Catatan calon komisioner Komnas HAM ini aneh
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Ada calon komisaris yang terafiliasi dengan partai politik, simpati pada ormas radikal, dan diduga korupsi.
JAKARTA, Indonesia – Koalisi penyelamat Komnas HAM menemukan sejumlah permasalahan pada rekam jejak calon komisioner periode 2017-2022. Beberapa calon terindikasi terlibat korupsi atau gratifikasi, serta berafiliasi dengan organisasi atau kelompok radikal.
“Temuan ini kami peroleh dari penyelidikan independen, laporan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), serta catatan media sosial calon,” kata Direktur Pusat Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Totok Yuliyanto di Jakarta, Minggu 2 Juli.
Dari 60 orang yang mengikuti diskusi panel dan uji publik pada 17-18 Mei, hanya 19 orang yang dinyatakan berkompeten tinggi menangani isu kemanusiaan. Penilaian kompetensi dan rekam jejak sendiri terbagi menjadi beberapa bagian.
Pertama adalah kapasitas, dimana mereka melibatkan badan independen dan mantan komisaris untuk melakukan penilaian. Akibatnya, 11 orang mengalami kendala dalam hal kerjasama; 16 orang dalam hal komunikasi; 9 orang dalam hal pengambilan keputusan; 12 orang dari segi kinerja; dan 12 orang mengalami kendala dalam menerapkan prinsip pengelolaan.
Topik ini menjadi sorotan karena kasus yang sedang melibatkan Komnas HAM. Totok menyebut ada konflik internal yang membuat kinerja Komnas HAM periode ini tidak teratur.
Beberapa contohnya, misalnya beberapa waktu lalu terjadi perbedaan pendapat dalam penanganan suatu perkara sehingga menimbulkan kebingungan masyarakat. Kemudian sistem pergantian ketua komisaris setahun sekali dinilai memuaskan nafsu berkuasa. Kemudian Komnas HAM lamban dalam menindaklanjuti aduan masyarakat yang masuk.
Bagian kedua berkaitan dengan independensi calon. Sebanyak 13 orang disebut terafiliasi dengan partai politik tertentu; 13 orang yang terkait dengan industri atau korporasi yang mempunyai permasalahan lingkungan hidup atau ketenagakerjaan; dan 0 orang merupakan anggota atau simpatisan organisasi radikal.
Sebelumnya, salah satu calon komisioner Zainal Abidin Petir menjadi sorotan karena mengaku anggota FPI Jawa Tengah.
“Ada yang dari organisasi yang sama, namun ada juga yang berbeda,” kata Totok.
Meski tidak menyebutkan nama calon yang dimaksud, Totok mengatakan ada anggota dan simpatisan yang terafiliasi dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Unsur ini dikhawatirkan dapat mengganggu pengambilan keputusan dalam penyidikan kasus yang melibatkan organisasi tersebut.
Terakhir, terkait masalah integritas, koalisi menemukan 5 orang terkait isu korupsi atau gratifikasi; 11 orang terkait masalah kejujuran; 8 orang terkait kekerasan seksual; dan 14 orang mempunyai masalah dengan masalah keberagaman.
Atika dari Arus Pelangi menceritakan saat ia mencoba menghubungi beberapa calon komisaris.
“Beberapa nomor telepon dan alamat berbeda dengan yang ada di formulir pendaftaran. “Saat kami telusuri alamatnya, ternyata tidak ada atau tidak diketahui daerah sekitarnya,” kata Atika.
Keputusan dibuat oleh panel
Hasil penilaian rekor ini akan disampaikan kepada panitia seleksi pada Senin, 3 Juli. Koalisi memberikan catatan kepada mereka yang dianggap bermasalah atau mampu.
Masalahnya, kewenangan akhir ada di mereka, kata Totok.
Ia juga berharap panel lebih berhati-hati dalam memilih komisaris baru. Totok mengatakan, tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Misalnya saja afiliasi dengan kelompok radikal.
“Mungkin menurut majelis tidak ada masalah, tapi menurut kami sebagai masyarakat akan menimbulkan masalah tertentu di kemudian hari,” ujarnya seraya berharap rekomendasi yang disampaikan besok bisa diperhatikan oleh Majelis. panel.dapat disertakan. . – Rappler.com