Kisah Nadya Meiza, warga negara Indonesia yang berhasil selamat dari teror bom di Manchester
- keren989
- 0
Nadya teringat ada penonton laki-laki yang berteriak minta tolong karena mengeluarkan banyak darah
JAKARTA, Indonesia – Nadya Meiza tak menyangka konser Ariana Grande yang disaksikannya di Manchester Arena, Senin, 22 Mei, berakhir mimpi buruk. Saat Ariana pamit dan mundur ke belakang panggung sebagai tanda berakhirnya konser, di pintu masuk terdengar ledakan yang sangat keras.
Nadya, satu dari tiga WNI yang berada di area konser, tak menyadari suara tersebut berasal dari ledakan bom. Namun, dia tetap panik karena mengira itu adalah suara tembakan.
“Saya hanya berpikir itu mungkin sebuah suara suara tembakan. Saya langsung panik dan meninggalkan arena berusaha pulang secepat mungkin. “Begitu sampai di rumah, saya mencoba mencari tahu melalui internet apa yang sebenarnya terjadi,” kata Nadya yang dihubungi Rappler melalui pesan singkat pada Minggu malam, 28 Mei.
Ia pun kaget melihat apa yang dibacanya di dunia maya. Suara ledakan tidak terdengar suara tembakan melainkan bom bunuh diri.
Nadya mengaku tidak melihat adanya ledakan maupun benda terbakar. Pasalnya ledakan terjadi di dekat pintu masuk Manchester Arena. Namun, ia melihat penonton lainnya panik dan berlarian keluar area konser.
Begitulah suasana saat itu kekacauan. Banyak pengunjung yang berteriak panik. Mahasiswa Universitas Manchester itu bahkan melihat seorang pengunjung pria terluka dan mengeluarkan banyak darah di luar Manchester Arena.
“Dia berhasil berteriak dan meminta pertolongan,” kata Nadya.
Khawatir keselamatannya terancam, Nadya hanya memikirkan satu hal, yakni pulang ke rumah. Apalagi dia menonton konsernya sendirian. Meski ada dua WNI lainnya di ruang eksekusi, Nadya tak mengenalinya.
“Saya TIDAK mengenal mereka sama sekali,” katanya.
Ia mengatakan tidak ada yang aneh sebelum dan selama penampilan konser. Penonton pun terhanyut dalam konser bintang pop ternama asal Amerika Serikat tersebut.
Nadya bahkan sempat menonton penyanyi favoritnya dari jarak yang cukup dekat. Ia mengaku duduk di kanan bawah panggung.
“Saya bisa melihat Ariana dengan cukup jelas karena saya duduk di samping panggung,” ujarnya.
Untuk bisa masuk ke Manchester Arena, Nadya mengenang pengamanan yang tidak begitu ketat. Ia mengaku memasuki pintu utama gedung konser yang disusul pelaku bom bunuh diri, Salman Abedi Ramadan.
“Pemeriksaan untuk memasuki ruang konser hanya bersifat dasar. Tiket yang dibawa penonton dipindai, kemudian tas dan barang bawaannya diperiksa. Tidak ada pemeriksaan tubuh atau detektor logam,” dia berkata.
Menurutnya, kejadian bom bunuh diri jenis ini merupakan yang pertama terjadi di kota Manchester. Kehidupan sehari-hari, kota kecil ini berjarak sekitar 262 kilometer dari London sejuk dan tenang. Hal ini juga yang mungkin menjadi alasan mengapa keamanan di Manchester Arena tidak terlalu ketat.
Spekulasi Nadya terbukti ketika diketahui Ramadan bisa masuk ke gedung konser meski tak punya tiket.
“Aku baru saja memikirkannya TIDAK Mungkin saja ada bom di kota Manchester, khususnya bom bunuh diri teroris. Memang TIDAK untuk memikirkannya sama sekali. Makanya saya kaget banget pas baca beritanya, ujarnya.
Tidak mengalami trauma
Sembilan hari setelah kejadian, Nadya mengaku tidak merasa trauma. Ia membenarkan dan memberi tahu keluarga di Indonesia bahwa semuanya baik-baik saja.
“Saya kembali ke rutinitas saya yang biasa,” katanya.
Kota Manchester kini semakin kondusif, meski mobil polisi dan ambulans masih rutin berseliweran. Status keamanan di kota.
Perdana Menteri Inggris Theresa May juga menurunkan status keamanan negara yang dipimpinnya dari “kritis” menjadi “parah”. Artinya, personel militer Inggris yang semula dikerahkan ke jalan telah ditarik sejak Senin malam.
May mengatakan pada konferensi pers bahwa pihak berwenang telah menangkap sekitar 11 orang yang diyakini terkait dengan bom bunuh diri di Manchester Arena.
Sementara itu, pasca diteror bom, masyarakat Manchester semakin solid. Senin lalu, keluarga korban menggelar doa bersama untuk menghormati 22 korban tewas dan ratusan korban luka-luka. Rasa solidaritas ini membuat Nadya takjub.
Terlihat warga Manchun (sebutan warga Manchester) saling peduli dan sangat kuat menghadapi bencana ini. Jadi saya bangga melihatnya,” ujarnya.
Rasa solidaritas ini pula yang menguatkan dirinya untuk tetap fokus menyelesaikan program magister Manajemen Proyek. Dia berencana lulus tahun ini.
Nadya yang berhasil pulih dari teror bom bunuh diri, berbagi tips bagi Anda yang mengalami situasi serupa. Ia berpesan untuk tidak panik dalam situasi teroris.
“Jangan membuat keputusan terburu-buru. “Tetapi prioritaskan untuk keluar dari kawasan berbahaya secepat mungkin dan menyelamatkan diri terlebih dahulu,” ujarnya. – Rappler.com