• September 28, 2024

Pembahasan anti teroris dibatalkan karena protes FPI

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Polisi dinilai gagal menjalankan tugasnya dalam melindungi hak kebebasan berekspresi.

JAKARTA, Indonesia – Diskusi publik mengenai terorisme dan ISIS di Indonesia yang semula dijadwalkan pada Sabtu, 28 November, dibatalkan oleh pihak penyelenggara.

Acara yang mengusung tema “Teror Paris, Ujaran Kebencian dan Ancaman ISIS di Indonesia” tersebut dibatalkan karena panitia penyelenggara merasa tidak mendapatkan perlindungan dari pihak kepolisian.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Persatuan Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) dan lembaga swadaya masyarakat asal Jerman Friedrich Naumann Stiftung (FNS).

“Pada poster awal acara terdapat foto 3 foto berturut-turut, satu foto ISIS, satu foto FPI (Front Pembela Islam) dan Paris. Rupanya FPI keberatan. “Kemudian FPI mengirimkan surat ke Polda Metro Jaya untuk menyatakan keberatannya,” kata Juru Bicara SEJUK Andy Budiman kepada Rappler, Jumat, 27 November.

Selanjutnya, menurut Andy, FNS diminta datang ke kantor polisi.

“Polda menyarankan agar rekan kami (FNS) meminta maaf kepada FPI, namun rekan kami menolak,” lanjutnya.

Terakhir, FNS membatalkan rencana perbincangan tersebut karena merasa polisi tidak memberikan jaminan keamanan atas kelanjutan acara.

“Ada dua hal. Pertama, kami menyayangkan sikap pihak kepolisian yang tidak memberikan jaminan acara berlangsung aman. Kedua, mereka tidak menjalankan tugasnya untuk melindungi hak atas kebebasan berpendapat, jelas Andy.

Menurut Andy, hal ini sangat disayangkan mengingat pembicaraan tersebut secara tidak langsung dapat membantu upaya pemerintah dalam memberantas radikalisme.

“Kami khawatir ada bentuk tekanan baru terhadap kebebasan berpendapat,” kata Andy di akhir perbincangannya dengan Rappler.

FPI meminta panitia meminta maaf

Di sisi lain, Ketua FPI Jakarta Buya Abdul Majid mengaku sudah melayangkan surat keberatan kepada polisi agar acara tersebut dibatalkan. Kata dia, tampilan poster undangan tersebut sangat bias dan menyudutkan FPI. “Karena dampaknya sangat berat bagi FPI. “Dengan poster itu, masyarakat akan mengasosiasikan FPI dengan ISIS,” ujarnya kepada Rappler, 27 November 2015.

Buya juga menjelaskan foto anggota FPI membawa bendera ISIS di poster undangan. Dia mengaku foto itu diambil dua tahun lalu saat FPI menggelar aksi unjuk rasa mendukung Palestina. “Mengapa ini diposting di acara ISIS? Makanya kami menunggu panitia reservasi meminta maaf, lanjutnya.

Semula diskusi direncanakan digelar di Hotel Manhattan, Jakarta, dengan menghadirkan Pemimpin Redaksi Tempo Arif Zulkifli, tokoh Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, dan pakar terorisme Sidney Jones dan dimoderatori Andy Budiman dari SEJUK.—Rappler.com

BACA JUGA:

SDY Prize