Universitas Sanata Dharma menolak menurunkan baliho bagi mahasiswi berhijab
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
“Kami tidak ingin dijalankan oleh sekelompok orang,”
YOGYAKARTA, Indonesia – Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menyatakan tidak akan memenuhi tuntutan sejumlah ormas yang meminta Universitas Kristen menurunkan baliho yang menampilkan model mahasiswi berjilbab.
“Ada sekitar 17 persen pelajar muslim dari sekitar 10 ribu pelajar. Baliho ini merupakan bentuk apresiasi kita terhadap mereka. “Tidak ada yang bisa mengintervensi (mengurangi),” kata Budisusila, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Jumat 9 Desember 2016.
Sebelumnya, Forum Umat Islam (FUI) meminta Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) menurunkan baliho bergambar mahasiswi berjilbab. Universitas Kristen Duta Wacana kemudian memenuhi tuntutan tersebut dengan mencopot baliho yang mereka pasang.
Namun Universitas Sanata Dharma tidak akan mengikuti jejak Universitas Kristen Duta Wacana. Sebab, baliho bergambar wanita berjilbab berdiri di Universitas Kristen itu nyatanya mencerminkan keberagaman yang harmonis.
Saat ini terdapat sekitar empat baliho bergambar lima siswi Sanata Dharma, salah satunya siswi berjilbab. Dan hingga Jumat sore, baliho tersebut masih terpasang.
Menurut Budisusila, tidak pernah ada diskriminasi atau perbedaan sikap terhadap santri di Sanata Dharma. “Semua siswa diperlakukan sama,” kata Budisusila. Bahkan, lanjutnya, “Kegiatan Syawalan juga dianggarkan setiap tahunnya.”
Sanata Dharma, lanjut Budisulia, terbuka bagi berbagai pihak yang ingin berdialog dengan siapa pun atau bahkan bertukar pikiran dalam kerangka akademisi dan pembangunan bangsa.
Namun hingga saat ini Sanata Dharma belum menerima surat atau kunjungan dari FUI dan tidak pernah ada ancaman atau intimidasi. “Kami tidak menutup dialog, kami terbuka untuk itu. “Tetapi kami tidak ingin dikelola oleh sekelompok orang,” kata Budi
Sementara itu, Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V Bambang Supriyadi menyatakan, seluruh kampus keagamaan di wilayah Yogyakarta memiliki mahasiswa yang berbeda keyakinan.
“Keberagaman mahasiswa menjadi salah satu dasar penilaian kualitas kampus,” kata Bambang. Ia menyebutkan beberapa kampus berbasis agama, antara lain Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Aisiyah.
“Yang Islam pasti ada santrinya yang non-Muslim, begitu juga dengan Potestan dan Katolik. “Jangan kita hancurkan keberagaman yang dibangun di Yogyakarta dengan memaksakan kehendak sekelompok orang,” ujarnya. —Rappler.com