Hari keempat sidang Pengadilan Rakyat Internasional atas tragedi 1965
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Hari keempat Pengadilan Rakyat Internasional untuk korban tragedi 1965 membahas keterlibatan negara lain
DEN HAAG, Belanda – Hari keempat, International People’s Tribunal (IPT) bagi para korban tragedi 1965 akan membahas keterlibatan negara lain.
Hari ini, Jumat, 13 November, merupakan hari terakhir IPT 1965.
Sebelumnya, pada hari ketiga, IPT menghadirkan saksi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) 1965 Dianto Bachriadi.
“Dari sejumlah kesaksian ada koherensi yang sangat kuat, dibenarkan oleh penyelidikan Komnas HAM. Bahwa penyidikan Komnas HAM merupakan bukti awal yang cukup untuk melakukan penyidikan sampai ke pengadilan bahwa telah terjadi pelanggaran HAM berat pada peristiwa ’65-’66,” kata Dianto.
Ia juga mengatakan, negara kerap menggunakan momok komunisme untuk merampas tanah-tanah milik rakyat. Baca selengkapnya di linimasa Rappler.
Kontributor Rappler Rika Theo melaporkan langsung dari ruang sidang IPT 1965 di Den Haag. Lihat kronologinya di bawah ini:
15.30 WIB
Ilmuwan Bradley Simpson bersaksi untuk mempresentasikan temuannya mengenai keterlibatan negara lain dalam pembunuhan massal tahun 1965.
Menurut Simpson, negara-negara yang terlibat antara lain Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Ketiganya bekerja sama dengan militer Indonesia untuk melakukan program pembunuhan massal di Indonesia.
15.45 WIB
Wijaya Herlambang bersaksi. Menurutnya, Amerika sudah Persatuan ini mendukung kampanye budaya di Indonesia untuk seniman dan budayawan. Tujuh juta USD dari Ford untuk mendistribusikan buku, pameran budaya dan seni untuk menentang komunisme.
Amerika Serikat melalui tokoh Partai Sosialis Indonesia, seniman dan penulis mendirikan Jurnal Konfrontasi. Yang merespon dengan baik kampanye budaya Amerika di Indonesia.
Badan Informasi AS juga mendistribusikan buku di Indonesia. Orang yang ditunjuk oleh CCF (Kongres Kebebasan Budaya) yang melakukan pendekatan budaya di Indonesia adalah Ivan Katz yang dekat dengan direktur CCF. Siapa sebenarnya anggota militer AS.
Ivan Katz terkait dengan tokoh-tokoh seperti Sutan Takdir Alisjahbana dan Mochtar Lubis serta tokoh-tokoh muda. Setelah Sutan dan Mochtar ditangkap oleh pemerintahan Sukarno.
Ivan mulai mendekati tokoh PSI lainnya. Mereka mendekat Simpatisan PSI seperti Goenawan Mohammad, Arief Budiman, dll.
Pada tahun 60an, perdebatan antara Lekra dan penulis sayap kanan yang dipengaruhi CCF semakin tajam.
Pada tahun 1965 para penulis ini meluncurkan Manikebu (Manifesto Kebudayaan). SAYAprinsip dasar memerangi komunisme. Namun Sukarno melarangnya, dengan alasan mengancam kebudayaan nasional.
Beberapa hari setelah tahun 1965, Goenawan mendapat beasiswa dari CCF, sama seperti Arief.
19:00 WIB Penghormatan kepada para korban tragedi 1965
22.30 WIB Keputusan
Hakim memutuskan bahwa Indonesia dan seluruh negara lain yang mengetahui peristiwa tahun 1965 harus bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada periode tahun 1965 hingga 1966.
Negara-negara lain yang dimaksud adalah yang tercantum dalam dakwaan, antara lain Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. —Rappler.com
BACA JUGA: