• November 24, 2024
Kapal Anand 12 yang dibajak Abu Sayyaf telah ditemukan di Malaysia

Kapal Anand 12 yang dibajak Abu Sayyaf telah ditemukan di Malaysia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Kapal Anand 12 yang membawa 7.000 ton batu bara ditemukan utuh oleh otoritas Malaysia. Sedangkan kapal tunda Brahma 12 disita otoritas Filipina

JAKARTA, Indonesia – Kapal Anand 12 yang memuat 7.000 ton batu bara asal Indonesia ditemukan di perairan Lahat Datu, Sabah, Malaysia oleh otoritas negeri Jiran sekitar dua hari lalu.

“Secara fisik kapal masih utuh. Batubaranya masih ada, kata Konsul RI di Sabah Abdul Fatah Zainal saat dihubungi Rappler melalui telepon, Selasa, 5 April.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pihak berwenang Malaysia akan melakukan uji forensik terhadap kapal tersebut dalam waktu 7 hingga 10 hari.

Namun Retno belum menjelaskan keberadaan 10 awak kapal WNI yang masih disandera kelompok militan Abu Sayyaf tersebut saat ini.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda itu hanya mengatakan dirinya juga sedang berkomunikasi dengan pemerintah Malaysia.

“Saya berkomunikasi dengan Menlu Malaysia pada 31 Maret 2016 dan meminta kerja sama jika diperlukan. Pemerintah Malaysia juga menyatakan siap bekerja sama jika situasi berubah, kata Retno saat memberikan keterangan pers di kantor Kementerian Luar Negeri, Selasa, 5 April.

Berkomunikasi dengan Menlu Anifah Aman, kata Retno bermanfaat dalam menindaklanjuti penemuan Kapal Tongkang Anand 12.

Saat ini Kementerian Luar Negeri terus melakukan komunikasi intensif dengan pemerintah Filipina. Hal ini ditandai dengan kunjungan Retno ke Filipina pada 1-2 April.

“Selama di sana, saya diterima langsung oleh Presiden Filipina Benigno Aquino, Menteri Luar Negeri Filipina, dan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina,” kata Retno.

Dalam pertemuan tersebut, Retno menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang telah dilakukan otoritas Filipina selama ini. Ia juga menekankan pentingnya keselamatan 10 awak kapal WNI tersebut.

“Dalam pertemuan dengan pemerintah Filipina, kami melihat komitmen yang kuat untuk melakukan yang terbaik dalam upaya pembebasan sandera WNI. Hasil pertemuan tersebut kemudian dilaporkan kepada Presiden dan dilakukan pertemuan pada Senin 4 April dengan Menko Polhukam, kata Retno.

Selain dengan pemerintah Filipina, komunikasi juga telah terjalin dengan keluarga 10 awak kapal di Indonesia. Untuk memudahkan komunikasi, Kementerian Luar Negeri menunjuk dua petugas penghubung (LO) untuk berkomunikasi dengan pihak keluarga.

Sejauh ini komunikasi sudah terjalin dua kali dengan keluarga 10 awak kapal, yakni pada Rabu 30 Maret dan Senin 4 April. “Pihak keluarga juga bisa aktif menghubungi petugas PE,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia masih berupaya membebaskan 10 awak kapal tersebut. Beberapa opsi telah disiapkan, termasuk penempatan personel militer ke Filipina selatan.

Pasukan tanggap cepat juga disiagakan di Tarakan, Kalimantan Utara. Namun menurut Presiden Joko “Jokowi” Widodo, militer Indonesia tidak bisa hanya masuk ke negara lain.

“Harus ada persetujuan dan izin dari parlemennya. Nah, masih belum begitu,” kata Jokowi di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu, 3 Maret.

Kelompok ekstremis Abu Sayyaf memberi batas waktu 8 April bagi Indonesia untuk memberikan uang tebusan sebesar 50 juta peso atau setara Rp14,2 miliar. Kapal Anand 12 memuat batu bara seberat 7.000 ton yang ditarik oleh kapal tunda Brahma 12. Kapal Brahma 12 diserahkan kepada pihak berwenang Filipina.

Kedua kapal tersebut dibajak kelompok Abu Sayyaf saat berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina tengah. – Rappler.com

BACA JUGA:

Data Hongkong