• November 25, 2024

Transportasi umum di Jakarta tidak aman bagi perempuan

JAKARTA, Indonesia – Perempuan selalu menghadapi ancaman dimanapun mereka berada. Entah itu di tempat ramai, gerbong kereta yang penuh, atau di perjalanan pulang. Tak terkecuali Jakarta.

Thomson Reuters Foundation, bekerja sama dengan lembaga survei YouGov, pada Kamis, 17 Maret merilis peringkat kota-kota dengan transportasi paling berbahaya bagi perempuan.

Survei tersebut menempatkan Jakarta pada peringkat kelima di dunia sebagai kota yang memiliki transportasi tidak aman bagi perempuan.

Kedua lembaga tersebut mengambil sampel sebanyak 6.550 perempuan dari 16 kota di seluruh dunia dan meminta mereka melakukan penilaian terhadap 5 aspek, yaitu:

  1. Seberapa aman mereka saat berjalan di malam hari
  2. Risiko kekerasan verbal dan fisik
  3. Inisiatif dari orang-orang disekitarnya untuk membantu mereka ketika mengalami pelecehan
  4. Mengandalkan tindak lanjut pejabat pemerintah atas laporan pelecehan atau kekerasan
  5. Ketersediaan angkutan umum yang aman

Jakarta termasuk dalam 5 kota teratas dengan transportasi tidak aman di dunia, dan berada di urutan kedua di Asia.

Kisah tak mengenakkan yang dialami perempuan warga Ibu Kota saat naik angkutan umum bisa bikin bulu kuduk berdiri.

Pengecualian perlakuan tidak senonoh

Angelina Enny, seorang akuntan yang setiap hari bepergian dengan angkutan umum, pernah mengalami beberapa kejadian tidak menyenangkan.

“Dari kriminalitas hingga pelecehan, saya pernah mengalaminya,” kata Angelina kepada Rappler, Senin, 21 Maret.

Kejadian ini terjadi bahkan pada siang hari, saat sedang sibuk. Saat itu, Enny bersama seorang teman perempuannya sedang menaiki Kopami 02 jalur Senen-Kalideres. Dia sedang duduk di kursi belakang. Temannya memakai kalung emas putih.

Di tengah perjalanan, seorang pria yang berdiri di depan mereka tiba-tiba menarik kalung temannya hingga putus. Kejadian tersebut menyebabkan luka berdarah di lehernya sehingga menyebabkan temannya mengeluh kesakitan. Namun, dia tetap sigap memegang liontinnya yang jatuh.

“Orang itu terancam, jadi temanku memberiku sisa kalung itu. Tapi saya melarangnya. “Pria itu langsung mengancam akan membunuh saya,” kata perempuan berusia akhir dua puluhan ini. Namun, dia tidak mundur dan kembali memukul pencuri tersebut.

Tidak ada yang tergerak untuk membantu Enny dan teman-temannya hingga para perampok turun dari angkutan. Bahkan, kondektur bus yang berdiri di dekat mereka berdua pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di depan matanya.

Aksi asusila kembali dialaminya saat menaiki kereta api dari Stasiun Tebet menuju Stasiun Universitas Indonesia. Enny dan teman-temannya sedang dalam perjalanan pulang kerja sekitar pukul 17.00-18.00 WIB saat kereta sudah penuh. Tiba-tiba ia merasakan seorang pria dengan sengaja mendekatinya dan menggosokkan alat kelaminnya ke tubuhnya.

“Ada juga yang langsung melakukan masturbasi, melepas celana dan menggosok lengan kami. “Teman saya langsung dipukul penisnya,” kata Enny.

Namun tidak ada seorang pun yang tergerak untuk membantu atau menindak pelaku pelecehan ini. Diakuinya, masyarakat cenderung cuek dan abai padahal kejadian tersebut terjadi di depan mata mereka, sehingga perempuan harus melindungi dirinya.

Menutup peluang dan akses terhadap hak-hak perempuan

Tiga kota besar di Amerika Latin — yaitu Bogota, Kolombia; Kota Meksiko, Meksiko; dan Lima, Peru – menduduki peringkat teratas.

Rata-rata, 60 persen responden mengalami pelecehan fisik saat bepergian.

Menurut Mary Crass, kepala kebijakan di Forum Transportasi Internasional Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), fakta ini harus ditindaklanjuti dengan cepat.

“Tanpa akses transportasi yang aman, peluang perempuan untuk bekerja di perkotaan akan semakin kecil. “Hal ini mempunyai dampak yang luar biasa terhadap kehidupan mereka,” kata Crass Situs web resmi Forum Ekonomi Dunia (WEF)..

Situs web Wanita PBB mengatakan ancaman kekerasan membatasi pergerakan perempuan. Mereka kurang bebas berpartisipasi di sekolah, bekerja atau kegiatan publik.

“Mereka berjuang untuk mengakses hak-hak mereka. “Ini berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan,” seperti dikutip dari situs resmi UN Women.

Antisipasi pemerintah kota

Beberapa kota sudah menyadari ancaman terhadap warga perempuan, dan sedang mencari solusi untuk menjamin keselamatan mereka.

Salah satunya, Kota New York – peringkat pertama kota teraman – menawarkan jaringan kamera pengintai di jalan raya dan jalur angkutan umum. Mereka juga menempatkan pos polisi dan bantuan yang mudah dilihat dan dihubungi.

Tokyo, kota teraman kedua, telah memperkenalkan serangkaian kereta api khusus untuk perempuan sejak tahun 2000. Kisaran ini ditandai dengan kode warna merah jambu, dan petugas polisi ditempatkan di mobil van dan jalur transit untuk menjamin keselamatan warga perempuan.

Kota-kota lain mulai mengikuti jejak Jepang. Jakarta adalah salah satunya.

Jakarta mulai menerapkan gerbong khusus perempuan pada moda transportasi kereta api Jalur komuter sejak Agustus 2010. Setahun kemudian, bus TransJakarta menerapkan ruangan khusus bagi penumpang perempuan di armadanya.

Apakah Anda para wanita merasa aman bepergian dengan transportasi umum di Jakarta?—Rappler.com

BACA JUGA:

Togel Hongkong Hari Ini