
Biarkan kepala kota mengetuk pintu tersangka narkoba
keren989
- 0
Gubernur Pampanga Lilia Pineda mengatakan usulannya akan membantu mencegah lebih banyak ‘baku tembak’ antara pihak berwenang dan tersangka narkoba yang sering berujung pada kematian tersangka.
PAMPANGA, Filipina – Gubernur Pampanga Lilia Pineda mengusulkan strategi berbeda dalam perang melawan narkoba: meminta pejabat kota berkumpul dan menyerahkan tersangka narkoba kepada pihak berwenang.
Hal ini, katanya, akan mencegah lebih banyak “baku tembak” yang seringkali berujung pada kematian para tersangka.
Pineda menyampaikan dugaan tersebut ketika dua tersangka pengedar narkoba ditembak mati oleh polisi di kota Porac dan Angeles City masing-masing pada tanggal 20 dan 21 Juli.
Pineda menyampaikan rencananya dengan menyerahkan sekitar 10.200 tersangka pengedar dan pengguna narkoba di provinsi tersebut kepada polisi. Di sana, gubernur mengatakan kepada para tersangka narkoba bahwa dia akan meminta polisi untuk tidak mengetuk pintu mereka untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Dia mengatakan polisi seharusnya meminta kepala desa masing-masing tersangka narkoba untuk memanggil mereka.
“Saya mohon kepada PD (Direktur Polda), RD (Direktur Polda), dan Kapolri berhenti memukuli mereka, bisa saja mereka disuruh berkelahi. Minta saja kapten untuk membawa mereka keluar. Saya memintanya untuk tidak mengetuk dan kemudian menyerbu rumah. Keluar saja, jawab Gubernurkata Pineda.
(Saya minta kepada PD (Direktur Polda), RD (Direktur Polda), Kapolri jangan ketok pintu bapak-bapak, bisa dikatakan ada perebutan. Biarkan kepala desa yang menangkap. Saya minta itu, agar mereka tidak mengetuk pintumu dan masuk ke rumahmu. Keluarlah saja, Pemerintah akan bertanggung jawab padamu.)
Oplan TokHang yang ‘Dimodifikasi’
Pernyataan gubernur tersebut mendapat tepuk tangan meriah dan sorakan dari para tersangka narkoba.
Pineda mengacu pada “Oplan Tokhang” yang digunakan Kepolisian Nasional Filipina, yang diambil dari kata Cebuano “toktok-hangyo”, yang berarti mengetuk dan memohon. Berdasarkan skema ini, polisi mengetuk pintu tersangka pengedar dan pengguna narkoba dan meminta mereka menghentikan aktivitas ilegal mereka.
Sekitar pukul 22:00 tanggal 21 Juli, polisi dari Angeles City menembak dan membunuh tersangka pengedar narkoba Amor Del Rosario (36) di kota Cutud. Tersangka, yang menjual kantong plastik kecil berisi sabu kepada polisi yang menyamar, diduga menembaki polisi tersebut setelah polisi tersebut mengumumkan bahwa dia adalah polisi.
Pihak berwenang menemukan sebuah semi-gun kaliber .22 dengan 8 peluru tajam dan dua selongsong peluru, 3 kantong plastik kecil berisi sabu dan uang bertanda yang digunakan dalam operasi penggerebekan.
Di kota Sta Cruz, kota Porac, petugas dari Kelompok Investigasi dan Deteksi Kriminal-Pampanga membunuh seorang Arman De Leon setelah diduga menembaki mereka pada dini hari tanggal 20 Juli.
Laporan CIDG-Pampanga yang diperoleh Rappler menyatakan bahwa De Leon melarikan diri dengan sepeda motornya setelah menyadari dia baru saja menjual obat-obatan terlarang kepada polisi yang menyamar. Pengejaran pun terjadi dan sesampainya di Jalan Pampang, ia diduga menembakkan senjatanya ke arah petugas CIDG yang membalas tembakan dan membunuhnya.
Pihak berwenang menemukan dari De Leon sebuah pistol kaliber .45 dengan 4 peluru tajam dan dua selongsong peluru, sebuah kantong plastik sabu berukuran sedang dengan nilai jalanan sekitar P12.000 dan 3 lembar uang kertas bertanda P1.000 dari De Leon.
Jalan menuju perubahan
Para tersangka narkoba yang menyerahkan diri di Pampanga akan mengikuti program Dalan Raja Pamagbayu (Jalan Menuju Perubahan) yang digagas pemerintah provinsi.
Wakil Gubernur Pampanga Dennis Pineda mengatakan program ini sejalan dengan kampanye keseluruhan Presiden Rodrigo Duterte melawan obat-obatan terlarang yang berupaya membantu meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan emosional para pecandu narkoba “melalui rehabilitasi dan reformasi yang tepat.”
Tahap pertama dari program ini adalah penyerahan dan pelaksanaan surat pernyataan dari para pengedar dan pengguna narkoba, yang dilanjutkan dengan tes narkoba wajib.
Tahap kedua meliputi pengobatan dan rehabilitasi selama 6 bulan oleh psikiater, psikolog, pekerja sosial, dan petugas kesehatan provinsi. Fase terakhir adalah reformasi dan reintegrasi dimana peserta yang telah menyelesaikan dua fase pertama akan diberikan bantuan pendidikan, mata pencaharian dan pekerjaan.
Seluruh peserta program juga diharapkan melapor langsung kepada kepala desa masing-masing setiap minggunya. – Rappler.com