• November 26, 2024

Sosok di balik patung manusia di Kota Tua

JAKARTA, Indonesia – Kota Tua merupakan salah satu tempat wisata di Jakarta yang paling banyak dikunjungi, terutama saat hari libur. Tua dan muda, pria dan wanita, mereka berduyun-duyun ke tempat bersejarah ini untuk menghabiskan waktu.

Banyak gedung-gedung bekas kantor pemerintahan – ketika Jakarta masih bernama Batavia – kini dialihfungsikan menjadi museum, beberapa di antaranya adalah Museum Fatahillah, Museum Batik, dan Museum Seni Rupa dan Keramik.

Para pengunjung yang datang ke Kota Tua tidak hanya sekedar jalan-jalan saja, namun disana mereka juga bisa belajar, mengenal secara visual bangunan dan suasana Jakarta masa lalu.

Banyaknya pengunjung yang berkunjung ke Kota Tua juga dijadikan sebagai lahan sebagian masyarakat untuk mencari makan. Dijual jasa sewa sepeda cantik, ada juga patung manusia. Patung manusia ini biasanya dipasang di berbagai pintu masuk Taman Fatahillah yang dikelilingi museum. Mereka berdiri di sana selama berjam-jam dengan kostum khas mereka.

Karena Kota Tua merupakan salah satu tempat wisata sejarah di Jakarta, patung-patung ini juga memakai kostum bertema pahlawan. Ada Soekarno, Mohammad Hatta, Jenderal Sudirman dan pahlawan lainnya.

Uniknya lagi, dari awal patung pahlawan mereka berinovasi dan mengembangkan kreativitas hingga lahirlah patung manusia Noni Belanda, Nyi Roro Kidul, hingga vampir asal Tiongkok.

Hidupkan diri Anda dari patung

Emon beranjak keluar rumahnya saat matahari masih malu menampakkan dirinya. Sejak pagi, dia telah menyiapkan peralatan untuk dibekukan di Kota Tua selama lebih dari delapan jam.

Sebelum memahat, Emon mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari kostum, alat peraga kostum, hingga dandan. Semua peralatan yang dia gunakan, dia buat sendiri.

“Saya belajar dari orang-orang patung yang sudah ada sejak lama. Mereka memberi tahu Anda caranya. Cara membuat pakaian, lakukan dandan,” kata Emon kepada Rappler, di sela-sela jeda, dia menjadi patung.

Sehari-harinya ia menjadi patung Proklamator Bangsa, Soekarno. Peralatannya cukup sederhana dan tidak rumit; kemeja hitam, jas, celana panjang dan tengkorak. Yang berbeda, ia mengecat seluruh kostumnya serta dirinya sendiri (termasuk kulit dan wajahnya) dengan itu panah keemasan

Untuk dandan wajah, Emon mencampur berbagai bahan seperti cat, panahbedak, dan bahan khusus sehingga cocok digunakan pada kulit.

“Sampai sekarang tidak pernah gatal. Atau masalah kulit lainnya seperti itu, juga belum pernah terjadi sebelumnya. Aman,” kata Emon.

Emon biasanya datang ke tempat pembekuan sekitar pukul 08.00 WIB dengan bersepeda dari kediamannya di Slipi, Jakarta Barat. Begitu dia tiba, dia segera menempatkan dirinya di belakang pohon besar, di dekat tempat dia membeku.

Persiapan pun cepat dilakukan seiring pengunjung mulai berdatangan meski waktu masih menunjukkan pukul 08.15 WIB. Menurut Emon, biasanya lebih ramai pada akhir pekan. Bahkan sejak pukul 06.00 WIB sudah banyak pengunjung yang datang untuk berlatih.

Saat dibekukan, Emon biasanya hanya bergerak ketika ada pengunjung yang ingin mengambil foto. Dengan berbagai macam gaya sesuai permintaan pengunjung, atau sekedar spontanitas.

Untuk menarik pengunjung, Emon menyiapkan beberapa artikel menarik. Pengunjung bisa memilih font mana yang diinginkan dan ditahan saat mengambil foto.

Ibarat patung, rupiah mereka yang berfoto bersama menjadi tolok ukur penghidupan mereka. “Saya tidak ingin mematok harga. Berapa mereka bersedia membayar,” kata Emon.

Meski banyak laporan yang menyebutkan bahwa pendapatan patung-patung ini lebih dari Rp. satu juta sehari, itu terlihat berbeda dari apa yang terjadi. Ada pengunjung yang memang memberikan uang setelah selesai berfoto, namun banyak pula yang tidak memberikan apa-apa.

“Ada yang sampai Rp. 200 ribu. Kalau Sabtu-Minggu maksimal Rp 200 ribu. Kalau hari biasa minimal Rp 100.000 lebih,” kata Emon saat ditanya penghasilannya.

Uang yang didapatnya tidak dibelanjakan sesuai keinginannya, melainkan ia menabung untuk menyekolahkan adiknya yang masih duduk di bangku SMA. Keinginan Emon hanya satu, agar adiknya yang tinggal di Tasikmalaya, Jawa Barat, bisa memiliki masa depan yang lebih baik.

Sebelum menjadi patung, Emon merupakan seorang pedagang di daerah Slipi. Namun ketatnya persaingan menjadi pedagang menyebabkan Emon kehilangan pekerjaannya. Untungnya, seorang teman memperkenalkan patung itu kepada Emon.

“Mungkin kalau bukan karena dia, aku masih tetap menganggur,” kata Emon. Setelah mendapat pekerjaan baru sebagai pematung, Emon bekerja setiap hari dengan penuh semangat dan tertawa bersama para patung lainnya. —Rappler.com

Pengeluaran SDY 2023