Komisi IX DPR meminta pemerintah mencabut izin operasional RS Mitra Keluarga Kalideres
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kementerian Kesehatan saat ini sedang menyelidiki pihak rumah sakit dan orang tua bayi Debora
JAKARTA, Indonesia – Anggota Komisi IX Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meminta pemerintah mencabut izin operasional RS Mitra Keluarga Kalideres. Pasalnya, mereka memprioritaskan untuk menagih uang muka sebesar Rp 11 juta dari orang tua bayi Tiara Debora.
Uang muka tersebut diperlukan sebagai uang muka biaya penggunaan ruang PICU untuk merawat Debora yang baru berusia 4 bulan. Putri kelima pasangan Rudianto dan Henny Silalahi meninggal dunia pada Minggu pagi, 3 Desember, diduga akibat kurang mendapat perawatan dari RS Mitra Keluarga Kalideres.
Kisah tragis Debora terungkap saat viral di media sosial. Debora dilarikan ke rumah sakit Minggu dini hari karena terus batuk dan mengeluarkan lendir.
Namun kondisinya semakin memburuk dan ia meninggal di ruang gawat darurat. Manajemen rumah sakit menunda membawa Debora ke PICU, karena Rudianto dan Henny tidak mampu membayar uang muka pengobatan. Dijelaskannya, keduanya merupakan peserta BPJS namun malah dirujuk ke rumah sakit lain.
Henny dan Rudianto sangat terpukul saat mendengar permata hati mereka menghembuskan nafas terakhir hanya karena tidak punya uang.
“Sebenarnya Komisi IX meminta Menteri Kesehatan mencabut izin RS Mitra Keluarga Kalideres, baru kemudian melakukan penyelidikan. Penangkapan dulu, baru dilakukan proses penyidikan, kata Nihayatul Wafiroh kepada Rappler melalui pesan singkat, Senin malam, 11 September.
Ia mengaku kesal dengan sikap Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek yang dinilai kurang tanggap dan tangkas dalam menangani berbagai persoalan, termasuk kematian bayi Debora. Padahal, kejadian bayi Deborah ini menggambarkan situasi warga kelas menengah ke bawah di Ibu Kota. Kebanyakan dari mereka tidak mampu menanggung biaya kesehatan yang selangit.
“Saya bahkan mengkritik Twitter terakhirnya, yaitu beberapa tahun lalu,” ujarnya.
Saat Rapat Dengar Pendapat (HMP) siang tadi, anggota Komisi IX enggan membahas anggaran dengan Nila, karena tak tegas soal bayi Debora. Bahkan, mereka memberi tenggat waktu 1X2 jam bagi Nila untuk mengambil keputusan terkait permasalahan tersebut.
“(Waktu) 1X2 jam, silakan bicara dulu dan berikan pernyataan, baru kita bahas anggarannya lagi. “Kami tidak ingin suasana spiritual ini menjadi tidak nyaman karena kita membahas anggaran dalam suasana seperti ini,” kata anggota Fraksi Partai Gerindra, Robert Rouw dalam pertemuan tersebut.
Terakhir, Nila angkat bicara dan mengatakan saat ini sedang dilakukan penyelidikan oleh tim gabungan Kementerian Kesehatan. Pemeriksaan dilakukan kepada dua pihak, orang tua bayi Debora dan pihak rumah sakit.
Simak video pernyataan Nila berikut ini:
Menteri Kesehatan @NilaMoeloek berjanji akan menindak RS Mitra Keluarga Kalideres yang juga terbukti lebih mengutamakan uang muka dibandingkan membantu bayi Debora. pic.twitter.com/1FaBK5CTdn
— Santi Dewi (@santidewi888) 11 September 2017
“Kementerian Kesehatan akan mengambil tindakan tegas sesuai undang-undang terhadap rumah sakit jika terbukti mengabaikan pelayanannya dan mengutamakan meminta cicilan dalam kasus darurat. Kami mendukung DPR untuk meminta manajemen rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, BPJS, Dinas Kesehatan, dan Kementerian Kesehatan untuk membuat RDP atau membentuk panitia kerja. Tujuannya agar hal tersebut tidak terjadi lagi, kata Nila. – Rappler.com