• October 5, 2024

Mengapa Presiden Jokowi suka mengolok-olok para menterinya?

Presiden Joko “Jokowi” Widodo rutin “memperlihatkan” anggota kabinetnya di depan umum. Ada banyak cara. Mulailah berkata langsung, atau meminjam mulut orang lain.

Yang terbaru adalah reaksi kisruh pengumuman hasil evaluasi kinerja akuntabilitas kementerian/lembaga yang dilakukan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi pada hari kerja pertama tahun ini (4/1). Dua menteri dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yakni Kementerian Kota, Pembangunan Tertinggal dan Transmigrasi, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga berada di posisi 10 K/L skor terendah.

Kementerian Keuangan mendapat nilai tertinggi di antara kementerian. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang melakukan penilaian berada di peringkat ke-3. Menteri Yuddy mengatakan, pengumuman kinerja tersebut tidak dimaksudkan untuk mengatasi persoalan relokasi bergerak lagi baru-baru ini memperkuat kabinet. Kementerian PAN-RB meyakini pihaknya punya dasar yang kuat untuk melakukan hal tersebut evaluasi kinerja. Hal ini sudah dilakukan pada tahun 2014, namun belum diumumkan.

Hal itu ditanggapi Ketua PKB Muhaimin Iskandar melalui cuitan di akun Twitternya,

Di media, anggota DPR dari Partai NasDem Irma Suryani juga mengkritik sikap Yuddy saat mengumumkan hasil akuntabilitas kinerjanya kepada publik. Menurut Irma Suryani yang bekerja sama dengan Kem PAN-RB di Komisi IX, kinerja Yuddy lah yang perlu ditonjolkan. Irma mencontohkan janji Yuddy di Komisi IX untuk mempekerjakan bidan PTT yang ternyata tak terealisasi. Dalam pengumuman Yuddy, Kejaksaan Agung yang dipimpin kader Partai NasDem termasuk yang mendapat nilai rendah.

Selain Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, PKB, Partai NasDem, serta Partai Hanura yang merupakan partai politik yang kadernya Yuddy Chrisnandi merupakan partai politik yang menjadi calon pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla pada Pilpres 2014. mendukung. Kepemimpinan presiden.

Selasa malam (5/1), dari Istana Kepresidenan membenarkan sikap Presiden Jokowi terhadap kisruh akibat pengumuman evaluasi kinerja akuntabilitas K/L. Sekretaris Kabinet Pramono Anung Wibowo mengatakan, tidak pernah ada perintah dari presiden untuk menyampaikan hal tersebut kepada publik. Hal itu diungkapkan Pramono usai berkonsultasi langsung dengan Presiden Jokowi. Presiden menilai sikap para menteri yang mengumumkan evaluasi kinerja K/L merupakan kreativitas menterinya.

Sebenarnya, sikap Yuddy yang menimbulkan ketidaknyamanan rekan-rekannya ini bukan kali pertama terjadi di kabinet Jokowi. Sepanjang tahun 2015, terjadi sejumlah kerusuhan di pemerintahan, yang antara lain disebabkan oleh penyerangan antar menteri.

“Jangan sampai diteruskan ke publik karena evaluasi sepenuhnya milik presiden dan wakil presiden, jadi kalau ada evaluasi kementerian dan lembaga, sebaiknya dilaporkan ke presiden dan wakil presiden,” kata Pramono kepada wartawan. setelah menghadiri. Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Selasa malam (5/1) di Kantor Presiden, Jakarta.

Menurut Pramono Anung, Presiden juga meminta seluruh kementerian dan lembaga konsentrasi menyelesaikannya pekerjaan individu.

Hari ini (6/1) di Istana Negara, Yuddy menyampaikan hal tersebut yang dinilai adalah institusinyabukan menteri.

Jokowi memanggil Yuddy melalui Sekretaris Kabinet.

Jokowi juga pernah melontarkan sindiran langsung kepada para menterinya di depan umum, bahkan sampai membatalkan surat-surat yang sudah dibuat oleh para menterinya.

Hal tersebut dialami Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang harus membatalkan surat terkait larangan ojek online. Di tengah ramainya kritik di media sosial terhadap rencana pembatasan ojek online, akun @jokowi mentweet:

Pembatalan penerapan Dana Ketahanan Energi yang banyak diprotes masyarakat juga merupakan bagian dari sikap Jokowi terhadap gagasan yang dinilai tidak memiliki landasan hukum yang jelas. Hal inilah yang diprotes masyarakat, karena pada masa Orde Baru kita sangat kritis terhadap dana retribusi di kementerian teknis. Kenapa kamu kembali sekarang? Bukankah semuanya dikumpulkan dari Kementerian Keuangan?

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan DKE tidak dibatalkan, melainkan diganti dengan Dana Pengembangan Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi. Namun yang jelas ada perintah dari Jokowi. Pembatalan DKE dilakukan pada sidang kabinet pertama tahun 2015, pada 4 Januari lalu. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, persoalan EFD akan dibahas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 yang akan dibahas pada Maret tahun ini.

Setelah menuai pro dan kontra pada tahun lalu, Jokowi pun membatalkan rencana pembelian helikopter VIP.

Dalam pertemuan dengan pengusaha di Istana Bogor, Jokowi memberikan instruksi langsung kepada menteri terkait, misalnya Menteri Pertanian, bagaimana cara meningkatkan kesuburan tanah agar bisa ditanami tanaman pangan.

Pada November 2015 dalam rapat CEO Forum 100, Jokowi mendapat protes dari Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Franciscus Welirang, terkait larangan perusahaan lokal mengangkat komisaris asing. Larangan ini membuat emiten kesulitan mengundang investor yang tentunya ingin menempatkan wakilnya di dewan komisaris.

Menanggapi Franky Welirang, Jokowi mengaku mendapat laporan dari Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri bahwa masalah tersebut sudah diselesaikan dua bulan sebelumnya. Jokowi berjanji akan mengecek kembali apakah permasalahan tersebut benar-benar selesai. Bahkan ia mengatakan jika aturan tersebut tidak rampung akan berdampak pada Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri. “Kalau tidak dilakukan, ada konsekuensinya bagi menteri. Coba saya cek lagi,” kata Jokowi.

Saya menghubungi Hanif, Tenaga Kerja PKB, pada Rabu sore (6/1). Dia mengatakan, komisaris asing diperbolehkan di perusahaan publik. selesai.

Menteri Pertanian dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan pun ikut kena film Prestasi Ferry disoroti Presiden Jokowi saat melakukan kunjungan persahabatan bersama kepala desa dan perangkat desa di Asrama Haji Donohudan, Boyolali (26/12/2015)

Jokowi memantau pembangunan jalan yang terkesan lamban, sehingga bertanya kepada pihak-pihak terkait apa penyebabnya dan jawabannya ada masalah lahan atau pembebasan lahan. Ia segera menelepon Menteri Pertanian untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut dan memberikan tenggat waktu 1,5 bulan.

“Kalau belum, saya kasih laporan merah. Inilah yang akan terjadi nanti bergerak lagi Begitulah cara saya bekerja,” katanya.

Ada nada yang mengancam.

Dalam berkomunikasi dengan publik, keterusterangan Jokowi bisa diibaratkan mendiang Abdurachman Wahid, presiden ke-4, yang tak segan-segan mengejek menteri di depan umum. Ada beberapa cara. Dalam kunjungan pengobatan mata ke Salt Lake City Amerika, Presiden saat itu Gus Dur memberi isyarat bahwa tiga menterinya diduga terlibat dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

“Saya sekarang punya daftar tiga menteri yang harus dicopot. Tunggu saja pengadilan membuktikannya. Berat memang, tapi harus dilakukan,” kata Gus Dur, di Hotel Watergate, Washington DC, AS, pada 14 November 1999. Gus Dur tidak menyebutkan nama.

Namun pada kampanye Pilpres 2014, Jusuf Kalla yang dicopot Presiden Gus Dur dari jabatan Menteri Perindustrian dan Perdagangan serta Kepala Badan Urusan Logistik menyebut era Gus Dur. pencopotan menteri sering terjadi. Tak hanya JK yang dicopot. Hamzah Haz, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wiranto pun mengalaminya.

Pada era Jokowi, kisruh yang terjadi di dalam kabinet sepanjang tahun 2015 menimbulkan keresahan yang berujung pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Di penghujung tahun 2015, nyaris terjadi keributan ketika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengumumkan bahwa Israel menjadi salah satu negara yang mendapat fasilitas bebas visa untuk kunjungan wisatawan ke Indonesia. Informasi tersebut dikoreksi oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Pada awal tahun 2016, perbaikan pola komunikasi antar menteri dan pejabat di lingkungan presiden menjadi hal yang mendesak. Harus ada prosedur operasi standar, sehingga informasi yang akan disampaikan kepada publik dan menimbulkan reaksi balik dapat dikaji secara mendalam. Termasuk implementasi kebijakan baru. Jangan ulangi pengalaman tahun 2015 yang diwarnai dengan keputusan-keputusan yang layu sebelum berkembang. Ibarat balon yang kempes sebelum digelembungkan.

Sebagaimana disampaikan pada akhir Forum Pemimpin Redaksi 2015, Presiden Jokowi diharapkan mampu mengendalikan komunikasi dan koordinasi di kabinet secara penuh. Perselisihan silang antara menteri dan pejabat tinggi tidak boleh terjadi. Jika hal ini terus berlanjut, masyarakat akan menganggap ada masalah pada cara presiden menjalankan kabinetnya.

Belum lagi pentingnya harmonisasi kebijakan pusat dan daerah yang menjadi kunci terwujudnya impian Jokowi dalam pembangunan negara.

Kalau ada pejabat yang tidak bisa diingatkan dan terus dibuat gaduh, apalagi kinerjanya lambang, ya memang layak untuk diganti. Itu hak prerogratif presiden. Bukan partai politik – Rappler.com

BACA JUGA:

Togel Sidney