• January 11, 2025
Sekali lagi, awak kapal Indonesia diculik oleh kelompok bersenjata di perairan Malaysia

Sekali lagi, awak kapal Indonesia diculik oleh kelompok bersenjata di perairan Malaysia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pelaku menculik nakhoda kapal yang merupakan warga negara Indonesia karena menolak memberikan R10.000 atau setara Rp 32 juta.

JAKARTA, Indonesia – Meski militer ketiga negara sepakat untuk melaksanakan patroli bersama, namun hal tersebut tampaknya tidak menyurutkan semangat kelompok bersenjata. Sebaliknya, mereka tetap bersikap seperti biasa.

Peristiwa penculikan kembali terjadi pada seorang anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia saat sedang menangkap ikan dengan kapal pukat di perairan Kertam, Kuala Kinabatangan, Sabah. Peristiwa penculikan itu terjadi pada Rabu, 3 Agustus. Namun, pemilik kapal pukat baru melaporkannya pada hari Jumat.

Direktur Komando Keamanan Regional Sabah Timur (ESSCOM), Wan Abdul Bari Wan Khalid, membenarkan laporan tersebut.

“Namun, ini tidak seperti operasi penculikan biasanya. Polisi kini sedang melakukan penyelidikan. Saya tidak bisa berkata banyak sekarang,” kata Abdul seperti dikutip situs tersebut Bintang Malaysia pada hari Sabtu, 6 Agustus.

Abdul mengatakan penculikan tersebut merupakan hal yang tidak biasa karena pelaku meminta uang tebusan sebesar 10.000 Ringgit Malaysia atau setara Rp 32 juta. Nominal uang tebusan yang diminta sangat kecil dibandingkan penculikan yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf di Filipina selatan.

Peristiwa penculikan tersebut juga dibenarkan oleh Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno. Menurut Herman, kapal tempat WNI bekerja tersebut merupakan kapal penangkap udang dengan nomor registrasi SN6599/4/F dan terdiri dari 3 orang awak kapal.

“Dua orang diantaranya merupakan warga negara Indonesia dan 1 orang warga negara Malaysia atau Bajau. Kapal mereka dicegat oleh kapal yang ditumpangi 4 orang bersenjata api,” kata Herman kepada Rappler melalui SMS, Minggu, 7 Agustus dini hari.

Herman pun membenarkan, kelompok bersenjata tersebut meminta uang, namun permintaan tersebut tidak dipenuhi. Maka rombongan membawa nakhoda kapal yang merupakan warga negara Indonesia.

Sedangkan 2 awak kapal lainnya telah dibebaskan dan kejadian tersebut baru dilaporkan ke polisi pada 5 Agustus. Kedua ABK tersebut saat ini berada di wilayah Sandakan,” kata Herman.

Menurut Herman, kejadian ini ditangani Kepolisian Kerajaan Malaysia, KJRI Kota Kinabalu, dan KJRI Tawau. Ketiga pihak, kata Herman, kini tengah mendalami permasalahan tersebut dan mencegah terulangnya kasus tersebut.

Saat ditanya apakah pelaku penculikan juga merupakan kelompok Abu Sayyaf, Herman mengaku tidak mengetahuinya.

Dengan kejadian tersebut, total WNI yang diculik kelompok bersenjata menjadi 11 orang. Sementara itu, 3 Menteri Pertahanan kembali bertemu pada Selasa, 2 Agustus di Bali untuk merumuskan standar operasional prosedur (SOP) patroli perairan bersama.

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, ada 6 poin kesepakatan yang dihasilkan dari pertemuan trilateral tersebut, yaitu:
1. patroli gabungan
2. pemberian pertolongan pertama
3. pertukaran informasi dan intelijen
4. komunikasi jalur panas
5. pelatihan bersama
6. Sistem identifikasi otomatis

“Kita tentunya berharap keenam poin perjanjian tersebut dapat segera dilaksanakan, karena sangat penting untuk diterapkan di lapangan dan menghindari terjadinya penculikan di kemudian hari,” kata Retno pada Rabu, 3 Agustus di Istana Negara.

Pertanyaannya, apakah patroli gabungan berhasil mencegah terulangnya penculikan? – Rappler.com

BACA JUGA:

HK Malam Ini