Yang aneh dari kemunduran Yudi Latif
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia—Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudil Latif memutuskan mundur dari jabatannya. Keputusan tersebut diumumkan Yudi melalui postingan di laman Facebook pribadinya, Jumat, 8 Juni 2018. Yudi berdalih, sudah saatnya dirinya mengambil alih kepemimpinan di BPIP.
“Harus ada daun-daun agar tunas-tunas baru mempunyai kesempatan tumbuh. “Sekarang proses transisi kelembagaan ke BPIP hampir selesai, merupakan momen yang tepat untuk melakukan penyegaran kepemimpinan,” tulis Yudi dalam unggahan bertajuk “Terima kasih, mohon pamit”.
Dalam unggahan tersebut, Yudi juga memaparkan sejumlah kendala yang dihadapinya saat ditugaskan menjadi pemimpin di lembaga penyemaian Pancasila. Namun, dia menegaskan dirinya tidak mundur karena alasan tersebut.
“Pada tahap ini saya harus mengakui dengan penuh kesadaran bahwa segala kekurangan dan kesalahan lembaga ini dalam satu tahun terakhir adalah tanggung jawab saya sebagai Ketua Pelaksana. Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya ingin menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, ujarnya.
Tiba-tiba terkesan
Keputusan Yudi mengundurkan diri terkesan mendadak. Pasalnya, sebelum memutuskan mundur dari jabatannya, Yudi masih terlihat aktif dalam berbagai kegiatan bernuansa Pancasila. Di sisi lain, Yudi memutuskan mundur ketika kontroversi besaran penghasilan ‘punggawa’ BPIP banyak dikecam publik.
Kritik khusus dilontarkan masyarakat terkait gaji Ketua Pengurus BPIP Megawati Soekarnoputri yang sebesar Rp 112.548.000. Gaji Megawati bahkan lebih besar dibandingkan gaji Yudi yang hanya Rp76,5 juta.
Yudi pun belum mau berkomentar banyak terkait kontroversi tersebut. Dalam keterangan tertulisnya akhir Mei lalu, Yudi mengatakan banyak anggota pengurus BPIP yang tidak mempertimbangkan gaji saat memutuskan bergabung dengan BPIP. “Mereka pun menjadi ‘korban’. Jadi, tidak patut dicemooh,” ujarnya.
Namun Yudi tak menjelaskan lebih lanjut apa maksud kata ‘korban’ dalam keterangannya. Terlepas apakah panitia pengelola menerima hingga Rp 112 juta per bulan atau tidak, Yudi menyerahkan kepada publik untuk menilai.
Anehnya, keputusan Yudi mundur justru mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Di antaranya mantan staf khusus Menteri ESDM Said Didu yang juga mengenal Yudi secara pribadi. “Ikan koi tidak bisa hidup di air yang berlumpur/keruh,” kata Said dalam laman Twitter pribadinya, @saididu.
Rappler membenarkan pernyataan tersebut kepada Said. Menurutnya, tidak bisa dipungkiri BPIP saat ini ibarat kolam yang airnya keruh dan keruh. “Opini masyarakat sepertinya masih simpang siur. Tidak jelas ke mana arahnya, apa kewenangannya, dan apa yang telah dilakukan. Apalagi dengan kontroversi gaji besar kemarin, ujarnya.
Di sisi lain, ia mengatakan Yudi yang dikenal bersih dan obyektif tidak akan nyaman jika harus berlama-lama di BPIP dalam keadaan seperti itu. “Saya tidak bilang ikan koi itu Yudi, tapi yang jelas akan sulit bagi orang objektif jika dipaksa untuk tidak objektif. “Orang-orang selalu berkata jujur, sulit kalau dipaksa untuk membenarkannya,” ujarnya.
Apresiasi juga datang dari Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon. Dia menyebut keputusan itu sebagai langkah Pancasila. Selain itu, menurut Fadli, keputusan mundurnya Yudi menandakan ada masalah di tubuh BPIP.
“BPIP perlu dievaluasi, mungkin karena ada perubahan dari satuan kerja menjadi instansi. Itu harus terbalik bukan dari atas. Jadi jika Pancasila diterapkan atas ke bawah Ada yang salah, kalau yang atas salah, yang bawah juga salah, kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 8 Juni 2018.
Penjelasan Istana
Johan Budi SP, Juru Bicara Istana Kepresidenan, menjelaskan Yudi Latif telah mengirimkan surat pengunduran diri sebagai Kepala BPIP kepada Presiden, Kamis, 7 Juni 2018. Namun, surat tersebut hanya diterima Menteri Negara Pratikno dan Sekretaris Kabinet Pramono. Anung pada hari Jumat. , 8 Juni 2018.
Dalam surat pengunduran dirinya, Johan Budi menyatakan peningkatan kapasitas UKP-PIP menjadi BPIP setara menteri menyebabkan tingkat aktivitas Yudi semakin tinggi. “Menurut Pak. Yudi Latif dalam suratnya merasa belum mampu karena masih ada urusan keluarga yang perlu digencarkan,” kata Johan Budi di Kantor Presiden, Jakarta, seperti dikutip Tempo.
Namun, alasan kenapa Anda terlalu sibuk juga terkesan aneh. Pasalnya, sejak UKP-PIP berdiri pada 2017, Yudi kerap meminta agar lembaga yang dipimpinnya diubah menjadi setingkat kementerian. Ia bahkan mengatakan tugasnya akan jauh lebih mudah jika UKP-PIP ada di tingkat kementerian.
“Agak sulit kalau levelnya di bawah menteri, dan terus mengoordinasikan menteri-menteri itu agak sulit. Kementerian Koordinator/Lembaga Pemerintah, Kementerian dikoordinasikan pada tingkat direktur jenderal. Seharusnya di tingkat kementerian, sehingga kita bisa mengoordinasikan berbagai program di tingkat kementerian, kata Yudi di Istana Kepresidenan, Jakarta, 19 Juli 2017.
—Rappler.com