• November 26, 2024

Menteri Pekerjaan Umum yang belajar dari Jati Gede menargetkan pengerjaan 49 bendungan pada 2016

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Peresmian Waduk Jati Gede juga menjadi titik balik Menteri Basuki agar lebih berhati-hati dalam membangun bendungan ke depan.

JAKARTA, Indonesia—Kementerian Pekerjaan Umum mempunyai pekerjaan rumah yang cukup banyak pada tahun ini. Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, ada delapan bendungan baru yang akan dibangun, dan pembangunan puluhan bendungan lainnya terus dilakukan. Total 49 kolam.

“Lelangnya akan kami lakukan pada bulan Maret,” kata Basuki saat berpidato di Forum Pemimpin Redaksi, Jumat malam, 8 Januari.

Pada tahun 2015, salah satu capaian Kementerian ini adalah pembangunan Waduk Jatigede berkapasitas 1 miliar meter kubik. Peresmian Waduk Jati Gede merupakan pencapaian terbesar Kementerian dalam membangun infrastruktur bendungan.

Peresmian Waduk Jati Gede juga menjadi titik balik Menteri Basuki agar lebih berhati-hati dalam membangun bendungan ke depan.

Pasalnya, pada pembangunan waduk yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tahun 1967 tersebut, muncul beberapa permasalahan sosial. Mulai dari kompensasi hingga pemukiman kembali.

Baca laporan lengkap mengenai Waduk Jati Gede di sini.

Belajar dari Waduk Jati Gede

Pembangunan Waduk Jati Gede rupanya menarik perhatian Menteri Basuki. “Waduk ini unik dan istimewa, dibangun 60 tahun lalu, saat kita semua belum lahir,” ujarnya.

Ia sendiri masih ingat saat menjabat sebagai Kepala Dinas Pembangunan Waduk Jati Gede pada tahun 1993. “Waktu itu warga sudah tidak boleh lagi membangun di sana, listrik tidak ada lagi, sekolah tidak ada guru lagi, seolah-olah wilayah tersebut kalah perang,” ujarnya.

Namun belakangan, permasalahan kembali muncul dengan adanya pembangunan rumah baru yang belum dihuni. Dia menyebutnya ‘rumah berhantu’.

Kemudian pada tahun 2011, bangunan fisik Jati Gede mulai dibangun, di tengah isu penggantian lahan yang masih menjadi perdebatan antara pemerintah dan masyarakat.

Kemudian muncullah Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Dampak Sosial Pembangunan Waduk Jati Gede.

Warga yang dianggap sebagai kepala keluarga (KK) hanya diberikan santunan sebesar Rp 29 juta.

Sebanyak 4.514 keluarga mendapat dana santunan senilai Rp122,5 juta dan 6.410 keluarga lainnya mendapat dana santunan sebesar Rp29 juta.

Namun tidak semua warga setuju. “Rumit. “Tetapi akhirnya disepakati untuk dibangun dan diselesaikan,” ujarnya.

Salah satu cara mengatasinya adalah dengan mengurangi debit air sehingga lebih sedikit desa yang tenggelam.

Berjanji tidak akan ada lagi konflik dengan warga

Kasus Jati Gede di atas juga menjadi catatan khusus Kementerian Pekerjaan Umum. Menurut Basuki, pemerintah ke depan akan lebih berhati-hati dalam menentukan lokasi, pembebasan lahan, dan pembangunan bendungan.

“Kami memperhatikan permasalahan sosial yang terjadi selama pembangunan Waduk Jati Gede agar tidak terulang kembali,” ujarnya.

Ia optimistis pembangunan waduk tersebut ke depannya tidak banyak kendala. “Tidak mungkin, dalam suasana demokrasi seperti ini, tidak mungkin,” ujarnya.

Lagipula, kata dia, pembangunan bendungan selanjutnya tidak akan sebesar Jatigede. Kapasitasnya diperkirakan hanya puluhan juta meter kubik. — Rappler.com

BACA JUGA

Pengeluaran Sidney