Lapindo Brantas menghentikan pengeboran di Sidoarjo (sementara)
- keren989
- 0
SIDOARJO, Indonesia — Ada yang berbeda saat memasuki Desa Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin, 11 Januari.
Jika pada pekan lalu Anda bisa dengan mudah menemukan rombongan polisi yang berjaga di setiap perempatan desa, maka sore ini Anda tidak bisa melihat rombongan polisi yang berjaga di setiap perempatan jalan desa menuju Banjarasri dan Kedungbanteng.
Selain itu, truk pengangkut tanah juga sudah tidak terlihat lagi.
Sejak Senin, PT Lapindo Brantas Inc. itu berhenti persiapan lokasi pengeboran (DSP) mereka. Padahal, sebelumnya mereka berencana melakukan pemadatan tanah di sekitar lokasi pengeboran. Lapindo Brantas Inc. akan mengisi area sekitar pengeboran dengan mendatangkan sekitar 480 truk bermuatan tanah. Namun, rencana ini dihentikan mulai Senin.
Mohammad Imron (33 tahun), warga Desa Banjarasri menyambut baik singgahnya kegiatan Lapindo Brantas di desanya. Imron mengatakan, warga sebenarnya sejak awal tidak setuju dengan kegiatan pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas Inc.
“Awalnya mereka hanya mengatakan hanya akan melakukan penimbunan kembali di sekitar sumurnya,” kata Imron saat ditemui di lokasi sumur gas milik Lapindo Brantas Inc di Desa Banjarasri, Senin.
Menurut dia, saat dilakukan pengisian, sebenarnya ada warga Banjarasri yang akan bergerak menghentikan aktivitas tersebut. Namun keberanian warga melemah ketika melihat jumlah personel polisi Polres Sidoarjo yang berjumlah ratusan, ditambah anjing yang menggiring massa.
“Selain itu, warga juga diintimidasi oleh pihak berwenang. Bila terhambat, akan berhadapan dengan hukum. Masyarakat makin takut,” kata Imron.
Akhirnya warga terdiam beberapa saat menunggu perkembangan selanjutnya. Warga baru mendapat angin pada akhir pekan lalu, setelah Gubernur Jawa Timur Soekarwo angkat bicara.
Bagian dari program ‘tamu kota’
Akhir pekan lalu, Soekarwo meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengkaji ulang izin pengeboran sumur gas Tanggulangin 1 di Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo.
Menurut Soekarwo, sebenarnya ia sudah lama meminta Bupati Sidoarjo meninjau ulang seluruh izin pengeboran gas di kawasan itu. Namun sayang, usulan Soekarwo tersebut rupanya tidak diindahkan oleh pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
Warga Kedungbanteng dan Banjarasri mendapat angin dari Gubernur Jawa Timur, dan akhirnya berani menentang kegiatan pengeboran Lapindo Brantas Inc. di desa mereka. Sekitar seratus warga kedua kota tersebut menggelar aksi protes terhadap aktivitas pengeboran PT pada Senin sore. Lapindo Brantas Inc.
Manajer Humas Lapindo Brantas Inc., Arif Setyo Widodo mengatakan, permintaan penghentian aktivitas Lapindo di sumur gas di Desa Kedungbanteng datang dari SKK Migas. Menurut Arif, SKK Migas untuk Lapindo Brantas Inc. untuk menghentikan sementara kegiatan di Sidoarjo sambil berkoordinasi.
“Banyak hal yang perlu dikoordinasikan dengan SKK Migas terkait teknis dan sosial. “Dan kami mematuhi SKK Migas,” kata Arif saat dikonfirmasi.
Penghentian kegiatan ini, kata Arif, hanya bersifat sementara karena setelah seluruh koordinasi selesai, Lapindo akan melanjutkan pengeboran di Desa Kedungbanteng, Tanggulangin, Sidoarjo.
“Kalau bisa semuanya bisa diselesaikan secepatnya. Karena ini tentang programnya gas kota di Jawa Timur,” ujarnya.
Budiman, warga Banjarasri lainnya, tak terlalu peduli dengan tayangan itu gas kota yang diumumkan oleh Lapindo Brantas. Ia tidak merasa rugi ketika Lapindo meninggalkan desanya yang berujung pada program tersebut gas kota di desanya tidak ada jalan.
“Karena dari awal seluruh warga Banjarasri menolak gas kota. Sebab, itu hanya iming-iming Lapindo yang membiarkan mereka masuk mengebor di desa kami,” kata Budiman.
Beberapa wilayah di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo yang dekat dengan lokasi sumur gas Lapindo, seperti Kalidawir, Kalitengah, Gempolsari, Ngaban dan Kedungbanteng rencananya akan menerima program tersebut. gas kota dari pemerintah pusat. Saat ini, sekitar tiga ribu sambungan rumah telah terpasang di kawasan tersebut.
“Mereka mendapatkan koneksi secara gratis. Padahal kalau pasang sendiri biayanya sekitar Rp 5 juta, kata Arif.
Namun, meski pemasangan sudah siap, namun gas tersebut masih belum mengalir. Rencananya gas yang akan disuplai ke rumah warga berasal dari sumur gas Lapindo.
Sebelumnya, lebih dari 9 tahun lalu, warga Porong, Sidoarjo menjadi korban bencana lumpur pengeboran. Desa, sawah, dan tiga kecamatan seluas 174 hektare terendam lumpur. Tak hanya rumah warga yang tertelan lumpur, pabrik, masjid, sekolah, kuburan, taman, hingga jalan tol juga terendam lumpur.
Sejak bencana terjadi pada tanggal 29 Mei 2006, hampir tidak ada lagi yang tersisa di Porong. Daerah tersebut kini telah diratakan dan berubah menjadi ladang lumpur yang sangat besar. Sejauh mata memandang hanya terlihat lumpur kering dengan beberapa bagian retak akibat kepanasan. —Rappler.com
BACA JUGA: