• September 24, 2024
Korban Lapindo mengadu kepada leluhurnya yang terkubur lumpur 10 tahun lalu

Korban Lapindo mengadu kepada leluhurnya yang terkubur lumpur 10 tahun lalu

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Warga menebarkan bunga di makam leluhur, sementara berbagai seniman memasang 300 bendera Gombal

SIDOARJO, Indonesia – Tak kurang 100 warga sekitar tembok lumpur Sidoarjo menggelar aksi geger pada Senin, 30 Mei, di titik 71 Desa Ketapang, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.

Mereka menaburkan bunga dan berdoa di makam nenek moyang mereka yang sudah 10 tahun terendam lumpur. Warga juga menyampaikan pidato yang menyampaikan aspirasi, mis penolakan pengeboran migas di sekitar pemukiman oleh PT Minarak Lapindo Brantas Inc.

“Kami seluruh warga sekitar tembok lumpur ini sepakat menolak kegiatan PT Lapindo yang melakukan pengeboran atau pemanfaatan kembali sumur migas di Sidoarjo, karena selain dekat dengan pemukiman, kami juga prihatin dengan kerusakan lingkungan seperti semburan lumpur ini,” Imam Dzakiri dikatakan. , warga Desa Glagaharum, Kecamatan Porong.

Korban lainnya, Khobir, menambahkan, sejauh ini sekitar enam desa di Kecamatan Porong dan Tanggulangin di sisi utara dan timur tanggul mengalami kerugian akibat aktivitas longsor.

“Sawah kami sering diserbu lumpur panas saat tanggul jebol, hal ini tidak pernah diperhatikan oleh BPLS,” ujarnya.

Keenam desa tersebut antara lain Desa Banjar Panji, Kalidawir, Putat, Gempolsari di Kecamatan Tanggulangin serta Desa Glagaharum dan Desa Plumbon di Kecamatan Porong.

Semburan lumpur panas Lapindo pertama kali terjadi pada 29 Mei 2006.

Seniman asal Australia memegang instalasi Bendera Gombal

Terkait aksi warga terdampak semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, seniman asal Australia Dadang Chistanto menggelar aksi kemanusiaan bernama instalasi Gombal. Bersama seniman lainnya, Dadang memasang 300 bendera pakaian bekas di tanggul lumpur

“Ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap bencana kemanusiaan akibat semburan lumpur. Kami melihat bahwa mereka telah hidup dalam bahaya selama sepuluh tahun. Dan yang dirasakan setiap hari adalah menghirup udara yang tidak sehat. “Dianggap tidak ada artinya, artinya seperti kain perca yang dibuang begitu saja,” kata Dadang.

Lanjut seniman asal Tegal, Jawa Tengah ini, pihaknya menolak tegas kegiatan pengeboran di tengah padatnya pemukiman, termasuk di Sidoarjo.

Usai menabur bunga, warga bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan lagu Padamu Negeri.

Sejumlah seniman di kawasan lumpur pegunungan itu membacakan teks Pancasila, membacakan puisi, dan melakukan aksi dengan membawa 300 bendera Gombal atau pakaian bekas.

Aksi berlangsung tertib dengan pengawalan polisi dari Polsek Tanggulangin, Sidoarjo. Setelah seluruh prosesi dilakukan, warga membubarkan diri dan kembali ke perkampungannya. – Rappler.com

BACA JUGA:

Togel Hongkong