Kisah sepasang suami istri yang bekerja berjuang untuk memenuhi biaya pengobatan anak mereka
- keren989
- 0
Suami istri Aldi dan Ika sedang menggalang dana untuk pengobatan bayi mereka yang berusia 6 bulan. Kizzy, nama bayi tersebut, menderita atresia bilier. Penghasilan ayahnya yang hanya Rp1,5 juta per bulan tidak mencukupi
KLATEN, Indonesia – Ika Triyasari menggendong dan menyusui bayinya yang berusia enam bulan, Zyuanna Alea Kizzy, yang menangis. Sore harinya, suaminya yang baru pulang kerja langsung menghampiri bayi yang hampir tertidur di pelukan ibunya itu, lalu mengelus kepalanya.
Pasangan muda ini tinggal di rumah pedesaan di Desa Meger, Kecamatan Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Pria tersebut, Aldi Krisnadani, sehari-hari bekerja di pabrik konstruksi atap bangunan di Kartasura, Sukoharjo. Sedangkan istrinya merupakan karyawan pabrik plastik di Colomadu, Karanganyar.
Setiap hari mereka menempuh perjalanan puluhan kilometer bolak-balik untuk mencari nafkah dan menghidupi kedua anaknya. Seperti pekerja antar kota lainnya, mereka berangkat pada pagi hari dan kembali pada senja hari.
Namun tak lama kemudian, Ika terpaksa berhenti dari pekerjaannya meski enggan kehilangan penghasilan. Kini suaminya adalah satu-satunya sumber penghidupan keluarga.
“Sulit sekali, biasanya sumber pendapatannya dua, sekarang hanya satu,” kata Ika.
Ika tidak bisa lagi membantu suaminya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dia harus merawat anak bungsunya di rumah. Bayi yang biasa disapa Kizzy ini menderita penyakit langka dan membutuhkan perhatian lebih dari ibunya.
Berbeda dengan kakak laki-lakinya yang sehat, bayi perempuan yang lahir pada November tahun lalu itu didiagnosis menderita atresia bilier. Perkembangan saluran empedu yang tidak sempurna sehingga menyebabkan penyumbatan.
Sekilas, Kizzy terlihat tidak berbeda dengan bayi lainnya, hanya saja berat badannya yang sulit untuk dinaikkan. Di usia enam bulan, berat badan Kizzy hanya 5 kilogram, di bawah rata-rata bayi normal seusianya.
“Dokter memperkirakan biayanya Rp1,3 hingga Rp1,6 miliar. BPJS hanya mampu membiayai maksimal Rp 200 juta. Sementara kami hanya bekerja sebagai buruh.”
Kizzy pertama kali diketahui mengidap penyakit langka tersebut sejak ia berusia dua bulan, yang ditandai dengan perubahan warna mata, kulit, dan urin yang semakin menguning. Gejala tersebut tidak kunjung hilang selama berminggu-minggu meski bayi sudah menjalani terapi medis dan dehidrasi.
Saran dokter, rutin menjemurnya di bawah sinar matahari setiap pagi seperti bayi kuning kebanyakan, tapi tidak kunjung membaik, kata Ika.
Kizzy sempat dirawat oleh dokter spesialis anak di Klaten, sebelum akhirnya dirujuk ke RS Sardjito Yogyakarta untuk menjalani pemeriksaan lengkap. Bayi tersebut menjalani perawatan rawat jalan mingguan sebelum menjalani operasi pada 7 Februari untuk menggantikan saluran empedu yang tidak berfungsi.
Namun kesedihan para orang tua tersebut rupanya tak kunjung hilang setelah suksesnya operasi tersebut karena dokter menemukan bahwa saluran empedu bukanlah satu-satunya kelainan pada tubuh bayi tersebut. Kizzy juga didiagnosis menderita sirosis; kerusakan hati yang tidak dapat disembuhkan dan mengakibatkan gagal hati jangka panjang.
Sebagian liver Kizzy telah menghitam dan akan terus menyebar ke seluruh bagian. Orang tuanya semakin bingung dan hampir pasrah dengan keadaan anaknya.
Satu-satunya jalan keluar adalah operasi transplantasi hati yang bisa dilakukan setelah bayi berusia satu tahun dan berat badan minimal 10 kilogram. Namun tindakan medis tersebut membutuhkan biaya fantastis yang hampir mustahil ditanggung dari penghasilan mereka sebagai buruh pabrik.
“Dokter memperkirakan biayanya Rp1,3 hingga Rp1,6 miliar. BPJS hanya mampu membiayai maksimal Rp 200 juta. Sedangkan pekerjaan kami hanya sebagai buruh saja, kata Aldi.
Ika sadar mereka tidak akan mampu membiayai pengobatan anaknya. Penghasilan suaminya yang hanya Rp1,5 juta per bulan kini hanya bisa digunakan untuk bertahan hidup, tanpa ditabung.
Mencari pinjaman ke perusahaan tempat Aldi bekerja jelas mustahil karena jumlahnya terlalu besar. Keluarga tersebut juga tidak memiliki harta pribadi yang bisa dijual untuk menutupi biaya pengobatan anaknya.
Untuk menjaga anak mereka tetap hidup, keduanya harus mencari cara lain. Mereka berusaha mengumpulkan dana bantuan dari para dermawan on line melalui situs web kitabisa.com. Beberapa temannya yang peduli pun ikut membantu mengunggah link tersebut di media sosial.
Sebelum pembiayaan transplantasi hati diselesaikan, dokter menemukan kelainan lain yakni adanya kebocoran pada jantung bayi. Namun kondisi ini tetap memerlukan observasi selama beberapa tahun untuk mengetahui apakah kebocoran tersebut akan menutup dengan sendirinya seiring berkembangnya jantung bayi. Jika tidak kunjung membaik, dokter juga akan menyarankan Kizzy menjalani operasi di kemudian hari.
Bayi kecil tersebut juga diketahui mengalami pertumbuhan abnormal pada tulang belakang yang oleh dokter disebut spina bifida. Kondisi ini disebabkan oleh cacat bawaan sejak lahir.
Aldi dan Ika nyaris tak punya harapan lagi dengan kondisi kesehatan anaknya. Mereka melihat orang tua pasien lain yang juga menderita sirosis menyerah karena tidak punya uang, dan menyerah begitu saja sambil menghitung usia anaknya.
“Kami menyadari bahwa kami tidak mempunyai uang sebanyak itu. “Tapi kami sangat ingin anak kami sembuh, meski harus berharap bantuan orang lain,” kata Ika.
“Sangat disayangkan, tapi kami tidak punya pilihan lain demi anak itu. Jika saya boleh memilih, saya tidak ingin anak saya menderita penyakit ini.”
Kini, setiap minggunya Kizzy terus menjalani kontrol di RS Sardjito untuk memantau kondisi kesehatannya. Tidak semua biaya pengobatan ditanggung BPJS sehingga Aldi dan Ika harus mengeluarkan biaya sendiri untuk perawatan anaknya, termasuk pembelian susu khusus yang harganya lebih dari Rp 300.000 per setengah kilogram dan suntik vitamin K dua kali seminggu.
Hingga saat ini belum ada bantuan dari Dinas Kesehatan setempat maupun kepala daerah. Meski demikian, Aldi dan Ika bersyukur karena masih ada yang menelpon dan bersedia memberikan donasi untuk biaya pengobatan Kizzy.
Jika Anda dipanggil untuk membantu pengobatan Kizzy, Anda bisa memberikan donasi melalui halaman ini atau klik tombol “donasi sekarang” di bawah.
—Rappler.com