Tanoh Gayo. Dilihat dari kota, aksara ini terlihat sangat kecil di puncak gunung.
Terong Pantan
Cara paling populer bagi pengunjung untuk menikmati Lut Tawar jika ke sana adalah dari Pantan Terong. Tempat ini juga terletak di puncak gunung. Berbeda dengan Bur Gayo sebelumnya yang berada di sebelah selatan danau, Pantan Terong berada di sebelah barat danau dan Kota Takengon. Oleh karena itu, sebelum melihat telaga, pengunjung terlebih dahulu melihat ke kota Takengon.
Dibandingkan tempat lain, Pantan Terong merupakan tempat tertinggi untuk menikmati danau. Dari situ kita bisa melihat telaga secara panjang. Namun karena sering tertutup kabut, ujung danau masih belum terlihat.
Karena berada di sana, kita serasa berada di dek kapal terbesar yang siap berlayar di danau. “Kami serasa berada di kapal Nabi Nuh yang sangat besar,” ujar Juanda, warga sekitar yang menemani saya.
Pengunjung bisa menikmati secangkir kopi dari puncak bukit ini. Pasalnya, sudah berdiri kafe yang menawarkan kopi Gayo di sana. Dan suhunya sangat dingin. Selain pemandangan kota dan danau, pegunungan hijau dengan puncaknya tertutup kabut juga memanjakan mata.
Selamat menikmati asam anak muda
Setelah menikmati pesona danau dan kota Takengon dari puncak gunung, saatnya menikmati makanan khas Gayo. Namanya, Asam Jeng. Olahan ikan mujair yang pedas dan asam ini biasanya disajikan dengan nasi.
Untuk menikmati asam jeng, kita perlu pergi ke kawasan Een-een, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah. Selain jeng asam, ada juga ikan bakar khas Gayo.
Hidangan asam jeng diolah dengan tomat, cabai merah, kunyit, bawang putih, dan satu bawang merah. Semua bumbu dihaluskan, kecuali tomat.
Sedangkan ikan nila yang sudah dibersihkan diberi perasan jeruk nipis dan garam untuk menghilangkan bau amis. Kemudian lumuri ikan dengan bumbu dan tomat cincang. Terakhir diamkan agar bumbu meresap ke dalam ikan.
Lalu panaskan air secukupnya. Setelah mendidih masukkan daun kemangi dan bumbu lainnya. Selama proses memasak jangan diaduk agar ikan tidak pecah. Setelah tercium aroma kemangi dan rempah, gingko siap disajikan.
Kota Takengon pada malam hari
Malamnya saya kembali ke Bur Gayo. Pasalnya pesona kota Takengon tampak indah di malam hari. Kota Takengon memang tidak mempunyai gedung-gedung tinggi seperti kota besar. Cara melihat lampu kota di malam hari adalah dengan mendaki gunung.
Dari atas terlihat lampu-lampu kota Takengon yang indah. Jika beruntung, pengunjung bisa mendengar suara adzan yang saling berkumandang di masing-masing masjid.
—Rappler.com