• October 3, 2024

“Setelah kita membangun infrastruktur, kita membangun peradaban”

Generasi muda di Banda Aceh dipersiapkan untuk menghadapi masa depan sesuai dengan syariat Islam

JAKARTA, Indonesia— Warga Aceh mengenang bencana tsunami yang meluluhlantakkan negaranya hari ini, 26 Desember 2004. Saat terjadi bencana tsunami, Aceh berada dalam status darurat sipil setelah pemerintah menetapkan provinsi Aceh dalam status darurat militer setahun sebelumnya untuk memberantas pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). ).

Pada tanggal 15 Agustus 2005, Jakarta dan GAM menandatangani perjanjian damai di Helsinki, Finlandia, untuk mengakhiri konflik bersenjata selama hampir 30 tahun yang diperkirakan telah menewaskan lebih dari 25.000 orang, sebagian besar warga sipil.

Setelah itu, Aceh tidak hanya mengalami kemajuan dari segi infrastruktur, tetapi juga peradaban baru. Aceh mulai menerapkan syariat Islam.

Setelah 11 tahun pasca tsunami, wajah baru Aceh mulai terlihat. Aceh kini dikenal tidak hanya sebagai asal muasal pendekar wanita Cut Nyak Dien, namun juga sebagai daerah istimewa yang menerapkan syariat Islam di kepulauan Indonesia.

Perubahan apa saja yang terjadi di Aceh, khususnya Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi pasca 11 tahun bencana tsunami?

Berikut wawancara singkat Rappler dengan Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal:

Apa perbedaan peringatan tsunami tahun lalu dan tahun ini?

Masyarakat Aceh rutin memperingati hal ini setiap tahunnya dengan berdzikir bersama lalu berziarah untuk memakan syahid tsunami.

Namun tahun ini kami juga mengadakan seminar nasional pembangunan berkelanjutan dengan mengundang Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto.

Kenapa Ridwan Kamil dan Bima Arya?

Ridwan Kamil lah yang membangun museum tsunami. Dia adalah arsiteknya.

Program perkenalan buku karya fotografer Aceh di museum tsunami memperingati 11 tahun tragedi tsunami juga akan menampilkan dirinya (Ridwan Kamil).

Sedangkan Bima Arya selama ini sangat aktif dalam membina generasi muda di sini melalui pelatihan-pelatihan.

Kami ingin dia datang lagi dan melihat hasil yang telah dilakukan.

Acara memperingati 11 tahun tragedi tsunami juga akan menampilkan dirinya (Ridwan Kamil).

Setelah 11 Tahun Tsunami, Aceh Mau Dibawa Kemana?

Kita membangun peradaban, setelah infrastruktur. Peradaban dengan hukum Islam.

Namun apakah penerapan syariat Islam menuai kritik dari luar Aceh?

Penerapan syariat Islam diamanatkan oleh konstitusi, secara resmi dan sah dilaksanakan di Aceh, mau tidak mau, suka tidak suka, semuanya diatur. Butuh proses panjang juga untuk sampai ke sini (diimplementasikan).

Bagaimana dengan tongkat, penerapannya juga banyak mendapat kritik?

Saya pikir Islam tidak identik dengan kekerasan. Cambuk itu butuh proses untuk mencapainya, tak mudah. Misalnya harus ada saksi.

Cambuk ini lebih merupakan tindakan pencegahan. Setelah dipukul, dia bisa beraktivitas.

Jika dia di penjara, dia tidak bisa bekerja, menghidupi keluarganya atau melakukan aktivitas seksual.

Tergantung sudut pandangnya. Jika hukum Tuhan lebih baik. Jika Tuhan berkehendak.

Bagaimana dengan generasi muda, mau mengarahkan pendidikannya ke mana?

Kami membangun kreativitas mereka di segala bidang. Ini membutuhkan waktu. Kami ingin mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan positif, seperti olah raga, seni, budaya, agama. Kami tetap berupaya melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Di masa depan, mereka mungkin menjadi seperti itu pengusahaolahragawan, semuanya sesuai dengan syariat Islam.

Bagaimana cara mengajarkan mereka tentang toleransi beragama dan menerima perbedaan?

Dari segi toleransi, Banda Aceh dikenal sangat harmonis terutama dalam kehidupan beragama. Gereja dan masjid hanya dibatasi oleh sungai.

Kita adalah contoh bagi masyarakat nasional dan internasional.

Meskipun kami menerapkan hukum Islam, kami menghormati perbedaan agama.

Saat perayaan Natal misalnya, kami juga memberikan pengamanan. rappeler.com

BACA JUGA

Data Sidney