• November 28, 2024
FUI Yogyakarta meminta Universitas Kristen Duta Wacana menurunkan baliho bagi mahasiswa berhijab

FUI Yogyakarta meminta Universitas Kristen Duta Wacana menurunkan baliho bagi mahasiswa berhijab

YOGYAKARTA, Indonesia – Forum Umat Islam (FUI) Yogyakarta keberatan dengan penggunaan mahasiswi berjilbab di baliho milik Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).

Mereka kemudian meminta pihak kampus menurunkan seluruh baliho yang menampilkan model mahasiswi berhijab. Sementara pihak kampus berdalih tema tersebut untuk menunjukkan keberagaman agama, suku, ras, dan etnis di kampus yang dianggap sebagai miniatur Indonesia.

“Kami punya hak untuk menolak. “Penggunaan muslimah berjilbab oleh universitas Kristen sangat menyakitkan bagi kami,” kata Koordinator Anggota Muda FUI Yogyakarta M. Fuad Adreago kepada Rappler, Kamis, 8 Desember.

Menurut dia, anggota FUI menemui rektorat UKDW pada Rabu, 7 Desember dan meminta pihak kampus menurunkan baliho tersebut.

“Kami mendapat laporan dari komunitas Muslim tentang baliho tersebut. Tugas kita adalah untukSaring Jangan sampai hal itu dihilangkan oleh umat Islam sendiri. “Kemudian mereka menyadari (kampusnya) dan menghapusnya sendiri,” kata Fuad.

‘Miniatur Indonesia’

Sementara pihak kampus UKDW mengaku mendapat ancaman dari FUI jika tidak menurunkan baliho tersebut. Setidaknya ada 5 baliho yang tersebar di Yogyakarta dan sebaiknya dicopot karena mengusung tema yang sama.

Tenggat waktuHari ini hari Kamis, dan semuanya sudah dikumpulkan. “Mereka (FUI) mengatakan mereka akan datang dalam jumlah yang lebih besar jika tidak dikurangi,” kata Rektor UKDW Henry Feriadi kepada Rappler, Kamis.

“Mungkin sudah masuk kategori ancaman,” ujarnya.

Dalam jumpa pers di kampus UKDW, Henry menjelaskan kronologi kejadian tersebut.

Menurutnya, pada Rabu pagi ada dua orang tamu yang berasal dari salah satu ormas Islam dan Aliansi Jurnalis Islam Bersatu. Mereka meminta pihak kampus menurunkan baliho yang menampilkan model mahasiswi berjilbab.

Alasannya, hijab merupakan simbol Islam dan memakainya tidak memerlukan izin terlebih dahulu dari ormas. “Baliho tersebut wajib diturunkan pada pukul 12.00 (Rabu) siang karena dianggap menyesatkan,” kata Henry.

Kemudian pada pukul 12.15 WIB datang lagi sekitar 6 orang yang mengaku dari FUI. Tuntutan mereka pun serupa, dengan menambahkan agar UKDW mencopot semua baliho dengan model yang sama. Permintaan ini disetujui tenggat waktu “Pencopotan terakhir pada Kamis malam hari ini,” ujarnya.

“Saat ini seluruh baliho sudah diturunkan,” kata Henry, Kamis sore.

Ia mengatakan, baliho untuk menarik mahasiswa baru tersebut menggunakan tiga model mahasiswa berprestasi dan berbeda latar belakang agama, suku, ras, dan suku. Salah satu dari tiga model mengenakan jilbab.

Menurut Henry, mereka merupakan mahasiswa terpilih dan berprestasi. Ketiganya ikut menjadi model promosi kampus tanpa ada paksaan. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa UKDW adalah miniatur Indonesia yang majemuk namun setara.

“Tujuh persen dari 3.800 mahasiswa kami beragama Islam dan tidak ada diskriminasi terhadap siapapun di kampus,” kata Henry.

“Ada kursus agama dan isinya materi Membagikan, mengenal semua agama di Indonesia dalam satu kelas. Isinya membangun dialog, bukan mengedepankan agama Kristen, ujarnya.

Ia menambahkan, UKDW tidak melaporkan kejadian ini ke polisi.

“Materi promosi ini untuk kepentingan internal, jadi tidak perlu meminta izin kepada siapapun,” kata Henry.

Khawatir menjadi virus yang merusak persatuan

Namun saat ini polisi telah melakukan penyelidikan atas dugaan pengancaman yang dilakukan FUI.

“Kami masih sibuk mengkaji untuk mengetahui langkah apa yang diambil polisi,” kata Kombes Frans Tjahyono, Direktorat Reserse Kriminal Polri DIY.

Lestanto Budiman, warga Yogyakarta, mengaku menyayangkan tindakan yang dilakukan organisasi yang mengatasnamakan agama tertentu. Menurut dia, banyak fasilitas umum yang dimiliki pihak swasta dengan latar belakang agama tertentu di Yogyakarta.

“Jika dibiarkan berpotensi menjadi virus yang merusak persatuan dan kesatuan. “Saya Muslim, tapi saya tidak bisa memaksakan kehendak,” kata Lestanto.

“Saya khawatir jika masalah yang sama sampai ke rumah sakit. Kalau tidak bisa masuk (berobat), bagaimana dengan agamamu?” dia berkata.

Sementara itu, seorang mahasiswa Muslim di Yogyakarta membantah adanya upaya Kristenisasi yang dilakukan oleh kampus-kampus Kristen di daerah tersebut.

Ardia Dewi Nurahman, mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mengaku memilih kuliah di kampus tersebut karena memiliki kualitas pendidikan yang baik. Keluarganya juga tidak keberatan dengan pilihannya untuk belajar di universitas non-Islam.

“Saya datang ke sini karena (jurusan) sastra Inggrisnya bagus. “Orang tua dan keluarga saya di rumah tidak mempermasalahkan pilihan kampus saya,” kata muslimah berhijab asal Prambanan itu.

Saat masuk Sanata Dharma, Ardia paham bahwa kampus tersebut adalah kampus Katolik. Meski demikian, ia tidak khawatir akan diajak berpindah keyakinan saat memasuki lingkungan tersebut.

“Ini adalah lingkungan pendidikan, dan toleransi sangat tinggi di sini. Di kelas saya ada sekitar 20 siswa Muslim. Ada juga dosen muslim. “Kami juga tidak pernah diganggu saat beribadah atau beribadah lainnya,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA:

lagu togel