Forum LGBTIQ menggugat Republika atas artikel ‘LGBT Ancaman Serius’
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Laporan Republika yang bertajuk ‘LGBT Ancaman Serius’ dianggap sebagai propaganda kebencian terhadap kaum gay dan lesbian
JAKARTA, Indonesia — Forum Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Interseks, Interogasi (LGBTIQ) Indonesia melaporkan kepada surat kabar harian Republika tentang berita berjudul LGBT Ancaman Serius di halaman depan mereka.
Menurut Forum LGBTIQ, pemberitaan Republika berkedok propaganda kebencian terhadap rakyatnya.
“Prinsipnya keberatan kami adalah propaganda yang merusak moral LGBT. Kami keberatan dengan hal itu. Menurut kami, ini turut andil dalam corong kebencian,” kata Yasmin Purba dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) yang menyertai pemanggilan Rappler, Kamis, 4 Februari.
Yasmin menilai pemberitaan Republika tidak etis. Apalagi itu dilakukan oleh jurnalis media yang cukup terkemuka, katanya.
Somasi itu diajukan ke Republika. Surat kabar yang berkantor pusat di Pejaten, Jakarta Selatan ini menayangkan berita somasi di situs web.
Dalam pemberitaan Republika disebutkan surat somasi itu tertanggal 29 Januari. Salah satu keberatan kelompok LGBTIQ adalah Republika tidak meminta pendapat atau wawancara dengan narasumber dari kelompoknya untuk dijadikan berita utama. LGBT adalah ancaman serius.
Menurut kelompok ini, artikel yang dimuat Republika melanggar kode etik jurnalistik.
Yuli Rustinawati, koordinator nasional Forum LGBTIQ Indonesia, mengatakan judul di halaman utama merupakan penghinaan terhadap konstitusi dan undang-undang yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, forum ini mengajukan tiga tuntutan.
Salah satunya menyatakan judul dan isi berita tidak sesuai dengan prinsip jurnalistik di atas dan yang lebih penting karena tidak disusun sesuai standar dan aturan pemberitaan.
Kedua, komunitas LGBTIQ dan masyarakat luas pada umumnya meminta maaf karena menyebarkan berita-berita meresahkan tanpa basis data dan fakta yang jelas dan tidak berimbang, sehingga cenderung manipulatif.
Dan terakhir, mengunggah permintaan maaf di media Republika (baik cetak maupun on line) dan mendedikasikan halaman khusus untuk menuliskan pendapat kelompok pendukung keberadaan LGBT.
Namun saat dihubungi Kamis pagi oleh Rappler, Pemimpin Redaksi Republika Nasihin Masha mengaku enggan berkomentar mengenai masalah ini. —Rappler.com
BACA JUGA: