Pemerintah berencana memberikan dana stimulus untuk membangun rumah tahan gempa bagi warga Aceh
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Dana stimulus berkisar Rp20 juta hingga Rp40 juta yang akan diberikan saat memasuki tahap rekonstruksi dan rehabilitasi
JAKARTA, Indonesia – Pemerintah berencana memberikan dana stimulus bagi warga Aceh yang rumahnya rusak akibat gempa berkekuatan 6,5 skala Richter pada Rabu, 7 Desember. Dana stimulus berkisar Rp20 juta untuk rumah yang mengalami kerusakan sedang dan ringan hingga Rp40 juta untuk rumah warga yang rusak berat.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dana stimulus tersebut masuk dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Namun, hal itu baru dilakukan setelah proses evakuasi korban dan pembersihan puing selesai.
Sementara waktu tanggap bencana telah ditetapkan Gubernur Aceh hingga 20 Desember.
Stimulus pembangunan rumah tahan gempa akan dimulai dengan proses pendataan terlebih dahulu mengenai rumah dan kriteria kerusakan yang dialami, apakah tergolong rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan, kata Sutopo saat siaran pers di kantor BNPB pada Jumat, 9 Desember.
Setelah dilakukan pendataan, bupati di setiap daerah yang warganya mengalami kerusakan rumah harus mengeluarkan surat keputusan (SC). Dalam surat keputusan itu juga dilampirkan alamat rumah warga yang rusak.
Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusuhan dalam pemberian bantuan yang notabene merupakan dana masyarakat, ujarnya lagi.
Namun dana stimulus tersebut tidak diberikan secara instan dan memiliki mekanisme khusus. BNPB biasanya menggunakan model recompacted yang sebelumnya berhasil diterapkan pasca bencana di berbagai kota seperti Yogyakarta, Banjarnegara, dan Mentawai.
“Pemadatan ulang adalah proses rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan warga yang berbasis komunitas. Rumah yang akan dibangun tahan gempa. Penyaluran dana dilakukan perbankan berdasarkan kondisi kemajuan rumah, kata Sutopo.
Mekanisme pertama yang digunakan adalah dengan membentuk kelompok masyarakat yang beranggotakan antara 10-20 kepala keluarga. Setiap kelompok akan ditugaskan seorang fasilitator yang fungsinya memandu pembuatan desain rumah anti gempa.
“Proses pencairan dana stimulus memerlukan persetujuan seluruh pihak yang tergabung dalam kelompok. “Dengan begitu masyarakat bisa terlibat,” ujarnya.
Model rehabilitasi dan rekonstruksi ini dilaksanakan pasca bencana tanah longsor di Banjarnegara pada tahun 2014. Saat itu, pemerintah hanya memberikan dana stimulus sebesar Rp25 juta.
Dana tersebut kemudian bertambah, setelah Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Banjarnegara masing-masing menyumbang Rp10 juta.
“Jadi total bantuan dari pemerintah mencapai Rp45 juta. Sedangkan partisipasi masyarakat diwujudkan dalam bentuk sumbangan bahan bangunan. Nah, saat itu kami berhasil menggalang dana untuk membantu 1 unit rumah sebesar Rp 87 juta. “Rumah mereka saat itu sangat bagus dan warga hidup dalam kondisi yang lebih aman,” kata Sutopo.
Tidak semuanya tahan gempa
Sementara pada kasus gempa yang terjadi di Aceh, Sutopo mengakui tidak semua bangunan di sana dibangun tahan gempa. Apa bedanya rumah biasa dengan rumah tahan gempa?
“Pada rumah tahan gempa, semacam ‘tulang’ akan dipasang pada pondasi batu bata di dalam rumah pada saat konstruksi. Fungsinya untuk memperkuat dan meredam getaran gempa, kata Sutopo.
Maket contoh rumah tahan gempa satu lantai di mini museum @BNPB_Indonesia. pic.twitter.com/N1FOa9oWrT
— Santi Dewi (@santidewi888) 9 Desember 2016
Namun, lanjut Sutopo, tidak semua bangunan tahan gempa sehingga tidak roboh saat terjadi gempa. Setidaknya saat gempa terjadi, bangunan tidak langsung runtuh sehingga memberi waktu lebih banyak bagi penghuninya untuk menyelamatkan diri.
Diakui Sutopo, biaya yang dibutuhkan untuk membangun rumah tahan gempa juga tidak murah. Angkanya bisa tiga kali lipat biaya membangun rumah biasa.
Berdasarkan data yang disimpan BNPB, sebanyak 11.681 rumah warga di tiga kabupaten di Provinsi Aceh mengalami kerusakan mulai dari kerusakan ringan hingga berat. Sementara ruko tercatat rusak sebanyak 129 ruko.
Sutopo mengatakan banyaknya bangunan yang rusak bukan berarti masyarakat Aceh tidak belajar dari kejadian serupa pada tahun 2004. Dari pantauan udara BNPB menggunakan drone, masih banyak bangunan lain yang masih berdiri kokoh meski diguncang gempa. – Rappler.com
BACA JUGA: